Share

Mengikuti Randy

Semua siswa-siswi telah terdiam. Suasana kelas begitu sangat hening. Ibu Tina baru saja memasuki kelas. Secara tiba-tiba saja Ibu Tina melontarkan kalimat yang membuat semua isi kelas terkejut.

"Anak-anak, keluarkan kertas selembar. Kita ulangan hari ini," ucap Ibu Tina tersenyum.

"Kok gak bilang-bilang, Bu?" tanya Randy.

"Ibu sengaja, biar Ibu juga tahu mana yang benar-benar menyimak dan masuk ke otak siapa saja yang Ibu terangkan minggu lalu," lanjut Ibu Tina lagi.

Semua siswa-siswi seisi kelas akhirnya hanya bisa pasrah saja, mereka semua mengeluarkan kertas selembar dan siap untuk mengerjakan soal ulangan. Setelahnya Ibu Tina membagikan kertas soal ulangan ke masing-masing siswa-siswinya.

"Semuanya harap tenang. Silakan mengerjakan soal-soalnya dengan benar dan tanpa suara sedikit pun." Ibu Tina memberikan pengarahan.

"Semua jawaban dari soal tersebut, terdapat di pelajaran kita minggu lalu," lanjutnya kembali.

Shilla membaca soal-soal yang telah di bagikan. Ia tersenyum karena baginya itu soal-soal yang begitu mudah, apalagi pelajaran minggu lalu masih sangat teringat di benaknya. Baru saja ia ingin menulis jawaban untuk soal pertama, lengannya terasa ada yang menggoyangkan, ternyata itu semua ulah Sivia. Shilla menoleh menunggu dan Sivia tersenyum.

"Aku lupa. Jadi kasih aku contekan ya!" Kalimat itulah pasti yang akan Sivia lontarkan. Memang kebiasaan Sivia seperti itu. Lalu, di jawab anggukan oleh Shilla.

Shilla menuliskan jawaban dengan baik dan benar. Ia menggoreskan tinta pena dengan cepat. Tidak lupa juga sesekali ia sedikit memiringkan lembar jawabannya ke arah Sivia. Sivia menyalin soal-soal yang benar-benar tidak diketahuinya.

Satu jam berlalu Shilla telah menyelesaikan ulangannya. Dibacanya berulang-ulang setelah yakin dengan apa yang ia tulis, ia bangkit dari bangku lalu mengumpulkannya ke meja guru. Sebenarnya sudah tidak heran kalau Shilla selalu menjadi yang pertama mengumpulkan karena Shilla adalah siswi yang berprestasi, ia merupakan siswi yang meraih juara umum di tingkatnya.

"Siv, aku duluan ya." Shilla bergegas meninggalkan kelas. Kemudian, ia duduk sendirian di bangku panjang depan kelasnya. Memandangi anak-anak kelas lain yang sedang berolahraga. Tiba-tiba saja ada yang menyentuh pundaknya, Shilla yakin bahwa itu Sivia.

"Siv." Shilla terdiam memandangi seseorang di hadapannya kini. Orang itu bukan Sivia dan juga bukan Randy.

Orang itu tersenyum ramah. "Kenapa di luar, Kak?"

"Zahra, kamu kok ada di sini?" Shilla sangat terkejut, ia tidak mengetahui bahwa sepupu kekasihnya itu juga bersekolah di tempat sama.

"Aku memang sekolah di sini, Kak. Mungkin kakak saja yang tidak pernah lihat aku, secara murid di sini kan juga banyak," jawab Zahra tersenyum.

"Kamu kelas berapa sih?" Shilla melontarkan pertanyaan lain.

"Kelas 11 IPS 3." Zahra menjawab dengan tegas.

Shilla begitu terkejut mendengar jawaban dari Zahra. Sebegitu kuperkah dirinya? Sampai dengan teman seangkatan sendiri saja tidak tahu. Setidaknya tahu wajahnya sudah cukup.

"Wajar sih, Kak kalau kamu gak tahu sama aku. Kakak kan orang yang cerdas di banggakan oleh semua guru, dikenal sama semua orang sedangkan aku hanyalah siswi biasa yang tidak terlalu di anggap." Zahra berusaha menjelaskan karena dia tahu kalau Shilla masih nampak kebingungan.

"Lalu kenapa manggil aku Kak?" Shilla mengernyitkan keningnya.

Zahra tertawa mendengarnya. "Lah, kan kamu pacarnya Kak Randy jadinya aku panggil Kakak dong biar lebih sopan."

"Iya juga sih," jawab Shilla tersenyum

***

"Siv, kamu lihat gak siswi yang sama aku tadi setelah ulangan?" tanya Shilla seraya menyeruput jus Alpukat.

"Iya lihat." Sivia memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya. "Anak 11 IPS kan?"

Shilla langsung menghentikan aktivitas makannya. "Kamu tahu dia anak kelas 11 juga, sama kayak kita?"

"Iya tahu sih. Tapi, aku gak tau namanya siapa," ucap Sivia menjelaskan.

"Dia yang namanya Zahra," jawab Shilla datar.

Mata sivia terbelalak. "Apa? Jadi dia sepupunya Randy? Dia juga yang kamu curigai sebagai Anita?"

"Iya gitu deh, Sivia. Bantu aku menemukan jawabannya ya," mohon Shilla tersenyum.

"Gak bisa di biarin ini. Harus langsung nanya sama Galang. Kamu tunggu saja kabar dari aku ya," jawab Sivia emosi.

Drt ... drt ... drt ... suara smartphone milik Shilla bergetar ternyata ada satu pesan masuk dan itu nomor asing yang mengancam Shilla semalam.

"Aku peringati sekali lagi. Jauhin Randy sekarang juga. Awas saja sampai pulang sekolah nanti kamu masih pulang bareng bersamanya."

Setelah membaca dalam hati Shilla menunjukkan isi pesan tersebut kepada Sivia.

"Yang kayak gini sudah gak bisa di diemin, Shill. Ajak ketemuan aja deh." Emosi Sivia sudah naik di ubun-ubun.

"Namun, orang asing itu juga gak bakalan mau," jawab Shilla menaikkan salah satu alisnya.

"Aku tahu caranya." Sivia menjentikan jarinya lalu tersenyum.

***

Banyak siswa-siswi di SMA Nusa Indah yang berlalu-lalang. Saat ini jam pulang sekolah telah tiba. Shilla dan Sivia telah menyusun rencana. Hari ini Shilla meminta Randy untuk tidak mengantarnya pulang ke rumah seperti biasa, sesuai dengan perintah dari SMS misterius itu. Awalnya, Randy tidak menyetujui tetapi karena alasannya ingin menemani Sivia ke suatu tempat yang tidak memperbolehkan adanya lelaki, akhirnya Randy luluh juga walaupun ia sangat bertanya-tanya.

Shilla dan Sivia mengikuti Randy dari belakang walaupun harus dengan sembunyi-sembunyi di balik tembok maupun pepohonan.

"Shil, itu Randy mau ke mana?" Sivia melontarkan pertanyaan.

Shilla yang berada di belakang Sivia langsung mendorongnya secara halus. "Pulang ke rumah lah! Kan ini sudah jam pulang sekolah."

"Oh, iya juga sih," jawab Sivia lalu tertawa sendiri.

Drt ... drt ... drt ... suara getaran dari smartphone Shilla. Ia mengambil benda yang berada di sakunya itu. Lalu, membaca isi pesan yang baru saja masuk.

"Siv, ada pesan lagi dari orang misterius itu." Shilla memberikan smartphonenya kepada Sivia.

"Bagus! Kamu sudah nuruti perintah aku. Sekarang tinggal kamu jauhi saja Randy!"

"Eh, buset! Ini orang enak banget merintah seenak jidatnya aja," umpat Sivia. Ia melipat tangannya di depan dada. Wajahnya memerah menahan emosi.

"Tapi kok malah aku yang harus ngalah, Siv? Kan, Randy pacar aku!" Shilla mengerucutkan bibirnya.

Shilla dan Sivia menoleh ke arah Randy kembali secara bersamaan. Alangkah terkejutnya mereka ketika telah mendapatkan Zahra telah berada di dekat Randy.

"Eh, Shil kok di sana sudah ada Zahra aja sih?" Sivia memasang wajah bingung.

"Yaelah Siv. Kan tadi kita sibuk ngurusin SMS misterius itu," jawab Shilla malas. Ia melanjutkan perjalanannya.

Sivia menarik tangan Shilla dan memposisikan tubuh Shilla di tempat semula. "Mau ke mana sih? Misi kita belum selesai."

"Malas ah. Aku sudah sebel ngeliat pandangan di depan mata!" Shilla kembali mengerucutkan kembali bibirnya.

Sivia menarik tangan Shilla, mengajaknya menuju Randy dan Zahra berada. Sesampainya di sana, Sivia memberikan senyuman yang termanisnya. Hati Shilla masih saja terasa sakit. Namun, ia tetap berusaha bersikap tenang.

"Loh, ada, Kak Shilla ya?" Zahra kembali turun dari atas motor Randy.

"Iya nih." Shilla hanya tersenyum simpul.

"Mau pulang bareng kak Randy?" lanjutnya lagi.

"Sayang, kok kamu ada di sini?" Randy melontarkan pertanyaan.

"Hmm ... eh ... aku cuma mau nanya kok. Kamu mau pulang langsung ke rumah?" Shilla menjawab dengan begitu gugup.

"Oh, iya, Sayang. Kenapa?" Randy menaikkan salah satu alisnya.

"Gak apa-apa kok," jawab Shilla tersenyum.

"Btw, ini siapa? Gebetan baru?" Sivia melirik ke arah Zahra sebentar lalu menatap Randy membutuhkan jawaban.

"Kenalin aku Zahra," ucap Zahra lalu mengulurkan tangannya.

Sivia tampak ragu, setelah tubuhnya di senggol Shilla akhirnya ia membalas uluran tangan tersebut. "Sivia, sahabatnya Shilla."

"Aku sepupunya kak Randy," balas Zahra kembali.

"Zahra mau nebeng pulang sama Randy?" Shilla melontarkan pertanyaan dengan sebelah alis di naikkan.

"He ... he ... he ... iya nih, Kak. Lumayan kan hemat ongkos." Zahra terkekeh.

"Oh, yaudah gak apa-apa kok. Lagian aku juga masih ada urusan sama Sivia," jelas Shilla tersenyum.

"Yaudah kalau gitu kami duluan aja ya, Sayang." Randy melajukan motornya secara perlahan tapi pasti. Tinggalah Shilla dan Sivia masih tetap berada di tempat yang sama.

"Kita harus ikuti mereka kembali. Tunggu taksi sebentar." Sivia sibuk dengan sendirinya. Shilla hanya pasrah saja mengikuti sahabatnya itu.

"Rencana kamu apa lagi?" tanya Shilla setelah mereka telah berada di dalam Taksi.

"Kita ikuti saja mereka berdua. Bukannya kamu bilang gak percaya kalau Zahra memang sepupunya Randy?" Sivia menatap Shilla.

"Iya sih, Siv. Tapi, bukannya kita harus mencari tahu seorang di balik pesan misterius itu?" Shila pun menatap Sivia.

"Iya, bisa aja kan, pesan tersebut dari Zahra! Jadi, Anita, Zahra dan seorang pengirim pesan itu kalau ternyata orang yang sama gimana?" jelas Sivia.

"Iya juga sih." Shilla menganguk-angguk setuju.

***

Benarkah Zahra hanya sepupu Randy?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status