Share

Bab 4

Author: Prita
Petugas ambulans segera tiba. Setelah melakukan perban darurat, Calista langsung bergegas menuju kamar rawat ibunya. Begitu masuk, dia melihat kepala perawat sedang bersiap mencabut selang oksigen ibunya.

"Berhenti! Kalian semua berhenti!"

"Aku istri Dean, ini rumah sakit milik Keluarga Ramosh. Siapa yang memberi izin kalian menyentuh ibuku?" Calista menggigit bibirnya sampai berdarah, suaranya keras dan bergetar.

Kepala perawat tampak serba salah saat berbicara, "Bu Calista, ini perintah langsung dari Pak Dean. Kami nggak berani melanggar. Mungkin ... Anda bisa bicarakan ulang dengan Pak Dean?"

Telepon segera tersambung. Suara Dean terdengar penuh ketidaksabaran. "Ada apa lagi?"

Calista menghirup napas dan berkata dengan suara gemetar, "Dean, bukankah kamu bilang selama aku berlutut, kamu akan melepaskan ibuku? Mereka sekarang mau mencabut oksigen ibuku. Bisa nggak kamu ...."

"Nggak bisa." Dean memotongnya tanpa ragu.

"Memang Arcelia nggak terluka tadi, tapi aku tetap nggak puas dengan sikapmu. Tenang saja, aku sudah tanya dokter. Cuma cabut selang, ibumu nggak akan mati semudah itu."

"Tapi ibuku sudah mati otak, dokter bilang ...."

Dean mengerutkan kening, jelas tidak ingin mendengar lebih jauh, "Apa kata dokter nggak penting. Aku masih harus menidurkan Arcelia. Sudah, aku tutup."

Telepon ditutup dengan kasar.

Kepala perawat mengangkat tangan tanda tak berdaya, lalu mencabut mesin pernapasan. Detak jantung ibu Calista langsung berubah menjadi suara rintihan lemah. Pasien yang sudah mengalami mati otak hanya bisa bertahan hidup dengan bantuan ventilator.

"Tidak ... jangan!"

Calista mencoba menerjang maju, tapi petugas medis menahannya dengan kuat. Dia hanya bisa menyaksikan ibunya menggigil, kejang, lalu perlahan menjadi tenang. Ketika dokter mengonfirmasi kematian, seluruh proses hanya berlangsung tiga menit.

Hanya dalam tiga menit ... Calista kehilangan satu-satunya keluarga yang masih hidup di dunia ini. Biang keladinya adalah Dean, pria yang dulu berkata akan menjaganya seumur hidup.

Pada saat yang sama, Arcelia memperbarui unggahan di media sosialnya, sebuah hasil pemeriksaan kehamilan.

[ Tolong ucapkan selamat untuk seseorang yang sebentar lagi akan menjadi ayah. ]

Ibu Dean menjadi orang pertama yang menekan tombol suka.

[ Luar biasa sekali Arcelia, Cuma beberapa kali saja sudah berhasil hamil. Nggak seperti seseorang yang nggak hamil-hamil itu. ]

[ Minggu depan biar Dean bawa kamu pulang makan bersama keluarga. ]

Arcelia membalas dengan satu emotikon malu-malu.

Calista menekuk sudut bibirnya. Jika dibandingkan dirinya, justru mereka berdua yang terlihat seperti ibu mertua dan menantu.

Air matanya membasahi surat kematian ibunya. Calista duduk sendirian di ruang jenazah hingga fajar menyingsing.

Waktu resmi perceraian dengan Dean masih tersisa 28 hari. Dalam beberapa hari berikutnya, Calista menanggung sendiri seluruh proses pemakaman ibunya. Mulai dari penyiapan jenazah, kremasi, hingga pemakaman.

Seluruh rangkaian itu memakan waktu tujuh hari.

Selama tujuh hari itu, Dean tidak pulang sekali pun. Namun, media sosial Arcelia memperbarui unggahan secara rutin.

Dean menemaninya melakukan pemeriksaan kehamilan. Dean menemaninya memilih ranjang bayi. Dean mencarikan jimat keselamatan untuk Arcelia dan calon bayi ....

Semua hal yang pernah Calista impikan untuk dilakukan bersama Dean, Dean malah melakukannya bersama Arcelia.

Hari ke-9 masa tenang perceraian.

Dean tiba-tiba mengirimkan banyak pesan kepada Calista. Semua isinya hanyalah tuduhan.

[ Ke mana kamu bawa ibumu? Aku cuma main-main sama kamu, apa perlu sampai kamu sembunyikan ibumu? ]

[ Memang benar kata Ibu, kamu memang terlalu manja. Cepat bawa ibumu kembali ke rumah sakit. Jangan sampai ibumu sengsara hanya karena kamu mau melawanku. ]

....

Namun, Calista hanya membalas satu kalimat.

[ Nggak perlu. ]

Dua kata itu cukup untuk membuat Dean pulang ke vila tengah malam. Dia menggenggam tangan Calista dengan erat dan wajahnya penuh amarah, "Apa maksudmu? Apa itu 'nggak perlu'? Apa kamu mau memutus hubungan denganku?"

"Calista, aku peringatkan kamu ...."

"Selamat ya." Calista memotong perkataannya, tatapannya penuh sinis. "Sebentar lagi jadi ayah."

Tangan Dean terlepas seketika. Dia kembali duduk ke sofa, jelas terlihat rasa bersalah yang disembunyikannya. Namun setelah itu Dean seolah teringat sesuatu, ekspresinya melunak.

"Kamu bawa ibumu pergi karena Arcelia hamil, ya? Kamu takut aku mengabaikanmu karena Arcelia mengandung, jadi kamu sengaja cari perhatianku?"

"Calista, kamu nggak perlu melakukan semua itu. Meskipun Arcelia melahirkan, kamu tetap satu-satunya istriku. Itu nggak akan berubah sampai mati."

Dean tersenyum puas, lalu mengambil sebuah gelang turmalin merah dari sakunya.

Calista mengenali gelang itu. Dia pernah melihat gelang itu di media sosial Arcelia. Barang edisi tunggal dari balai lelang yang hanya ada satu-satunya di dunia. Arcelia merasa gelang itu tua dan kuno, lalu membuangnya ke tempat sampah sambil menulis.

[ Cuma perempuan tua yang suka pakai barang seperti ini. ]

Melihat Calista melamun, Dean mengira dia terharu sampai tidak bisa berkata-kata. Dia tersenyum dan melanjutkan, "Karena kamu sudah berusaha keras memanjakanku, besok ikut ke acara keluarga di rumah lama."

Calista mengerutkan kening, hendak menolak. Namun, Dean bertanya dengan nada heran, "Dokumen yang kamu suruh aku tanda tangan kemarin itu apa? Aku nggak menerima pemberitahuan transaksi apa pun."

Jantung Calista serasa berhenti sejenak. Tanpa sadar, kedua tangannya saling menggenggam erat. Ternyata ... Dean masih belum tahu bahwa dia menandatangani surat cerai.

Bagus juga. Saat pergi nanti, dia tidak perlu lagi menjelaskan apa pun kepada Dean. Memikirkan hal itu, Calista pun meredakan emosinya dan berkata datar, "Nggak penting. Aku juga nggak jadi ingin barang itu."

Dean tidak curiga. Melihat Calista yang mengenakan pakaian sederhana, hatinya justru terasa hangat. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi telepon Arcelia masuk.

"Kak Dean, bayinya bandel lagi, cepat datang temani aku."

Secara naluriah, Dean menoleh ke Calista.

Dulu, kalau Arcelia menelepon seperti itu, Calista pasti akan marah besar dan memaksa Dean tidak boleh pergi. Atau malah langsung mendorongnya keluar dari vila dan membanting pintu, untuk menunjukkan kekesalannya.

Namun kali ini, Calista tidak melakukan apa pun. Dia hanya berbalik dan menaiki tangga pelan-pelan, meninggalkan Dean dengan bayangan punggungnya yang rapuh.

"Calista!" Dean memanggilnya, suaranya penuh kekesalan yang tidak bisa dijelaskan. "Kamu nggak dengar? Arcelia manggil aku untuk temani dia dan anaknya."

Calista mengangguk, langkahnya tidak berhenti. "Pergilah. Hati-hati di jalan."

Dean terpaku di tempat. Untuk sesaat, dia bahkan seperti kehilangan arah.

Akhirnya, suara Arcelia yang merajuk dari telepon menariknya kembali.

Dean buru-buru menjawab, "Aku segera ke sana."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 17

    Dari proses penahanan, pengambilan barang bukti, sampai proses persidangan ... serangkaian kejadian itu hanya memakan waktu 15 hari.Calista menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana wajah Dean perlahan kehilangan seluruh ronanya. Dia melihat Narcissa yang selama ini angkuh dan congkak, ditangkap dengan rambut berantakan. Penampilannya tidak lebih dari seorang wanita histeris yang tampak sangat menyedihkan.Dia melihat raksasa bernama Keluarga Ramosh yang telah menekan dirinya selama tujuh tahun penuh ... runtuh seketika dan hancur berantakan karena dirinya.Berkat bukti yang dikumpulkan Xeno, Arcelia juga ditangkap karena menyuap dokter dan menyebabkan kematian ibu Calista. Kemudian, dia dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan.Di ruang sidang, Dean seperti kehilangan seluruh kehidupan dalam dirinya. Dalam semalam, dia seakan menua 20 tahun.Karena tidak terlibat langsung dalam operasional Grup Ramosh, Narcissa hanya dijatuhi hukuman perampasan harta.Sepuluh hari kemudian, ka

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 16

    Ucapannya itu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Semua orang mematung di tempat. Terutama geng Arcelia, mereka langsung melepaskan tangan yang tadi memapah Arcelia seketika. Kemudian, mereka diam-diam mundur.Narcissa pun tertegun. "Nggak mungkin! Hasil pemeriksaan kehamilan Arcelia sudah kulihat sendiri, itu dari rumah sakit Grup Ramosh ....""Arcelia menyuap dokter kebidanan. Rico sudah menyelidikinya."Suara Dean serak, lalu dia mengeluarkan map yang baru saja diberikan asistennya."Arcelia bukan hanya memalsukan kehamilan, dia juga mengaku sebagai penyelamatku, padahal yang menyelamatkanku adalah Calista. Di luar, dia mengatasnamakan Keluarga Ramosh untuk berbuat seenaknya. Semua bukti ada di sini."Raut wajah Arcelia pucat pas, tapi Dean mengabaikannya.Narcissa meraih map itu dengan kecepatan luar biasa. Beberapa detik kemudian, beberapa lembar dokumen menghantam wajah Arcelia. Tepi kertas yang tajam menyayat pipinya, meninggalkan luka tipis yang panjang.Namun, Arcel

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 15

    Geng Arcelia langsung mengikutinya. Wajah mereka berubah ketakutan sambil berteriak, "Ada orang nggak?! Calista mendorong Arcelia jatuh dari paviliun!"Narcissa dan para tamu segera bergegas datang. Lagi-lagi, sebuah adegan yang familier. Begitu melihat Narcissa, mata Arcelia langsung berkaca-kaca. Tangannya memegangi perutnya dengan wajah amat menyedihkan."Tante ... aku cuma ingin menasihati Kak Calista supaya tahu diri, jangan sampai karena marah sama Dean malah merendahkan diri dan bergaul dengan orang-orang nggak jelas. Tapi, Kak Calista marah sekali. Dia ... dia bilang sudah nggak suka Dean, lalu mendorongku dari paviliun. Dia bilang mau ... mau membuat Keluarga Ramosh nggak punya keturunan lagi.""Tante, aku takut sekali ... hu ... hu ...."Sahabat-sahabat Arcelia juga segera ikut menangis."Benar, Tante. Kami semua melihatnya dengan mata kepala sendiri. Arcelia itu anaknya baik sekali, tapi dimaki habis-habisan sama Calista.""Ya, Calista tadi bilang anak yang dikandung Arcelia

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 14

    Dunia seolah berhenti berputar pada saat itu. Dean membuka mulutnya hendak bicara, tapi akhirnya hanya bisa meneteskan darah dari ujung bibirnya."Ibu ... meninggal?""Bagaimana ... bagaimana mungkin? Calista, jangan bercanda. Lelucon ini nggak lucu. Mana mungkin Ibu meninggal? Dia nggak akan mati. Nggak mungkin."Dean menggeleng dengan keras dan panik. Namun, pikirannya malah menampilkan kembali kenangan saat pertama kali dia bertemu ibu Calista. Saat itu, dia kabur dari rumah karena tidak tahan lagi dikontrol Narcissa.Hari itu, ibu kota diguyur hujan lebat. Dia yang baru berusia 17 tahun, berlari sambil menangis di tengah hujan. Ibu Calista yang pertama kali melihatnya, lalu membawanya masuk ke rumah. Dia masih ingat, ibu Calista memberinya secangkir susu hangat, mengeringkan rambutnya, dan berkata lembut, "Jangan takut, tidur yang nyenyak."Itu adalah pertama kalinya Dean merasakan apa itu kehangatan sebuah rumah.Karena itu, ketika mendengar Keluarga Syahrina bangkrut, ibu Calista

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 13

    Saat mobil Keluarga Mubarak berhenti di depan pintu, Dean berlari menuruni tangga."Hati-hati kepalamu." Xeno membuka pintu mobil dengan lembut, melindungi Calista turun dengan penuh perhatian.Hari itu Calista tidak berdandan berlebihan, dia hanya mengenakan riasan tipis dan gaun putih sederhana. Namun, dengan kemewahan dan keanggunan yang melekat padanya selama bertahun-tahun, Calista tetap menjadi pusat perhatian seluruh pesta."Calista, ka ... kamu sudah datang ya."Melihat wanita yang dirindukannya berdiri di depannya, Dean sampai terbata-bata.Berbanding terbalik dengan reaksi Dean, Calista tetap tenang dan sopan."Iya. Selamat, ya."Hanya satu kalimat, tapi Dean sampai tidak sadar ujung rokoknya membakar jarinya."Calista, kamu salah paham ... sebenarnya ulang tahun ini cuma untuk ....""Kak Dean!" Arcelia memotong ucapannya dan berlari kecil dengan manja. Dia menggenggam lengan Dean dengan erat, seakan menunjukkan kepemilikannya."Calista, lama nggak ketemu. Ini pacarmu?"Melih

  • Cinta Aliansi, Cinta Transaksional   Bab 12

    "Siapa suruh Calista terus-terusan ngotot nggak mau relain posisi Nyonya Ramosh? Kalau aku nggak memprovokasinya, bagaimana dia akan menyerah dan pergi sendiri?""Lalu, ibunya Dean itu juga wanita tua yang tolol. Aku cuma sengaja memfitnah sedikit dengan bilang perutku sakit, si tua bangka itu langsung berebut ingin bela aku. Kocak sekali."Setiap kata itu bagaikan pisau beracun yang menebas habis imej gadis polos dan baik hati yang selama ini dipercayai Dean.Pengawal bertanya dengan suara gemetar, "Pak Dean, apakah kita tetap masuk?"Dean menutup matanya, lalu berbalik pergi. "Jangan bilang sama dia kalau aku datang."....Di rumah besar, Dean menenggak minuman segelas demi segelas. Dia mengingat kata-kata Arcelia barusan. Arcelia mengakui jasa Calista sebagai miliknya sendiri, hanya demi bisa menikah ke keluarga kaya. Dia membuang Calista yang sedang hamil ke pinggir jalan, membuatnya kehilangan kesempatan menjadi seorang ibu.Arcelia berpura-pura hamil dan menjebak Calista, memaksa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status