LOGINShinta menuntun Zahira yang masih menangis sesenggukan untuk masuk ke dalam rumah sederhana nan asri.
Dari kejauhan, Rayyan mengamati mereka. Setelah memastikan Zahira aman, Rayyan kembali melajukan mobil nya membelah jalan dengan menghidupkan musik volume keras. Mewakili perasaan nya yang bercampur aduk. ••• Di dalam rumah yang sederhana , Zahira menceritakan semua kejadian yang baru saja dia hadapi kepada Sahabat nya sedari kecil. "Innalillahi wainna ilaihi raji'un" ucap Shinta kaget mendengar cerita Sahabat nya. "Aku harus gimana Shinta ? Aku takut nanti kalau aku hamil. Aku takut sama Abah Umi. Aku sudah membuat mereka kecewa . Aku malu. Aku bodoh gak bisa jaga diri " Ucap Zahira menangis dengan sesenggukan . "Ini semua bukan salah kamu Ra, ini sudah takdir Allah. Kamu yang sabar ya. Ikhlas! Di balik ujian pasti ada hikmah nya." Jawab Shinta menenangkan Zahira. Zahira hanya bisa menangis memeluk Sahabat nya. "Sudah jangan nangis terus Ra, , kamu wanita kuat, lebih baik kamu bersih bersih dulu, terus sholat. Nanti pakai baju aku dulu." Ucap Shinta dan di jawab anggukan oleh Zahira. Dalam hati Shinta. Dia merasa kasihan dengan sahabat sejak kecil nya itu. Zahira yang notabenya wanita sholehah, anak seorang Kiyai, mempunyai pondok pesantren besar di daerah nya , kini mengalami kejadian yang pahit di hidup nya. "Ya allah, berikan Zahira kesabaran untuk menghadapi ujian nya," gumam Shinta. •• Setelah membersihkan diri, Zahira membentangkan sajadah nya, bersujud kepada rabb nya, memohon ampun. Menumpahkan semua yang ada di benak nya. Mengharap sebuah ketenangan jiwa . Selesai bercengkrama dengan rabb nya, Zahira menyempatkan muroja'ah hafalan nya. Karna sudah menjadi kebiasaan Zahira sendiri, sehabis sholat selalu muroja'ah walaupun hanya 1 lembar atau 2 lembar. Setelah selesai, Shinta datang membawakan makanan untuk sahabat sedari kecil nya itu. "Makan dulu Ra" ? Ajak Shinta Di jawab gelengan kepala oleh Zahira. "Kamu harus makan Ra, supaya ada energi nya. Karna nangis juga butuh energi," Canda Shinta menghibur Zahira. Sedangkan yang di hibur hanya diam tanpa suara. "Ayo aku suapin, biar nanti ada amunisi buat nangis yang lebih kencang lagi."ujar Shinta membuat Zahira menoleh kearahnya dengan wajah yang semakin di tekuk. "Maaf Ra... aku hanya ingin menguburmu." Ujar Shinta membuat mata Zahira melotot. "Udah-udah , jangan melotot gitu, ntar bola matamu lepas, terus gelinding ke bawah, aku kan takut. " ujar Shinta berusaha keras membuat Zahira terhibur. Benar juga, kini Zahira mulai sedikit tersenyum mendengar candaan sahabat nya itu dan mulai makan walaupun hanya sedikit. •••• Di rumah bangunan kuno di sabelah pondok pesantren seorang ayah merasa cemas, ntah kenapa perasaan tidak enak muncul dari tadi menghinggapi diri nya. Mungkin ikatan batin seorang ayah dan anak yang melekat kuat. Berkali kali beliau membaca sholawat untuk menangkan diri. Sampai istri nya menghampiri pun, beliau tidak tau. "Assalamu'alaikum," sapa Umi Yang di sapa masih khusuk dengan wirid nya, mencoba menenangkan hati yang resah. "Assalamu'alaikum abah," sapa Umi kembali sambil menyentuh suami Nya. "Wa'alaikum salam.. Umi ngagetin saja," jawab Abah shiddiq dengan senyuman yang sejuk "Abah saking khusuk nya, sampai tidak dengar salam umi," canda Umi duduk di samping nya. "Ada apa Bah? Tidak biasa nya Abah seperti ini," sambung Umi lagi. "Tidak ada apa apa. Hanya saja perasaan Abah dari tadi tidak enak," jawab Abah shiddiq. "Zahira sudah pulang ?" Tanya Abah siddiq. "Belum, mungkin sebentar lagi. Abah istirahat saja dulu, Abah pasti lelah" jawab Umi menggandeng tangan Abah shidiq ke tempat tidur. Abah shiddiq mulai istirahat sejenak, setelah merasakan keresahan tanpa tau apa penyebab nya. ••• Setelah hati mulai tenang, Zahira pamit kepada Shinta untuk segera pulang. "Aku mau pulang saja Shin, takut Abah sama Umi khawatir," ucap Zahira. "Kamu gak apa apa Ra? Apa gak sebaiknya kamu nginap dulu? Biar nanti aku yang izinin, besok pagi pagi baru kamu pulang," jawab Shinta. "Aku gak apa apa kok, besok jam 6 aku ada jadwal sima'an sama mbak santri," ucap Zahira. "Ya sudah aku antar ya," tawar Shinta "Gak usah Shinta, nanti kamu pulang nya gimana? Kan lumayan jauh, takut kamu nantinya jadi kemalaman." Jawab Zahira. "Kecuali kalau kamu mau nginap di rumah ku. Boleh deh kamu antar." Sambung Zahira . "Kan nenek ku rumah nya sebelah rumah kamu, kamu lupa ? Mentang mentang kemarin umur nya nambah, sekarang jadi pelupa, haha" Jawab Shinta dengan candaan nya. "Hehe" senyum Zahira yang mulai kembali. "Alhamdulillah..dia sudah kembali tersenyum. Kamu hebat Zahira, pantas kalau kamu hafidzoh, kamu tegar, kamu kuat, kamu pandai menguasai dirimu, setelah ujian menimpamu," batin Shinta kagum "Ya sudah. Ayo kalau gitu, aku yang di bonceng ya.." ucap Zahira. "Iya cantik," jawab Shinta sambil menowel dagu Zahira. "Ii ish...." gumam Zahira sambil cemberut begidik ngeri Mendapat perlakuan begitu dari sahabat Nya. "ha ha ha ha" Shinta langsung tertawa terbahak bahak melihat ekspresi sahabat nya itu. Setelah mengunci pintu, keduanya bergegas pergi ke rumah Zahira. Sepanjang perjalanan, Shinta berusaha menghibur Zahira dengan candaan candaan yang membuat Zahira sedikit melupakan semua masalah yang dialami nya. Namun ketika melewati tempat kejadian yang membuatnya hancur. Zahira kembali meneteskan air mata teringat kejadian yang menjijikan. "Astagfirullahal adzim .. Astaghfirullahal adzim... Ampuni hambamu yang kotor ini. Kuatkan hamba mu yang hina ini ya Allah .." Zahira menangis lirih memohon ampun dan kekuatan kepada yang memberi takdir. Seakan tau sahabat nya sedang menangis. Shinta mencoba menghibur Zahira dengan segala candaan. "Ra, Jangan kamu mengarungi lautan kesedihan, percuma. Karena karung lebih cocok untuk beras." Canda Shinta dengan suara yang keras, karna telinga terlhalang oleh helm yang di pakai. "Hahaha kamu ada ada saja, " jawab Zahira. "Habisnya kamu nangis di tempat sepi kaya gini, aku kira tadi kunti". Ucap Shinta "Ish... Sahabat macam apa kamu ini, sembarangan kalau ngomong, mana ada kunti pakai jilbab," jawab Zahira. "Kan aku hanya dengar tangis nya, gak lihat orang nya, wle.." ucap Shinta. "Ish ! Kamu ini," jawab Zahira sambil menepuk bahu Shinta. "Pegangan Zahira.. nanti kalau kamu jatuh, aku gak mau tanggung jawab ya. " ucap Shinta. "Kalau gak mau tanggung jawab terus apa ? Tanggung tanya? " Jawab Zahira yang di balas tawa oleh Shinta, "ha ha ha". Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama, akhirnya mereka sampai di halaman depan bangunan kuno yang klasik, di sisi pondok pesantren terbesar di daerah nya. Perasaan Zahira kembali sesak, ketika dia turun dari motor. Perasaan jijik, kecewa, malu dan takut. Tercampur jadi satu. Ingin menangis tapi sekuat hati dia tahan. Takut membuat orang tua nya khawatir. Gelar seorang Neng, menjadikan dirinya memegang tanggung jawab, sebagai seorang panutan yang baik, bagi para santri dan masyarakat. Dan itu semua menjadi beban tersendiri. Apalagi Sekarang diriNya sudah ternoda. Merasa tidak pantas menjadi anak seorang kiyai besar, merasa tidak pantas menjadi seorang hafidz qur'an. Zahira hanya diam berdiri di halaman, takut untuk melangkah, takut bertemu Abah dan Umi nya. "Kamu harus kuat, kamu harus tegar Ra. Kamu tidak sendiri. Ada aku yang selalu suport kamu," ucap Shinta menepuk bahu sahabatNya. "Makasih Shinta," jawab Zahira lirih. "Ya sudah, aku pulang ke rumah Nenek dulu ya besti." Ucap Shinta yang mampu membuat senyum Zahira kembali. "Hati hati" ucap Zahira yang dijawab anggukan oleh shinta.Mendapat balasan dari Zahira, hati Rayyan menjadi berbunga ketika membacanya, meskipun pesannya singkat tapi itu membuat dia bahagia. Karena dalam hati nya mulai terisi nama Zahira."Selamat tidur, , sampai ketemu besok ya," balas Rayyan."Iya, terimakasih." Balas Zahira."Seharusnya aku yang bilang terimakasih, karena kamu tidak melaporkan aku ke polisi." Jawab Rayyan."Dari kemarin aku tidak kepikiran kesitu. Apa sekarang saja ? aku laporin kamu ke polisi ?" Balas Zahira.Tanpa dia sadari, dia mulai mempunyai rasa kagum terhadap Rayyan, karena dia sudah mau bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan. Karena biasanya orang yang punya salah, dia tidak mau untuk tanggung jawab, untuk mengakui kesalahannya saja tidak mau."Ya jangan .... Aku kan sudah mau tanggung jawab." Balas Rayyan, dan hanya centang dua, belum ada tanda-tanda sudah di baca."Zahira... Kamu sudah tidur ya?" Tanya Rayyan lewat pesan. dan masih centang dua, belum ada tanda-tanda sudah di baca.Memang terasa sang
Mendengar ucapan tante Rani, Andre yang belum tahu sepenuhnya menjadi kaget. Dia tidak menyangka , orang yang kena getahnya akibat ulah dirinya adalah putri kiyai yang menpunyai pondok pesantren yang besar."Iya Ray. Rani benar, kamu harus tanggung jawab, kamu harus secepatnya menikah dengan Zahira. Sebelum ada kejadian yang tidak diinginkan." Ucap kak Gita."Masalahnya, apa Abah Shiddiq mau menerimaku sebagai menantu ?" Ucap Rayyan."Yang penting kamu ke Rumahnya dulu," ucap Tante Rani."Terus Zahira ? Apa dia mau dengan orang seperti ku?" Tanya Rayyan."Kalau itu mungkin akan sulit, biar nanti dia aku kasih pengertian, karena ini juga untuk kebaikannya kedepan". Ucap Tante RaniRayyan mengangguk setuju.***Dalam kesendirian, Zahira merenungi nasihat tante Rani dan Sahabatnya yang sama. Mungkin memang begini jalan hidupnya. Dia mulai bertekat menerima Rayyan sebagai suaminya. Tapi yang jadi pikiran lagi, apakah Abah nya akan merestui ?. Di sela lamunannya, handphone Zahira pun berde
Setelah pulang dari rumah kontrakan Andre, hilmy pun kembali ke Kantor untuk menemui Rayyan."Gimana Hil ? Andre sudah ketemu ?" Tanya Rayyan."Sudah, sekarang dia jadi punjual cilok di Taman Kota Ray, dia juga ngontrak di daerah yang deket situ, mana kecil, agak kumuh lagi." Ujar Hilmy."Huft. Besok suruh langsung nempatin rumahnya yang dulu. Yang gua suruh kalian tempatin Itu sudah menjadi milik kalian. Suratnya masih gua bawa, dan atas nama kalian." Jelas Rayyan.Mendengar ucapan Rayyan, Hilmy dan Andre yang baru datang menjadi terharu atas kebaikan Rayyan. Yang memang dari dulu selalu baik .Hilmy dan Andre yang baru datang langsung memeluk Rayyan . Merasa menyesal karena sudah menghianati persahabatan mereka. Rayyan yang tiba-tiba di peluk Andre dan Hilmy dengan erat pun kaget. ' ih .... Lepas lepas. Gua masih normal, gua gak homo ya..' ucap Rayyan dengan meronta ronta ingin di lepaskan.Mendengar Rayyan yang meronta- ronta, pelukan mereka semakin di eratkan untuk mengerjai bos n
Di rumah sakit, di jam istirahat 2 orang sahabat menuju ke kantin bersamaan tapi saling diam, larut dalam pikiran masing masing. tante Rani kecewa dengan Rayyan sedangan Kak Gita yang tidak enak dan merasa bersalah dengan Zahira , keponakan sahabatnya."Git, kok tumben diam terus dari tadi ?" Tanya tante Rani melihat sahabatnya yang hari ini tiba-tiba berubah."Mmmm gak apa-apa kok. He he". Ucap kak Gita yang pura-pura senyum untuk menutupi kebingungannya. Antara cerita atau tidak, tentang apa yang sudah terjadi antara Rayyan dan Zahira. Padahal tante Rani pun sudah tau semua dari Zahira, tapi dia memilih untuk diam dulu, nanti kalau ada hal yang tidak menyenanfkan, baru dia ikut campur. meskipun begitu, itu tidak merubah persahabatan mereka. Justru mereka ingin segera menyatukan Zahira dan Rayyan sebelum semua terlambat."Kamu sudah tau kan ? Apa yang sudah terjadi diantara Rayyan dan Zahira ." Tanya tante Rani dengan serius. Ketika sudah berada di kantin.Degh, jantung kak Gita berd
"Ya sudah kamu tidur dulu sayang ...biar fikiran dan hatimu jadi lebih baik." Ucap Tante Rani kepada Zahira dan langsung dijawab dengan anggukan.Sebelum memutuskan untuk tidur, Zahira melangkah ke kamar mandi untuk mencuci mukanya supaya ketika bangun tidur besok, tidak menjadi pertanyaan oleh Abah dan Umi nya kenapa matanya terlihat sembab. Tante Rani pun keluar dengan memijat pelipisnya, karna memikirkan nasib keponakannya, "semoga psikis Zahira baik-baik saja". Batinnya ketika keluar dari kamar Zahira."Lo .. kamu kenapa Ran ? kamu dari kamar Zahira Ran ?" Tanya Umi Hana mengagetkan tante Rani yang berjalan dengan memijit pelipisnya."Eh.. iya mbak, he he". Ucap Umi Hana."Belum, tadi nonton drakor dulu, makanya sampai pening gini. he he" ujar tante Rani berbohong dengan masih mijit pelipisnya."Makanya kalau malam ya tidur... Udah tua juga masih aja nonton drakor, kaya anak muda". Ucap Umi Hana."Yey.... Aku kan tua, darah muda mbak ...." Bela Tante Rani.Umi Hana pun jadi mengge
Kalau kamu tidak mau cerita sama Umi dan Abah mu, cerita ke Tante , kamu gak sendirian sayang..." Ucap tante Rani lagi mengusap lembut lengan Zahira.Zahira yang di nasehatin seperti itu, tiba- tiba meneteskan air mata yang selama ini dia tahan untuk menutupi keadaannya di depan orang. Semakin lama tangisannya semakin deras, membuat tante Rani menatap sendu Zahira dan mengusap usap punggungnya lalu menyenderkan kepala Zahira ke bahuNya, untuk memberi sebuah kekuatan, untung pintu Nya sudah di kunci setelah tante Rani masuk. Kalau tidak, Abah Shiddiq dan Umi Hana pasti langsung mengghampiri, karna mendengar orang sesenggukan.Tantee Rani semakin yakin, ada hal besar yang di tutupi oleh Zahira setelah dia melihat Zahira menangis sesenggukan."Menangislah sayang, sampai kamu puas, jangan ada yang ditahan." Ucap tante Rani.Setelah lama menangis, Zahira langsung menghapus air mata nya dan berdiam mematung."Aku takut tan .." ucap Zahira dengan tatapan mata kosong."Takut kenapa ? Coba c






![Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)
