MasukMendapat balasan dari Zahira, hati Rayyan menjadi berbunga ketika membacanya, meskipun pesannya singkat tapi itu membuat dia bahagia. Karena dalam hati nya mulai terisi nama Zahira."Selamat tidur, , sampai ketemu besok ya," balas Rayyan."Iya, terimakasih." Balas Zahira."Seharusnya aku yang bilang terimakasih, karena kamu tidak melaporkan aku ke polisi." Jawab Rayyan."Dari kemarin aku tidak kepikiran kesitu. Apa sekarang saja ? aku laporin kamu ke polisi ?" Balas Zahira.Tanpa dia sadari, dia mulai mempunyai rasa kagum terhadap Rayyan, karena dia sudah mau bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan. Karena biasanya orang yang punya salah, dia tidak mau untuk tanggung jawab, untuk mengakui kesalahannya saja tidak mau."Ya jangan .... Aku kan sudah mau tanggung jawab." Balas Rayyan, dan hanya centang dua, belum ada tanda-tanda sudah di baca."Zahira... Kamu sudah tidur ya?" Tanya Rayyan lewat pesan. dan masih centang dua, belum ada tanda-tanda sudah di baca.Memang terasa sang
Mendengar ucapan tante Rani, Andre yang belum tahu sepenuhnya menjadi kaget. Dia tidak menyangka , orang yang kena getahnya akibat ulah dirinya adalah putri kiyai yang menpunyai pondok pesantren yang besar."Iya Ray. Rani benar, kamu harus tanggung jawab, kamu harus secepatnya menikah dengan Zahira. Sebelum ada kejadian yang tidak diinginkan." Ucap kak Gita."Masalahnya, apa Abah Shiddiq mau menerimaku sebagai menantu ?" Ucap Rayyan."Yang penting kamu ke Rumahnya dulu," ucap Tante Rani."Terus Zahira ? Apa dia mau dengan orang seperti ku?" Tanya Rayyan."Kalau itu mungkin akan sulit, biar nanti dia aku kasih pengertian, karena ini juga untuk kebaikannya kedepan". Ucap Tante RaniRayyan mengangguk setuju.***Dalam kesendirian, Zahira merenungi nasihat tante Rani dan Sahabatnya yang sama. Mungkin memang begini jalan hidupnya. Dia mulai bertekat menerima Rayyan sebagai suaminya. Tapi yang jadi pikiran lagi, apakah Abah nya akan merestui ?. Di sela lamunannya, handphone Zahira pun berde
Setelah pulang dari rumah kontrakan Andre, hilmy pun kembali ke Kantor untuk menemui Rayyan."Gimana Hil ? Andre sudah ketemu ?" Tanya Rayyan."Sudah, sekarang dia jadi punjual cilok di Taman Kota Ray, dia juga ngontrak di daerah yang deket situ, mana kecil, agak kumuh lagi." Ujar Hilmy."Huft. Besok suruh langsung nempatin rumahnya yang dulu. Yang gua suruh kalian tempatin Itu sudah menjadi milik kalian. Suratnya masih gua bawa, dan atas nama kalian." Jelas Rayyan.Mendengar ucapan Rayyan, Hilmy dan Andre yang baru datang menjadi terharu atas kebaikan Rayyan. Yang memang dari dulu selalu baik .Hilmy dan Andre yang baru datang langsung memeluk Rayyan . Merasa menyesal karena sudah menghianati persahabatan mereka. Rayyan yang tiba-tiba di peluk Andre dan Hilmy dengan erat pun kaget. ' ih .... Lepas lepas. Gua masih normal, gua gak homo ya..' ucap Rayyan dengan meronta ronta ingin di lepaskan.Mendengar Rayyan yang meronta- ronta, pelukan mereka semakin di eratkan untuk mengerjai bos n
Di rumah sakit, di jam istirahat 2 orang sahabat menuju ke kantin bersamaan tapi saling diam, larut dalam pikiran masing masing. tante Rani kecewa dengan Rayyan sedangan Kak Gita yang tidak enak dan merasa bersalah dengan Zahira , keponakan sahabatnya."Git, kok tumben diam terus dari tadi ?" Tanya tante Rani melihat sahabatnya yang hari ini tiba-tiba berubah."Mmmm gak apa-apa kok. He he". Ucap kak Gita yang pura-pura senyum untuk menutupi kebingungannya. Antara cerita atau tidak, tentang apa yang sudah terjadi antara Rayyan dan Zahira. Padahal tante Rani pun sudah tau semua dari Zahira, tapi dia memilih untuk diam dulu, nanti kalau ada hal yang tidak menyenanfkan, baru dia ikut campur. meskipun begitu, itu tidak merubah persahabatan mereka. Justru mereka ingin segera menyatukan Zahira dan Rayyan sebelum semua terlambat."Kamu sudah tau kan ? Apa yang sudah terjadi diantara Rayyan dan Zahira ." Tanya tante Rani dengan serius. Ketika sudah berada di kantin.Degh, jantung kak Gita berd
"Ya sudah kamu tidur dulu sayang ...biar fikiran dan hatimu jadi lebih baik." Ucap Tante Rani kepada Zahira dan langsung dijawab dengan anggukan.Sebelum memutuskan untuk tidur, Zahira melangkah ke kamar mandi untuk mencuci mukanya supaya ketika bangun tidur besok, tidak menjadi pertanyaan oleh Abah dan Umi nya kenapa matanya terlihat sembab. Tante Rani pun keluar dengan memijat pelipisnya, karna memikirkan nasib keponakannya, "semoga psikis Zahira baik-baik saja". Batinnya ketika keluar dari kamar Zahira."Lo .. kamu kenapa Ran ? kamu dari kamar Zahira Ran ?" Tanya Umi Hana mengagetkan tante Rani yang berjalan dengan memijit pelipisnya."Eh.. iya mbak, he he". Ucap Umi Hana."Belum, tadi nonton drakor dulu, makanya sampai pening gini. he he" ujar tante Rani berbohong dengan masih mijit pelipisnya."Makanya kalau malam ya tidur... Udah tua juga masih aja nonton drakor, kaya anak muda". Ucap Umi Hana."Yey.... Aku kan tua, darah muda mbak ...." Bela Tante Rani.Umi Hana pun jadi mengge
Kalau kamu tidak mau cerita sama Umi dan Abah mu, cerita ke Tante , kamu gak sendirian sayang..." Ucap tante Rani lagi mengusap lembut lengan Zahira.Zahira yang di nasehatin seperti itu, tiba- tiba meneteskan air mata yang selama ini dia tahan untuk menutupi keadaannya di depan orang. Semakin lama tangisannya semakin deras, membuat tante Rani menatap sendu Zahira dan mengusap usap punggungnya lalu menyenderkan kepala Zahira ke bahuNya, untuk memberi sebuah kekuatan, untung pintu Nya sudah di kunci setelah tante Rani masuk. Kalau tidak, Abah Shiddiq dan Umi Hana pasti langsung mengghampiri, karna mendengar orang sesenggukan.Tantee Rani semakin yakin, ada hal besar yang di tutupi oleh Zahira setelah dia melihat Zahira menangis sesenggukan."Menangislah sayang, sampai kamu puas, jangan ada yang ditahan." Ucap tante Rani.Setelah lama menangis, Zahira langsung menghapus air mata nya dan berdiam mematung."Aku takut tan .." ucap Zahira dengan tatapan mata kosong."Takut kenapa ? Coba c







