Share

Gadis Berkaos Merah

Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dari sore aku sudah bersiap-siap dengan mandi dan membersihkan diri. Walaupun nanti mungkin Santi tak akan menyadarinya, tapi aku ingin tampil bersih dan wangi sebelum eksekusi nanti. Tak lupa aku juga memakai cincin bermata biru senjata rahasiaku.

Aku bersiul-siul riang saat akan keluar dari rumah kostku. Beberapa teman kostku mengomentari penampilanku dan sedikit menggodaku. Tapi aku tak terlalu peduli dengan ucapan mereka. Karena fokus tujuanku hari ini cuma satu, tubuh Santi.

Beberapa menit kemudian aku sudah meluncur menuju rumah kontrakan Santi. Sebelum berangkat aku tadi sudah memberi kabar kepadanya lewat chat.

"Sepertinya ngerjain tugas bakal asik kalau sambil ngemil."

Aku lalu membelokkan motorku ke arah minimarket tak jauh dari rumah kontrakan Santi. Aku membeli beberapa cemilan dan minuman ringan. Saat akan membayar di kasir, mataku sekilas melihat kumpulan pengaman yang tertata rapi di dekat kasir.

"Perlu beli pengaman enggak ya?" pikirku.

Namun akhirnya aku mengurungkan niatku karena aku ingat keuntungan yang aku dapat dari cincin penggoda.

Setelah membayar pada kasir, aku lalu keluar dari minimarket dan melanjutkan perjalananku menuju rumah kontrakan Santi. Sesampainya disana aku berhenti di depan rumah kontrakannya. Kulihat pagarnya dan pintu depannya sudah dibuka. Aku lalu menuntun masuk motorku ke dalam pagar rumah. Setelahnya aku menutup pagar rumah kontrakan tersebut.

"Kok ditutup?"

tiba-tiba sebuah suara terdengar dari arah belakangku. Tanpa menoleh aku menjawabnya.

"Iya takut ada maling, di perumahan ini kan rawan San." jawabku.

Setelah menutup pagar aku berbalik. Aku sedikit terpana dengan apa yang kulihat. Santi yang sedang menggunakan kaos ketat berwarna merah, dia memadukannya dengan celana gemas berwarna hitam. Lekukan tubuhnya terlihat begitu jelas dengan karena kaos yang dia pakai. Pahanya yang putih mulus terpampang jelas dihadapanku. Apalagi ditambah dengan rambut panjangnya yang digulung ke atas, sehingga leher jenjangnya terlihat jelas.

Aku menelan ludahku. Mencoba mengendalikan desir-desir darah yang mulai mengalir turun ke tubuh bagian bawahku.

"Gila... Santi benar-benar menggoda malam ini." batinku.

"Ayo masuk sini Rul..." ajak Santi.

Aku lalu melepas sepatuku dan duduk di teras. Beberapa menit kemudian Kepala Santi muncul dari dalam rumah.

"Kamu ngapain di teras? masuk sini?" ajak Santi.

"Ehh? ke dalam?"

"Iyalah, enak di dalam sini ada meja buat menulis." jelas Santi.

Aku lalu mengikuti Santi masuk ke dalam rumah. Kulihat di meja ruang tamu sudah ada teko berisi es sirup dan beberapa gelas. Tak lupa juga ada beberapa toples berisi makanan kecil.

"Ohh iya, aku tadi beli cemilan dan minuman juga." kataku sambil mengangkat tas plastik di tanganku.

"Wah repot repot Rul, tapi makasih ya." ujar Santi.

Ruang tamu rumah kontrakan Santi tak memiliki kursi, hanya meja yang didempetkan ke tembok, kemudian sebuah karpet yang agak lebar digelar di sana sebagai tempat duduk. Ada beberapa bantal kecil sebagai sandaran. Ada juga sebuah televisi LCD yang menempel di tembok. 

"Wah, boleh juga nih ruang tamu. Ada bantalnya juga." pikirku.

"Yuk, kita mulai aja." ajak Santi.

"Yuk, eh ngomong-ngomong, teman-teman kamu yang lain mana? kok sepi?" tanyaku sambil celingukan.

"Ohh mereka, beberapa ada yang lagi pulang ke kampung halaman. Ada juga yang lagi malam mingguan, tapi biasanya pulangnya malem banget." jelas Santi.

"Jackpot!" batinku.

Kesempatan emas ini tak boleh aku lewatkan. Setelah tugas selesai, aku akan melakukan rencanaku. Akhirnya aku dan Santi mulai mengerjakan tugas kami. Selama mengerjakan tugas, Santi tak henti-henti makan cemilan yang ada di toples, dan juga cemilan yang aku bawa. Aku agak sedikit terkejut melihat selera makannya yang besar itu.

"Buset dah San, dari tadi ngemil mulu." tanyaku menggodanya.

"Haha iya nih, pengen ngunyah mulu, kayaknya bawaan PMS deh." jelas Santi.

"Ohh... PMS ya..." aku mengangguk-angguk.

"Sebentar... PMS? aahhh siaaallll..." teriakku dalam hati.

Rencanaku untuk mengeksekusi Santi harus gagal malam ini karena dia sedang PMS. Akhirnya malam itu kami hanya mengerjakan tugas kuliah kami, setelah selesai aku segera pamit untuk pulang kembali ke rumah kost. Karena aku tak kuat berlama-lama dekat dengan Santi yang sangat menggoda itu.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status