MasukSetelah mendengar nasihat Adik nya, Umi Hana mencoba menenangkan diri.
"Mas Shiddiq belum pulang mbak ? Kok gak kelihatan dari tadi". Tanya Tante Rani. "Belum ... Biasa mas mu itu, jam segini masih di pondok, pulang nya nanti jam 10." Ujar Umi Hana. "Ya sudah,Rani pamit dulu ya mbak ..." Ucap Tante Rani beranjak dari duduk nya. "Kamu gak nginap disini dulu Ran ? Ini kan udah malam," tawar Umi Hana. "Baru juga jam 8 mbak, biasanya aku pulang jam 9 atau 10 an, lagian jalan nya aman kok," Ucap tante Rani berjalan menuju pintu yang di ikuti Umi Hana "Padahal dulu pas kita mondok bareng, kamu penakut sekali, lihat darah aja takut, padahal darah menstruasi mu sendiri. di kegelapan juga takut, sekarang malah jadi dokter. He he," ucap Umi hana dengan senyum manis nya karena mengingat masa masa mondok nya dengan Tante Rani. "He he, iya untung dulu ada mbak Hana yang penyabar banget, selalu bantu dan nenangin aku. he he". Ujar tante Rani tersenyum. "Mbak kan pengurus . Jadi ya wajar bersikap gitu". Jelas Umi Hana. "Tapi ada lo, pengurus yang judes banget, mbak Raya salah satu nya". Ucap Tante Rani. "Dia kan bagian keamanan... Ya wajar to Ran. .." jelas Umi Hana. "Iya deh iya, kan teman nya sama sama pengurus, jadi di bela, he he". Ucap Tante Rani. "He he, udah ah, malah jadi ghibah. Terus gimana cerita nya ? Kok bisa hilang ketakutan nya ?" Tanya Umi Hana. "Waktu kan juga terus berputar mbak .... yang semula benci jadi cinta, yang semula takut jadi berani. Menjadi seorang dokter kan memang cita-cita ku dari kecil, jadi semua ketakutan ku, aku buang. Wush wush ... He he" Ujar Tante Rani dengan mengibaskan tangan ke udara. Umi Hana hanya menggeleng geleng kepala melihat Adik nya bertingkah seperti itu. Setelah sampai di depan pintu kakak ipar dan adik itu berpelukan erat mengobati rindu, karena sebelum Umi Hana menikah dengan Abah Shiddiq, Tante Rani sudah mengenal dekat di pondok pesantren dimana mereka menuntut ilmu. "Hati-hati Ran ..." Pesan Umi Hana. "Iya mbak, salam buat mas Shiddiq ya." Ucap tante Rani. "Insyaallah mbak salamin." Jawab Umi Hana. "Ya sudah, Assalamu'alaikum ..." Ucap Tante Rani. "Wa'alaikum salam warahmatullah." Jawab Umi Hana. Setelah mobil pergi, Umi Hana langsung masuk ke Rumah. Baru saja berjalan menuju kamar setelah tadi menutup pintu, suara ketukan pintu dan salam pun terdengar lagi. "Tok tok tok, Assalamu'alaikum". "Waalaikumsalam" jawab Umi Hana dengan berjalan kemudian membukakan pintu. Terlihat seorang laki-laki setengah baya dengan baju putih dan sorban nya dengan wajah yang bersih karena tidak pernah meninggalkan tahajud nya. sehingga terlihat berwibawa. Setelah tau yang mengetuk pintu suami nya, Umi Hana langsung mencium tangan Abah Shiddiq dengan takdzim. "Abah kok sudah pulang ?" Tanya Umi Hana heran karena tidak biasa nya dia pulang lebih awal. "Iya, tadi Abah kaya lihat mobil nya Rani, jadi abah percepat ngaji nya, tp sekarang kok sudah tidak ada ?". Jawab Abah Shiddiq seraya masuk ke dalam . "Iya, tadi Rani tak suruh kesini, dan baru saja dia pulang .. Dia nitip salam untuk Abah". Jawab Umi Hana menyusul suami nya setelah mengunci pintu. "Memangnya ada apa Mi ?" Tanya Abah Shiddiq. "Tadi tubuh Zahira demam, jadi Umi nyuruh Rani meriksa keadaan nya, umi khawatir dengan keadaan Zahira, akhir akhir ini dia sering melamun," ujar Umi Hana khawatir. "Sekarang, Zahira dimana ?" Tanya abah Shiddiq. "Lagi istirahat di kamar nya". Jawab Umi Hana. Setelah mendengar kalau Zahira di kamar nya, Abah Shiddiq pun berjalan menuju kamar putri nya. "Tok tok tok ... Assalamu'alaikum kakak .." salam Abah Shiddiq dengan mengetuk pintu. Lama tidak ada jawaban, akhirnya Abah Shiddiq membuka pintu nya yang tidak di kunci. Dan terlihat seorang gadis cantik memejamkan mata dengan tenang Melihat putri nya sedang tidur tenang, Abah Shiddiq kembali menutup pintu nya dengan pelan, karena khawatir jika membuat nya terbangun. •••• Ayam berkokok, burung-burung berkicau menandakan pagi mulai menyapa. Seorang gadis Ayu baru saja menggeliat, mengerjapkan mata nya karena semalaman dia tidur dengan nyenyak setelah minum obat. "Astaghfirullah ... Aku kesiangan, Umi dimana sih, kok gak bangunin aku," gumam Zahira melangkah menuju kamar mandi. Setelah selesai, dengan cepat membentangkan sajadah nya dan bersiap siap melaksanakan sholat subuh. Karna sudah menjadi kebiasaan, setelah selesai sholat dia kembali membuka mushaf nya, lalu membaca nya dengan merdu. "Krucuk krucuk" bunyi perut Zahira pun berbunyi, menandakan cacing cacing minta di isi oleh tuan nya, membuat Zahira menghentikan bacaan nya kemudian ditutup dengan mencium nya. ••• Suasana terlihat sepi setelah Zahira keluar dari kamar, dia mencoba mencari ke dua orang tua nya di berbagai tempat, tapi tidak ada, yang ada hanya "pushy", kucing kesayangan nya di bawah meja makan. "Abah sama Umi kemana ya pushy...?? Kok gak ada," tanya Zahira kepada kucing kesayangan nya. Yang di tanya pun hanya menjawab dengan suara khas nya "meong meong". Tanpa menunggu lama, Zahira langsung membuka tudung saji setelah mencium rendang sama sambal kesukaan nya. "Hmmm jadi semakin lapar" ucap Zahira mengendus masakan Umi Hana di ruang makan. Tidak selang lama, Umi Hana pulang dan di ikuti Umi Hana di belakang nya. Melihat orang tua nya pulang, Zahira berdiri dan mencium tangan mereka. "Abah sama Umi darimana ? Kok gak bangunin Zahira ?" Tanya Zahira cemberut. "Abah dari ngisi kajian di masjid kampung sebelah. Dan Umi pengen ikut, Jadi Umi lupa kalau kakak belum bangun .. maaf ya kak". Terang Umi Hana. "Memang nya kakak bangun jam berapa tadi ? Hmm ??" Tanya Abah Shiddiq. "Jam setengah 6, hehe" jelas Zahira sambil nyengir kuda. "Weleh weleh ... Putri Abah kok bangun nya telat ." Ucap Abah Shiddiq lalu menggeleng geleng kepala. "Tadi malam habis minum obat, Zahira kaya orang lagi pingsan. Tidur bisa nyenyak sekali, he he." Ucap Zahira. "Sekarang sudah enakan badan nya ?? Kata Umi, tadi malam kakak demam ?" Tanya Abah Shiddiq. "Iya, tapi sekarang sudah enakan Bah". Jawab Zahira. "Jangan terlalu banyak pikiran kak ... Kalo ada apa-apa, cerita ke Umi atau ke Abah." Tutur Abah Shiddiq seakan insting orang tua benar adanya. "Iya Bah, Zahira cuma kecapean saja kok". Ucap Zahira. "Nanti Zahira ijin ke kampus ya bah, soalnya ada janjian sama dosen. Doain kakak, supaya hari ini skripsi kakak di Acc". Ucap Zahira. "Iya kak ... Setiap orang tua pasti selalu mendoakan anak nya." Jelas Abah Shiddiq. "Makasih Abah Umi, maaf Zahira belum bisa membuat Abah sama Umi bangga". Ucap Zahira "Kamu sudah hafal Al Qur'an itu sudah membuat Abah sama Umi bangga kak ... Jadi lah penghafal Al Qur'an yang bisa jaga diri. Jaga Lisan nya, jaga perbuatan nya, jaga pikiran nya, jaga hati nya". Jelas Abah Shiddiq "Iya Abah". Ucap Zahira yang dalam hati menjadi rapuh mendengar tuturan Abah nya. "Andai Abah Umi tau apa yang sebenarnya terjadi, apa Abah sama Umi kecewa sama Zahira ?" Batin Zahira bertanya tanya. Pukul 9 Zahira berangkat ke kampus dengan motor matic nya, sepanjang jalan dia melafalkan ayat ayat yang sudah dia hafalkan, dan berdo',a semoga di beri perlindungan di sepanjang jalan. Jangan sampai kejadian kemarin, menimpa diri nya kembali. Sampai di depan gerbang kampus, dia berhenti dan menengok ke belakang, karena merasa nama nya di panggil. Setelah di lihat, ternyata Shinta sahabat sedari kecilnya. Tanpa sepengetahuan mereka, seorang laki-laki tinggi tegap memperhatikannya di tengah-tengah keramaian.Mendapat balasan dari Zahira, hati Rayyan menjadi berbunga ketika membacanya, meskipun pesannya singkat tapi itu membuat dia bahagia. Karena dalam hati nya mulai terisi nama Zahira."Selamat tidur, , sampai ketemu besok ya," balas Rayyan."Iya, terimakasih." Balas Zahira."Seharusnya aku yang bilang terimakasih, karena kamu tidak melaporkan aku ke polisi." Jawab Rayyan."Dari kemarin aku tidak kepikiran kesitu. Apa sekarang saja ? aku laporin kamu ke polisi ?" Balas Zahira.Tanpa dia sadari, dia mulai mempunyai rasa kagum terhadap Rayyan, karena dia sudah mau bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan. Karena biasanya orang yang punya salah, dia tidak mau untuk tanggung jawab, untuk mengakui kesalahannya saja tidak mau."Ya jangan .... Aku kan sudah mau tanggung jawab." Balas Rayyan, dan hanya centang dua, belum ada tanda-tanda sudah di baca."Zahira... Kamu sudah tidur ya?" Tanya Rayyan lewat pesan. dan masih centang dua, belum ada tanda-tanda sudah di baca.Memang terasa sang
Mendengar ucapan tante Rani, Andre yang belum tahu sepenuhnya menjadi kaget. Dia tidak menyangka , orang yang kena getahnya akibat ulah dirinya adalah putri kiyai yang menpunyai pondok pesantren yang besar."Iya Ray. Rani benar, kamu harus tanggung jawab, kamu harus secepatnya menikah dengan Zahira. Sebelum ada kejadian yang tidak diinginkan." Ucap kak Gita."Masalahnya, apa Abah Shiddiq mau menerimaku sebagai menantu ?" Ucap Rayyan."Yang penting kamu ke Rumahnya dulu," ucap Tante Rani."Terus Zahira ? Apa dia mau dengan orang seperti ku?" Tanya Rayyan."Kalau itu mungkin akan sulit, biar nanti dia aku kasih pengertian, karena ini juga untuk kebaikannya kedepan". Ucap Tante RaniRayyan mengangguk setuju.***Dalam kesendirian, Zahira merenungi nasihat tante Rani dan Sahabatnya yang sama. Mungkin memang begini jalan hidupnya. Dia mulai bertekat menerima Rayyan sebagai suaminya. Tapi yang jadi pikiran lagi, apakah Abah nya akan merestui ?. Di sela lamunannya, handphone Zahira pun berde
Setelah pulang dari rumah kontrakan Andre, hilmy pun kembali ke Kantor untuk menemui Rayyan."Gimana Hil ? Andre sudah ketemu ?" Tanya Rayyan."Sudah, sekarang dia jadi punjual cilok di Taman Kota Ray, dia juga ngontrak di daerah yang deket situ, mana kecil, agak kumuh lagi." Ujar Hilmy."Huft. Besok suruh langsung nempatin rumahnya yang dulu. Yang gua suruh kalian tempatin Itu sudah menjadi milik kalian. Suratnya masih gua bawa, dan atas nama kalian." Jelas Rayyan.Mendengar ucapan Rayyan, Hilmy dan Andre yang baru datang menjadi terharu atas kebaikan Rayyan. Yang memang dari dulu selalu baik .Hilmy dan Andre yang baru datang langsung memeluk Rayyan . Merasa menyesal karena sudah menghianati persahabatan mereka. Rayyan yang tiba-tiba di peluk Andre dan Hilmy dengan erat pun kaget. ' ih .... Lepas lepas. Gua masih normal, gua gak homo ya..' ucap Rayyan dengan meronta ronta ingin di lepaskan.Mendengar Rayyan yang meronta- ronta, pelukan mereka semakin di eratkan untuk mengerjai bos n
Di rumah sakit, di jam istirahat 2 orang sahabat menuju ke kantin bersamaan tapi saling diam, larut dalam pikiran masing masing. tante Rani kecewa dengan Rayyan sedangan Kak Gita yang tidak enak dan merasa bersalah dengan Zahira , keponakan sahabatnya."Git, kok tumben diam terus dari tadi ?" Tanya tante Rani melihat sahabatnya yang hari ini tiba-tiba berubah."Mmmm gak apa-apa kok. He he". Ucap kak Gita yang pura-pura senyum untuk menutupi kebingungannya. Antara cerita atau tidak, tentang apa yang sudah terjadi antara Rayyan dan Zahira. Padahal tante Rani pun sudah tau semua dari Zahira, tapi dia memilih untuk diam dulu, nanti kalau ada hal yang tidak menyenanfkan, baru dia ikut campur. meskipun begitu, itu tidak merubah persahabatan mereka. Justru mereka ingin segera menyatukan Zahira dan Rayyan sebelum semua terlambat."Kamu sudah tau kan ? Apa yang sudah terjadi diantara Rayyan dan Zahira ." Tanya tante Rani dengan serius. Ketika sudah berada di kantin.Degh, jantung kak Gita berd
"Ya sudah kamu tidur dulu sayang ...biar fikiran dan hatimu jadi lebih baik." Ucap Tante Rani kepada Zahira dan langsung dijawab dengan anggukan.Sebelum memutuskan untuk tidur, Zahira melangkah ke kamar mandi untuk mencuci mukanya supaya ketika bangun tidur besok, tidak menjadi pertanyaan oleh Abah dan Umi nya kenapa matanya terlihat sembab. Tante Rani pun keluar dengan memijat pelipisnya, karna memikirkan nasib keponakannya, "semoga psikis Zahira baik-baik saja". Batinnya ketika keluar dari kamar Zahira."Lo .. kamu kenapa Ran ? kamu dari kamar Zahira Ran ?" Tanya Umi Hana mengagetkan tante Rani yang berjalan dengan memijit pelipisnya."Eh.. iya mbak, he he". Ucap Umi Hana."Belum, tadi nonton drakor dulu, makanya sampai pening gini. he he" ujar tante Rani berbohong dengan masih mijit pelipisnya."Makanya kalau malam ya tidur... Udah tua juga masih aja nonton drakor, kaya anak muda". Ucap Umi Hana."Yey.... Aku kan tua, darah muda mbak ...." Bela Tante Rani.Umi Hana pun jadi mengge
Kalau kamu tidak mau cerita sama Umi dan Abah mu, cerita ke Tante , kamu gak sendirian sayang..." Ucap tante Rani lagi mengusap lembut lengan Zahira.Zahira yang di nasehatin seperti itu, tiba- tiba meneteskan air mata yang selama ini dia tahan untuk menutupi keadaannya di depan orang. Semakin lama tangisannya semakin deras, membuat tante Rani menatap sendu Zahira dan mengusap usap punggungnya lalu menyenderkan kepala Zahira ke bahuNya, untuk memberi sebuah kekuatan, untung pintu Nya sudah di kunci setelah tante Rani masuk. Kalau tidak, Abah Shiddiq dan Umi Hana pasti langsung mengghampiri, karna mendengar orang sesenggukan.Tantee Rani semakin yakin, ada hal besar yang di tutupi oleh Zahira setelah dia melihat Zahira menangis sesenggukan."Menangislah sayang, sampai kamu puas, jangan ada yang ditahan." Ucap tante Rani.Setelah lama menangis, Zahira langsung menghapus air mata nya dan berdiam mematung."Aku takut tan .." ucap Zahira dengan tatapan mata kosong."Takut kenapa ? Coba c







