Aku pulang dengan perasaan tak karuan. Antara kesal, marah, kecewa, dan perasaan ingin menyalurkan desiran nafsu yang ada di dalam tubuhku ini.
"Ahh bisa pusing aku kalau begini. Aku harus mengeluarkannya." gumamku.
Sesampainya di rumah kost aku segera memarkirkan motorku. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Beberapa teman kostku masih ada yg belum pulang. Beberapa lagi ada yang sedang pulang kampung, jadi keadaan kost sedang sepi.
Aku lalu berjalan menuju kamarku di lantai 2. Sesaat sebelum naik tangga, aku melihat Lina, kakak Avika, sedang mencuci piring di dekat kamar mandi bawah. Aku terdiam sejenak melihat kakak Avika tersebut.
Lina adalah anak pertama dari Ibu kost. Dia mungkin sekarang berumur 25 tahun, dia adalah seorang wanita karir yang bekerja di sebuah bank milik swasta. Lina belum menikah. Secara penampilan Lina lebih cantik dan menarik daripada Avika. Mungkin karena sudah pintar berdandan dan juga selalu menjaga penampilan.
Perlahan aku mendekati Lina yang masih belum menyadari kedatanganku. Rambut Lina pendek sebahu, dia memakai kaos oblong dan celana tidur panjang. Kulitnya kuning langsat, beda dengan Avika.
"Hai kak Lina." sapaku.
Aku menaruh kedua tanganku di belakang punggung, aku sudah menyiapkan cincin penggodaku.
"Hai Rul... baru pulang kencan nih?"
"Enggak kok, baru selesai ngerjain tugas kuliah." jawabku.
Aku lalu semakin mendekat ke belakang Lina.
"Kak..." panggilku.
"Iya Rul?"
Lina menoleh, mataku lalu menatap matanya tajam.
"Deleng ing mripatku lan hawa nepsu bakal nguwasani jiwamu." gumamku lirih.
Seolah seperti tersengat aliran listrik, tubuh Lina sedikit bergetar terkejut. Dia lalu meletakkan piring yang ada di tangannya dan mencuci tangannya.
"Hmmm reaksinya berbeda dengan Avika." batinku.
Aku lalu mencoba berbicara dengan Lina.
"Kak, ke kamarku yuk." ajakku.
"Yuk.." jawab Lina.
Ternyata Lina masih bisa menjawab seperti biasa. Berbeda dengan Avika yang sudah terbuai dengan gelora godaan yang menerpanya.
"Apakah efeknya akan berbeda ya setiap wanita?" tanyaku dalam hati.
Aku lalu pergi ke kamarku, Lina menguntit ku dari belakang. Aku lalu menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tak ada orang yang melihat sebelum menyuruh Lina masuk ke kamar.
Begitu di dalam aku mengunci pintu kamarku. Tanpa banyak basa-basi aku langsung menyerang Lina dan mendorongnya ke atas ranjang. Aku melumat bibir tebal milik Lina dengan rakus.
Tiba-tiba saja Lina meraih tubuhku dan membalikkanku. Sekarang posisi ku ada dibawah sedangkan dia ada di atasku. Setelah saling berpagut beberapa saat, Lina lalu melepaskan baju atasannya. Dia kemudian mencoba untuk melepaskan bajuku juga.
"Kenapa rasanya aku yang sedang di.... ahh bodoh lah..." gumamku.
Aku menikmati saja permainan Lina yang ternyata lebih dominan ini.
Gerakan Lina yang liar sedikit membuatku terkejut, beberapa kali dia melakukan hal yang sering aku tonton di video dewasa. Mungkin dia sudah sering melakukan hal itu, jadi Lina terlihat sudah lihai.
Aku dan Lina lalu melanjutkan ke tingkatan yang lebih jauh. Sesekali aku mendengar Lina bergumam.
"Ahh Anton... hmmm..."
"Anton? Siapa?" batinku.
Mungkin saat ini yang ada di bayangan Lina adalah lelaki bernama Anton yang mungkin adalah pacarnya. Aku tak peduli selama aku masih bisa menikmati permainan gila Lina seperti saat ini.
Setelah Lina dan aku sudah sama-sama terpuaskan, dia lalu terbaring di sampingku dengan nafas yang masih memburu.
Aku lalu berdiri dan berjalan menuju ke meja belajar di kamarku.
Seperti biasa, setelah melampiaskan nafsuku, aku mengelapnya dengan tisu. Aku lalu memberikan tisu pada Lina juga. Setelah membersihkan dirinya, Lina lalu memakai sendiri pakaiannya. Sebelum keluar Lina masih sempat untuk mencium bibirku.
Sungguh malam pelampiasan yang tak terduga. Malam ini aku akhirnya bisa tidur dengan tenang meskipun rencana dengan Santi gagal.
Bersambung...
"Rul...!" Aku menghentikan langkahku lalu menoleh ke belakang. Aku melihat Santi dengan setengah berlari mencoba menyusulku. "Ngapain lari-lari gitu?" ujarku. Meskipun aku menikmati pemandangan saat Santi berlari tadi, karena ada yang naik turun di balik kaos hitam yang dipakainya. "Aku nebeng pulang ke kontrakan dong?" "Ohhh... ya sudah ayo." ajakku. Aku dan Santi lalu berjalan berdua menuju tempat parkir sepeda motorku. "Minggu depan siap Rul?" tanya Santi. "Aduh, siap enggak siap sih." jawabku. "Kamu lihat sendiri tadi pas presentasi, kelompok ku ancur banget, haha." tambahku. "Iya deh, kalian tadi keliatan banget gak kompak. Kok bisa gitu sih?" tanya Santi. "Ya bagaimana mau kompak, kumpul aja cuma sekali buat kerjain. Itu pun cuma aku sama Irsyad, yang lain mah cuma numpang nama." ujarku sambil tersenyum kecut. Tak berapa lama kemudian kami sudah sampai di parkiran sepeda motor. Aku dan Santi lalu naik dan mula
"Mana ya?" "Ahh ini dia." gumamku. Aku lalu mengambil sebuah memory card dari dalam laci meja belajar di kamarku. Aku kemudian memasukkannya ke dalam laptopku. Setelah beberapa saat, aku memasang headset dan memakainya. Aku membuka sebuah file, file yang berisi video rekamanku saat melakukan balas dendam pada Sandra beberapa waktu lalu. Aku berencana mengedit video itu dan mengirimkannya pada pacarnya Sandra. Aku ingin melihat bagaimana reaksi mereka saat tahu video itu. Aku berencana untuk menaruh memory card pada sebuah amplop polos saat nanti datang di acara pernikahan Sandra. Ada kemungkinan mereka bisa bercerai karena video itu, namun memang itulah rencanaku, menghancurkan kisah cinta Sandra, sama saat dia menghancurkan hatiku dulu. Melihat videoku dengan Sandra lagi membuat tubuhku panas dingin, namun aku menahannya karena saat ini tak ada mangsa yang bisa aku terkam. Setelah selesai mengedit, aku lalu menyimpannya pada memory card yan
Aku mulai mendekati kedua gadis yang sedang duduk di hadapanku. Saat aku sedang berpikir bagaimana caranya bermain dengan mereka berdua, tiba - tiba saja akal sehatku mengambil alih sejenak. "Tunggu dulu... kalau aku bermain dengan gadis - gadis ini, teman - teman mereka akan curiga, karena mereka berdua sangat lama berada di toilet, dan pasti akan ada yang datang untuk mencari mereka berdua." pikirku. Aku mengelus - elus daguku sendiri, berpikir beberapa kali, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menunda permainanku dengan kedua gadis ini. Namun masalahnya, kedua gadis di depanku ini sudah terlanjur terkena mantra dari cincin penggoda. Badan mereka bergerak - gerak manja sambil sesekali manatapku dengan mata sayu mereka. "Ahh sial... sebenarnya ini kesempatan emas, tapi aku tak mau mengambil resiko." gumamku. Akhirnya dengan sangat berat hati, aku membisikkan sesuatu ke kedua telinga gadis SMA di depanku ini. Setelah masing - masing mendapatkan perinta
Hari ini aku sedang tidak ada jadwal kuliah. Aku juga sedang tak ada acara atau pun rencana di luar. Jadi dari pagi aku hanya rebahan saja di kamarku sambil memainkan ponselku. Sampai pada akhirnya otakku tiba - tiba mempunyai ide untuk membuka aplikasi belanja online. Iseng aku mengetik kata kunci di kolom pencarian."Kostum Sexy."Hanya dalam hitungan detik, muncul beberapa pilihan baju - baju wanita yang terlihat minim dan seksi. Aku menggeser layar ponselku ke atas beberapa kali. Sampai akhirnya aku melihat sebuah baju yang bermodelkan baju anak SMA di negara Jepang. Baju yang sering aku lihat di video dewasa yang sering ku tonton. Aku lalu iseng membuka toko yang menjual baju tersebut."Hmm... lucu juga ini baju, kira-kira dipakai siapa ya?" batinku.Aku melihat harga baju tersebut, tidak sampai 200 ribu. Aku berpikir sejenak sembari mencoba membayangkan siapa yang bakal cocok memakai baju tersebut. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk membeli baju anak SMA
"Sudah lama nunggunya?" tanya Santi. "Ehh enggak kok, baru 10 menit." jawabku. "Ya sudah, yuk.." Santi lalu naik ke motorku. Aku lalu menghidupkan mesin motorku dan mulai berangkat menuju toko buku bekas. "Ehh Rul, kamu dengar gosip yang lagi hot gak di jurusan kita?" "Gosip? gosip apaan?" tanyaku dengan suara agak keras. "Apa? Oh iya itu... gosip tentang anak kelas B, siapa sih namanya, Sandra apa ya?" ujar Santi. "Sandra?" batinku. "Sudah denger belum?" tanya Santi lagi. "Memang gosip apaan San?" "Iya itu, katanya dia mau nikah bulan depan." "Hah? Nikah?" "Iya... sama cowoknya yang sekarang. "Terus kenapa San? kan gak apa-apa nikah." "Iya sih, tapi kan kita masih semester 5, lagian katanya, dia nikah gara-gara...." kalimat Santi terhenti. "Gara-gara apa?" "Katanya sih hamil duluan." "Deg..." Seketika jantungku rasanya mau copot saat mendengar kalimat Santi barusan. "Hamil? kamu yaki
Aku berhenti tepat di depan gerbang sebuah rumah yang cukup besar. Aku lalu mengeluarkan ponselku dan menghubungi Sandra."Halo San, iya nih aku sudah di depan kost kamu, Oke..."Aku menyiapkan cincin penggodaku. Aku membalik permatanya ke arah dalam supaya aku bisa menggosoknya dengan ibu jariku. Tak lupa aku merapalkan mantraku sambil menunduk, aku tak mau nanti terjadi salah sasaran."Hai Rul, ada apa?"Sapa Sandra ketika dia sudah di depan rumah kostnya. Aku lalu mendongak dan menatap tajam matanya. Tubuh Sandra lalu sedikit bergoyang dan sejurus kemudian, dia hanya diam di tempat dengan napas memburu."San, kamu ambil helm ya, terus ikut sama aku." perintahku.Sandra hanya mengangguk dan masuk kembali ke rumah kostnya. Beberapa menit kemudian dia keluar lagi dengan memakai helm. Aku lalu menyuruh Sandra untuk naik ke atas motorku. Setelah itu aku menjalankan motorku untuk menuju suatu tempat.Di sepanjang perjalanan, Sandra nampak gelisah dan ta