Share

Misi Rahasia

"Kapan mulai ngerjain nih?"

Santi terlihat sedang berpikir, bola matanya berputar.

"Sabtu malam gimana?" usul Santi.

"Sabtu besok ini ya? kamu enggak ada acara?" pancingku.

"Acara apa? malam mingguan? sama siapa? orang jomblo begini." kata Santi.

"Ehh masa sih Santi si primadona jurusan ilmu komunikasi ini masih sendiri?" godaku.

"Dih ngeledek... ya udah mau apa enggak nih sabtu?" kata Santi jutek.

"Iya iya... ngerjain dimana?"

"Di rumah kontrakanku aja ya?"

"Boleh..." jawabku bersemangat.

"Ya sudah, besok kabarin ya."

Santi lalu pergi berlalu. Aku melihat Santi berjalan menjauh sampai akhirnya dia menghilang di kerumunan mahasiswa lain. Fokusku sekarang cuma satu, mencari momen yang tepat untuk mengeksekusi Santi. Kalau efeknya sama seperti Avika kemarin, bisa gawat jadinya.

Aku lalu berjalan menuju parkiran kampus. Kebetulan kuliah hari ini cuma pagi saja, jadi selesai kelas bisa langsung pulang lagi. Di jalan aku memikirkan strategi terbaik untuk rencanaku sabtu besok. Kalau misal kita mengerjakan di teras rumah kontrakannya, aku tak akan bisa leluasa melancarkan seranganku, karena setahuku pagar rumah kontrakan Santi tak terlalu tinggi, jadi masih bisa dilihat dari luar. Kalau aku mengajaknya masuk ke dalam, dia nanti bisa curiga duluan. Lagipula seingatku Santi mengontrak rumah dengan beberapa teman satu daerahnya.

"Apa ku ajak pergi aja ya keluar?" pikirku.

Tapi apakah dia bisa tenang nanti sepanjang jalan saat sudah terkena pengaruh dari cincin penggoda? nanti kalau dia bergerak-gerak manja seperti Avika kemarin, bisa-bisa kita kecelakaan di jalan.

Aku memikirkan semua kemungkinan yang mungkin bisa aku ambil, sampai aku tak sadar sudah sampai di depan rumah kostku.

Aku lalu memasukkan motorku ke dalam rumah kost. Aku juga memikirkan apakah ada kemungkinan bisa merapal mantra di dalam hati, karena itu akan sangat membantu. Bisa digambarkan seolah aku sedang menembak dengan senapan jarak jauh yang sudah dipasangi oleh peredam api.

"Ehh kak, sudah pulang?"

Sapaan Avika membuyarkan lamunanku.

"Iya nih Vik, cuma 1 kelas aja hari ini." jawabku.

"Ohh... ya sudah kak permisi." pamit Avika.

Dia ternyata tadi sedang mencuci piring di dapur bersama rumah kost ku. Aku tak menyadari keberadaannya karena sibuk melamunkan cara untuk mengeksekusi Santi. Aku melihat Avika dari belakang, hari itu dia cuma memakai kaos lengan pendek sedikit ketat dengan celana pendek di atas lutut. Walaupun sudah pernah melihat langsung isi dibalik kaosnya itu, tetap saja saat melihat penampilan dia saat ini, membuat darahku sedikit bergejolak. Ataukah karena aku sudah pernah melihatnya, malah membuatku seperti ini. Karena seingatku dulu, sebelumnya aku tak pernah tertarik dengan Avika.

Tapi aku tak mengambil tindakan apapun, karena aku ingin menyimpan tenagaku untuk misiku besok. Misi untuk bisa melihat dan menikmati keindahan yang selama ini cuma jadi idaman hampir semua laki-laki di kelasku. Mungkin kah aku akan jadi orang pertama yang melepaskan mahkota milik Santi? Ahh memikirkan itu darahku makin bergejolak. Fantasiku mulai terbang secara liar kemana-mana.

Aku segera menuju kamarku, setelah membuka pintu dan masuk, aku mengunci kamarku. Aku membuka laptopku dan memainkan musik dari sana. Setelah menaruh tasku dan ganti baju, aku merebahkan diriku di atas ranjangku. Aku ingin menenangkan gelora asmara yang ingin tersalurkan ini.

"Belum... ini belum saatnya, sabar ya." gumamku pada diriku sendiri.

Beberapa menit kemudian aku tertidur pulas.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status