Share

Bab 3

Author: Prita
Setelah mengakhiri panggilan, Calista tiba di rumah sakit.

Baru saja keluar dari lift, dia melihat dokter penanggung jawab ibunya berlari tergesa-gesa menuju kamar perawatan. Jantungnya mencelos, Calista buru-buru mengejar.

Direktur rumah sakit menahannya dengan wajah penuh kegelisahan, "Bu Calista, Pak Dean baru saja memberi instruksi. Seluruh rumah sakit di bawah nama Grup Ramosh dilarang menangani ibu Anda."

"Kalau dalam satu jam Bu Calista tidak bisa membuat Pak Dean mengubah keputusan, kami harus memindahkan ibu Anda keluar dari rumah sakit."

"Apa?"

Wajah Calista seketika memucat. Dia segera menelepon Dean, tapi tidak diangkat. Mengirim pesan juga tidak dibalas. Akhirnya, Calista hanya bisa tertawa getir dan turun ke lantai dasar, lalu pergi ke rumah kecil tempat Dean tinggal bersama Arcelia.

Sebelum masuk ke dalam, dia sudah mendengar suara tawa dari dalam rumah.

"Kak Dean, apakah cara ini benar-benar berhasil? Kalau Kak Calista membawa Tante ke rumah sakit lain gimana? Kalau begitu, bukankah kamu nggak bisa mengendalikan Kak Calista lagi?" Arcelia berkedip manja dan berkata dengan suara lembut.

Dean menjawab dengan malas, "Dia nggak berani. Seluruh Keluarga Ramosh tahu hal yang paling nggak bisa dia lepaskan adalah si tua bangka itu."

"Kalau bukan karena ibunya ada di tanganku, mana mungkin aku berani sebegitu terang-terangan bersamamu? Dia pasti akan menyerah."

Jadi, ini alasan Dean berubah hati? Karena dia punya kelemahan Calista, jadi dia bisa bertindak semena-mena. Arcelia terkekeh pelan, lalu tiba-tiba ragu dan bertanya, "Kak Dean, tapi bagaimanapun juga itu ibunya Kak Calista. Apa kamu nggak terlalu berlebihan?"

Dean menaikkan alis. Cahaya lampu memantul dingin pada gelang jam logamnya.

"Kalau mengingat bagaimana aku dulu sampai harus berlutut di depan seseorang yang hampir mati, aku merasa jijik setengah mati."

Calista berdiri di depan pintu. Seluruh tubuhnya terasa membeku. Yang disebut Dean sebagai momen berlutut itu terjadi pada hari pernikahan mereka.

Saat itu, semua orang mengatai ibu Calista pembawa sial, bahkan di ambang kematian pun masih dianggap menyusahkan keluarga.

Hanya Dean satu-satunya yang saat itu memaksa masuk, mendorong orang-orang yang mencoba menghalangi, lalu bersikeras menarik Calista menuju rumah sakit. Di depan ranjang tempat ibu Calista terbaring sebagai vegetatif, Dean berlutut.

"Ibu, tenang saja. Aku pasti akan menjaga Calista sebaik mungkin. Aku akan membuatnya jadi wanita paling bahagia di dunia."

"Ibu, bertahanlah. Selama aku masih hidup, aku nggak akan membiarkan Ibu dan Calista diperlakukan tidak adil."

Ternyata masa berlaku sumpah itu hanya tujuh tahun.

Jantung Calista terasa seperti dicabik-cabik. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi air mata justru jatuh terlebih dahulu. Ternyata begini rupanya rasa sakit yang paling dalam.

Setelah mengusap air matanya, Calista mengangkat tangan dan mendorong pintu masuk.

Sebuah gelas pecah segera menghantam lantai di dekat kakinya. Dean duduk dengan kaki bersilang, memeluk Arcelia sambil tersenyum mengejek. "Bukannya kamu merasa hebat? Mau apa datang ke sini?"

"Kembalikan akses pengobatan ibuku. Aku bisa lakukan apa pun yang kamu mau." Calista menunduk dan terdiam dengan tenang.

Dean terkekeh, suara bass-nya terdengar jelas di seluruh ruangan, "Oke, kalau itu permintaanmu, minta maaf dulu sama Arcelia."

"Baik," jawab Calista tanpa sedikit pun keraguan.

Namun, Arcelia tampil tidak puas. Dia mencemberutkan bibir dan berkata dengan manja, "Kak Calista kelihatannya nggak tulus. Aku mau seperti di drama-drama itu, Kak Calista harus berlutut meminta maaf."

Mata Dean langsung berbinar. "Arcelia benar. Calista, kalau kamu nggak menunjukkan ketulusan, bagaimana aku bisa membantumu? Ayo cepat, berlutut dan minta maaf."

Setelah berkata demikian, dia mengubah posisi duduk, menatap Calista dengan minat dan menunggu reaksinya.

Calista tahu, Dean hanya ingin melihat dirinya panik dan kehilangan kendali. Seperti saat menghadiri pernikahan teman mereka. Padahal sudah diinformasikan jauh sebelumnya bahwa akan ada wawancara media. Namun, Dean tetap mencium Arcelia dengan penuh gairah di depan kamera,

meninggalkan Calista sendirian menghadapi banjiran pertanyaan dari media.

Setelah itu, Dean bahkan berkata dengan tegas, "Arcelia penakut. Dia mudah kaget kalau menghadapi media. Kamu 'kan nggak, kamu sudah terbiasa."

Karena dianggap terbiasa, Calista kehilangan hak untuk menolak. Meski hatinya berdarah, wajahnya tetap harus tampak tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

Seperti sekarang, menghadapi tatapan Dean dan Arcelia yang jelas-jelas sedang menonton drama, Calista hanya meletakkan tasnya ke lantai. Lalu, dia berlutut dengan pelan.

Bunyi keras terdengar saat lututnya menghantam pecahan kaca di lantai. Pecahan itu menancap ke dalam kulitnya, darah mengalir membasahi ubin.

Namun, Calista seolah tidak merasakan apa pun. Dia hanya membuka mulut dan berkata lembut, "Maaf, Bu Arcelia."

Dean tertegun. Secara refleks, dia mendorong Arcelia dari pelukannya dan mengulurkan tangan hendak menolong Calista. Namun sebelum dia bisa menyentuh Calista, suara tangis Arcelia terdengar.

"Kak Dean, aku takut darah .... aku pingsan kalau lihat darah ...."

Dean langsung berhenti, lalu mengangkat Arcelia di pinggang dan bergegas membawanya ke rumah sakit. Calista ingin mengejar, tetapi lututnya kehilangan tenaga dan dia jatuh kembali ke lantai. Pecahan kaca menusuk dagingnya semakin dalam.

Namun, dia tetap tidak merasakan sakit. Dia hanya meraih ujung baju Dean dengan putus asa, "Dean, biaya medis ibuku ...."

"Calista!" Dean memotong ucapannya.

"Kenapa kamu egois sekali? Nggak lihat Arcelia hampir pingsan? Kamu masih bisa memikirkan ibumu yang sudah seperti mayat hidup itu."

"Kukasih tahu kamu nih, kalau Arcelia sampai kenapa-kenapa hari ini, kamu dan ibumu sama-sama harus menanggung akibatnya!"

Setelah berkata demikian, Dean menendang Calista hingga terjatuh, lalu pergi terburu-buru. Tinggallah Calista yang menatap punggungnya menjauh dengan pandangan penuh keputusasaan.

"Dean, aku benar-benar sudah salah mencintaimu."

Setelah menenangkan diri beberapa detik, Calista menekan nomor rumah sakit.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 17

    Dari proses penahanan, pengambilan barang bukti, sampai proses persidangan ... serangkaian kejadian itu hanya memakan waktu 15 hari.Calista menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana wajah Dean perlahan kehilangan seluruh ronanya. Dia melihat Narcissa yang selama ini angkuh dan congkak, ditangkap dengan rambut berantakan. Penampilannya tidak lebih dari seorang wanita histeris yang tampak sangat menyedihkan.Dia melihat raksasa bernama Keluarga Ramosh yang telah menekan dirinya selama tujuh tahun penuh ... runtuh seketika dan hancur berantakan karena dirinya.Berkat bukti yang dikumpulkan Xeno, Arcelia juga ditangkap karena menyuap dokter dan menyebabkan kematian ibu Calista. Kemudian, dia dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan.Di ruang sidang, Dean seperti kehilangan seluruh kehidupan dalam dirinya. Dalam semalam, dia seakan menua 20 tahun.Karena tidak terlibat langsung dalam operasional Grup Ramosh, Narcissa hanya dijatuhi hukuman perampasan harta.Sepuluh hari kemudian, ka

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 16

    Ucapannya itu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Semua orang mematung di tempat. Terutama geng Arcelia, mereka langsung melepaskan tangan yang tadi memapah Arcelia seketika. Kemudian, mereka diam-diam mundur.Narcissa pun tertegun. "Nggak mungkin! Hasil pemeriksaan kehamilan Arcelia sudah kulihat sendiri, itu dari rumah sakit Grup Ramosh ....""Arcelia menyuap dokter kebidanan. Rico sudah menyelidikinya."Suara Dean serak, lalu dia mengeluarkan map yang baru saja diberikan asistennya."Arcelia bukan hanya memalsukan kehamilan, dia juga mengaku sebagai penyelamatku, padahal yang menyelamatkanku adalah Calista. Di luar, dia mengatasnamakan Keluarga Ramosh untuk berbuat seenaknya. Semua bukti ada di sini."Raut wajah Arcelia pucat pas, tapi Dean mengabaikannya.Narcissa meraih map itu dengan kecepatan luar biasa. Beberapa detik kemudian, beberapa lembar dokumen menghantam wajah Arcelia. Tepi kertas yang tajam menyayat pipinya, meninggalkan luka tipis yang panjang.Namun, Arcel

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 15

    Geng Arcelia langsung mengikutinya. Wajah mereka berubah ketakutan sambil berteriak, "Ada orang nggak?! Calista mendorong Arcelia jatuh dari paviliun!"Narcissa dan para tamu segera bergegas datang. Lagi-lagi, sebuah adegan yang familier. Begitu melihat Narcissa, mata Arcelia langsung berkaca-kaca. Tangannya memegangi perutnya dengan wajah amat menyedihkan."Tante ... aku cuma ingin menasihati Kak Calista supaya tahu diri, jangan sampai karena marah sama Dean malah merendahkan diri dan bergaul dengan orang-orang nggak jelas. Tapi, Kak Calista marah sekali. Dia ... dia bilang sudah nggak suka Dean, lalu mendorongku dari paviliun. Dia bilang mau ... mau membuat Keluarga Ramosh nggak punya keturunan lagi.""Tante, aku takut sekali ... hu ... hu ...."Sahabat-sahabat Arcelia juga segera ikut menangis."Benar, Tante. Kami semua melihatnya dengan mata kepala sendiri. Arcelia itu anaknya baik sekali, tapi dimaki habis-habisan sama Calista.""Ya, Calista tadi bilang anak yang dikandung Arcelia

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 14

    Dunia seolah berhenti berputar pada saat itu. Dean membuka mulutnya hendak bicara, tapi akhirnya hanya bisa meneteskan darah dari ujung bibirnya."Ibu ... meninggal?""Bagaimana ... bagaimana mungkin? Calista, jangan bercanda. Lelucon ini nggak lucu. Mana mungkin Ibu meninggal? Dia nggak akan mati. Nggak mungkin."Dean menggeleng dengan keras dan panik. Namun, pikirannya malah menampilkan kembali kenangan saat pertama kali dia bertemu ibu Calista. Saat itu, dia kabur dari rumah karena tidak tahan lagi dikontrol Narcissa.Hari itu, ibu kota diguyur hujan lebat. Dia yang baru berusia 17 tahun, berlari sambil menangis di tengah hujan. Ibu Calista yang pertama kali melihatnya, lalu membawanya masuk ke rumah. Dia masih ingat, ibu Calista memberinya secangkir susu hangat, mengeringkan rambutnya, dan berkata lembut, "Jangan takut, tidur yang nyenyak."Itu adalah pertama kalinya Dean merasakan apa itu kehangatan sebuah rumah.Karena itu, ketika mendengar Keluarga Syahrina bangkrut, ibu Calista

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 13

    Saat mobil Keluarga Mubarak berhenti di depan pintu, Dean berlari menuruni tangga."Hati-hati kepalamu." Xeno membuka pintu mobil dengan lembut, melindungi Calista turun dengan penuh perhatian.Hari itu Calista tidak berdandan berlebihan, dia hanya mengenakan riasan tipis dan gaun putih sederhana. Namun, dengan kemewahan dan keanggunan yang melekat padanya selama bertahun-tahun, Calista tetap menjadi pusat perhatian seluruh pesta."Calista, ka ... kamu sudah datang ya."Melihat wanita yang dirindukannya berdiri di depannya, Dean sampai terbata-bata.Berbanding terbalik dengan reaksi Dean, Calista tetap tenang dan sopan."Iya. Selamat, ya."Hanya satu kalimat, tapi Dean sampai tidak sadar ujung rokoknya membakar jarinya."Calista, kamu salah paham ... sebenarnya ulang tahun ini cuma untuk ....""Kak Dean!" Arcelia memotong ucapannya dan berlari kecil dengan manja. Dia menggenggam lengan Dean dengan erat, seakan menunjukkan kepemilikannya."Calista, lama nggak ketemu. Ini pacarmu?"Melih

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 12

    "Siapa suruh Calista terus-terusan ngotot nggak mau relain posisi Nyonya Ramosh? Kalau aku nggak memprovokasinya, bagaimana dia akan menyerah dan pergi sendiri?""Lalu, ibunya Dean itu juga wanita tua yang tolol. Aku cuma sengaja memfitnah sedikit dengan bilang perutku sakit, si tua bangka itu langsung berebut ingin bela aku. Kocak sekali."Setiap kata itu bagaikan pisau beracun yang menebas habis imej gadis polos dan baik hati yang selama ini dipercayai Dean.Pengawal bertanya dengan suara gemetar, "Pak Dean, apakah kita tetap masuk?"Dean menutup matanya, lalu berbalik pergi. "Jangan bilang sama dia kalau aku datang."....Di rumah besar, Dean menenggak minuman segelas demi segelas. Dia mengingat kata-kata Arcelia barusan. Arcelia mengakui jasa Calista sebagai miliknya sendiri, hanya demi bisa menikah ke keluarga kaya. Dia membuang Calista yang sedang hamil ke pinggir jalan, membuatnya kehilangan kesempatan menjadi seorang ibu.Arcelia berpura-pura hamil dan menjebak Calista, memaksa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status