Share

Bag 11

Author: _belummandi
last update Last Updated: 2021-02-04 19:31:31

Zae masih terus menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Sampai sekarang dia tidak habis pikir dengan Lisa dan ponsel.

Dalam hatinya masih memperdebatkan mengenai ponsel. Memang terdengar konyol, tapi begitulah Zae.

"Apa mungkin dia tidak mau memberikanku nomor ponselnya ya?" tanya Zae pada dirinya sendiri.

"Ah tidak.. tidak.." Zae membantah isi hatinya sendiri. "Sudah jelas-jelas dari sorotan matanya tidak ada tanda-tanda kebohongan."

Zae berjalan masuk ke ruangannya. Tangan kirinya masih menggenggam dua bungkus nasi uduk yang dibeli dari Lisa tadi. Sementara pikirannya masih sedang berdebat mengenai ponsel dengan lubuk hatinya.

Dia sampai tidak sadar kalau karyawan lain sedang membicarakan Zae dan menahan tawa mereka. Seorang Zae masuk ke kantor membawa nasi uduk yang dibungkus dengan kertas nasi. Sungguh pemandangan yang tidak biasa dan tidak pernah terjadi.

"Sepertinya sekarang Tuan Zae sedang susah. Buktinya dia sekarang sudah tidak mampu lagi makan di restaurant." Ucap salah seorang karyawan.

"Benar, Tuan Zae bangkrut." Sambung salah seorang karyawan yang lain.

Zae yang sedikit mendengar langsung melotot tajam ke arah mereka. Sontak mereka langsung tunduk takut. "Kalian ngomongin saya ya?" tuduh Zae.

Segerombolan karyawan tersebut bukannya menjawab tapi malah langsung kabur dari hadapan Zae. Meskipun mereka berani membicarakan di belakang. Tapi mereka sungguh takut dengan Zae. Kejamnya sama-sama seperti kejamnya Ken, bahkan bisa lebih kejam dari pada Ken ketika dengan bawahannya.

Zae masih belum tersadar kalau dia membawa nasi bungkus di genggaman tangannya. Dia pikir semua orang menertawakannya karena tahu dia tadi sedang berbicara dengan seorang pedagang nasi bungkus.

Di tegah langkah Zae menuju ruangannya. Dilla sekretaris Ken memanggilnya, "Tuan Ken." Zae menoleh ke;arah Dilla dan menunjukkan wajah masamnya. "Maaf Tuan Ken sudah menunggu anda di ruangannya."

Dengan langkah malas Zae segera menemui Ken. Dia merasa lelah karena dari pagi tidak ditugaskan di kantor, melainkan ditugaskan di luar untuk mencari sosok wanita misteriusnya.

"Dasar..." gumam Zae kesal.

"Ceklek.."

Pintu ruangan Ken dibuka oleh Zae. Bibirnya mengerucut ditampakkan jelas di hadapan Ken. Matanya juga memutar malas begitu melihat Ken duduk bersandar di kursi kerjanya.

Ken langsung bisa membaca raut wajah malas sahabatnya itu. "Hei.. Duduk!" perintah Ken.

Tanpa Zae sadari nasi bungkus yang dibawanya ia letakkan di meja kerja Ken. "Aku sungguh-sungguh kesal jika kau menyuruhku kemari hanya untuk menyuruhku mencari gadismu itu." Ucap Zae terus terang.

Ken menghela nafasnya panjang-panjang dan menggelengkan kepalanya. Ia segera mengambil sebuah amplop cokelat dari laci dan memberikannya kepada Zae.

Zae sedikit terkejut akan hal itu. "Apa ??" mata Zae melotot ke arah Ken. "Kau memecat diriku hanya karena aku tidak bisa mencari gadismu itu?"

Ken malah justru menampakkan senyum tipisnya. "Sahabat macam apa kau ini Ken. Hanya karena seorang gadis saja kau sampai memecat diriku yang malang ini." Zae mengacak-acak rambutnya kesal. "Sungguh aku kalau disuruh memilih aku akan lebih memilih pusing mengerjakan pekerjaan kantor dari pada harus menuruti kemauan kau yang ini."

"Tak..."

Ken menjitak dahi Zae kesal. "Dasar kau bodoh!" umpat Ken. "Buka dulu, baru kau menuduhku."

Zae segera melaksanakan tugas dari tuannya itu. Di dalam amplop cokelat itu berisi beberapa foto seorang gadis dan sebuah catatan.

"Lisa ??" Zae tercengang melihatnya.

Ken yang tadinya duduk beranjak berdiri. Dia menarik dan meremas kemeja Zae sampai Zae mendongak menghadap dirinya. "Apa kau kenal dia ??" tanya Ken dengan wajah seramnya.

"Gleg..."

Saliva Zae terteguk dalam+dalam. Dia mengangguk, sementara raut wajahnya ketakutan melihat Ken. "A.. A... aku... Baru sa.. saja ... mengenalnya kemarin," jawab Zae terbata-bata.

"Apa ini gadismu?" tanya Zae lirih.

Ken langsung melepaskan genggamannya dan mendorongnya sampai Zae hampir terjatuh. "Aw...." Keluh Zae.

Mata Ken tak hentinya melotot ke arah Zae. "Ayo katakan, bagaimana kau bisa mengenalnya?"

"Waktu itu aku tidak sengaja hampir menabraknya, lalu aku berkenalan dengan Lisa." Jawab Zae.

Ken benar-benar sedang berapi-api. Dia mendekati Zae dan semakin mempertajam tatapannya. "Apa katamu kau menabraknya?"

"Huft, dasar laki-laki menyebalkan. Memang tidak bisa mencerna kata-kataku." Batin Zae kesal.

"Tidak perlu mengumpat  dalam hati. Cukup jawab pertanyaaan dariku, atau aku akan segera mengirimi kau ke bulan." Ucap Ken mengancam.

Dengan sabarnya Zae menghadapi Ken. Dia tetap berusaha bersikap tenang meskipun sedikit takut. "Tenang Ken. Sudah ku bilang aku hanya hampir menabraknya, tapi dia tidak apa-apa."

Ken cukup lega mendengar hal tersebut. Ia kembali duduk dengan menyandarkan punggungnya di bangkunya yang super nyaman itu. "Lalu katakan, apa kau menyukainya?" Ken masih terus mengintrogasi Zae.

"Tenanglah sahabatku, seleraku bukan gadis kecil sepertinya." Zae sambil tersenyum membayangkan wanita yang disukainya.  "Aku suka yang lebih dewasa, sexy dan pandai....." Zae tidak melanjutkan ucapannya malah justru tersenyum.

"Dasar kau mesum," Ken sambil mengusap wajah Zae dengan telapak tangannya. "Aku menyuruhmu untuk membaca bukan memikirkan perempuan!"

Zae kemudian membaca daftar riwayat hidup milik Lisa. Sesekali bibirnya tersenyum, tapi sesekali juga agak masam dan tak jarang mengerutkan dahinya.

Sementara itu nasi uduk masih terpampang di atas meja. Ken baru menyadarinya, dia memang sedikit geli dengan makanan seperti itu. "Sejak kapan selera kau jadi murahan seperti itu?" Tanya Ken sambil memandangi nasi bungkus tersebut.

Zae melirik ke arah Ken yang melototi ke arah nasi bungkus yang dibawanya. Tawanya kemudian ia pecahkan. "Apa kau bilang murahan? Kalau kau menganggapnya murahan berarti sama saja kau menganggap bahwa Lisa itu murahan?" Tak hentinya Zae tertawa terpingkal-pingkal.

"Hentikan ketawamu itu, gedang telingaku bisa pecah. Apa maksudmu bicara seperti itu? Apa kau sudah bosan hidup di bumi?" Lagi-lagi Ken kembali mengancam.

Zae hanya menggelengkan kepalanya dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini. "Itu adalah dagangan Lisa yang sengaja ku beli semua, aku tidak tega melihat gadis kecil itu kenpanasan," ucap Zae dengan santai.

"Benarkah?" Ken kembali meyakinkan.

"Hemm..." Zae kembali ke kertasnya.

"Lebih baik kau sekarang pergi dari ruanganku." Ken sudah membuka bungkus nasi tersebut. "Lebih baik kau pikirkan bagaimana caranya agar aku bisa lekas membawanya pulang!"

Zae hanya bisa menggaruk kepalanya karena pusing itu. "Tidak kah kau memberiku tugas yang lebih mudah dari ini? Aku memilih mengerjakan tugasmu di kantor yang banyak itu dari pada mengerjakan semua ini."

Sebanyak apapun pekerjaan kantor pasti Zae dengan mudah akan menanganinya. Tapi otak Zae sangat dangkal kalau harus mengerjakan tugas sebagi mata-mata.

Ken sama sekali tidak peduli dengan kepusingan Zae. Dia malah justru lahap menyantap makanan yang dibeli dari Lisa. Sementara itu tangannya melambai, memberi kode kepada Zae agar segera keluar dari ruangannya.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 80

    Menginap semalaman dan menghabiskan malam-malam indah dengan bercinta ternyata tak membuat Zae puas. Rasa rindu itu masih menyelimuti dirinya, mengingat beberapa bulan Zae tak bertemu dengan kekasihnya.Siang ini Juwita dan Zae pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di ibu kota. Dengan senang hati Zae menemani Juwita untuk pergi berbelanja, melewatkan pekerjaannya di perusahaan yang sebenarnya menumpuk.Mereka bergandengan layaknya pasangan kekasih. Hehe, tapi memang benar sih mereka adalah pasangan kekasih. Mengacuhkan setiap perkataan orang yang mencibir hubungan mereka. Itu adalah sesuatu yang wajar, nitizen julid selalu akan menghujat kebaikan dan semakin menghujat keburukan.Juwita mengenakan pakaian casual, leging hitam, kaos berwarna nude pink dengan dipadukan rompi hitam dan rambut yang diikaf ke atas. Sementara Zae masih setia dengan pakaian formalnya, kemeja berwarna navy dan celana hitam. Mereka nampak serasi meskipun usia yang terpaut jauh, perempuan

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 79

    Elga terkekeh. "Ah kau ini. Nampaknya belum tahu ya jika pagi ini aku mendapatkan undangan spesial dari adik ipar." Lisa mempertajam tatapannya. Elga mengangguk antusias. "Ya, undangan sarapan pagi bersama kalian." Elga melirik Ken. "Artinya aku orang terpenting di mansion ini bukan?" Seringai itu terbit di bibir Elga.Lisa menatap tajam ke arah suaminya, melipat kedua tangannya di atas perut. Bibirnya semakin mengerucut, membuatnya menggemaskan.Tingkah Lisa membuat Ken tak berkedip sedikitpun. "Ah, menggemaskan." Pikir Ken. Bisa-bisa disaat seperti ini menganggap Lisa menggemaskan. Dasar kau, Ken.Merasa kesal diacuhkan, Lisa mencubit lengan Ken dengan keras. Hingga Ken terpekik kesakitan. "Aw," keluhnya. Ken mengusap bekas cubitan dari Lisa yang mungkin sudah memerah.Ken membawa Lisa ke dalam dekapannya. Membisikkan sesuatu yang membuat Lisa tersenyum.Adegan mesra itu terlalu membuat Elga memanas. Ia meleraikan pelukan sepasang suami istri tersebut

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 78

    Keesokan harinya. Nampak Ken sudah bangun pagi sekali dari tidur panjangnya. Ia segera turun ke lantai dasar untuk menemui para koki.Masih mengenakan bathrobenya, dengan langkah yang angkuh namun berwibawa. Ken mendekati dapur, mengagetkan para koki dan maid yang sedang asyik dengan pekerjaan mereka.Mereka seketika langsung menunduk memberi rasa hormat, meski kaki mereka gemetar namun masih tetap beediri dengan tegak. Aura dingin mencengkram memenuhi dapur tersebut.Ini adalah kali petamanya Ken menginjakkan kakinya, apalagi wajahnya datar dan tatapannya masih saja tajam. Dan ini masih sangat pagi sekali, masih pukul setengah enam. Wajar saja semua pekerjannya bergetar ketakutan.Paman Li yang mengetahui situasi ini segera mendekati Ken, tak mau kondisi pagi ini menjadi semrawut. "Selamat pagi Tuan," sapa paman Li sambil tersenyum. "Maaf Tuan, kenapa merepotkan diri datang ke dapur. Tempat ini sangat kotor, kenapa tidak memanggil saya saja.""Ck!" Ken

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 77

    Harap bijak memilih bacaan, konten ini mengandung adegan dewasa. Bagi yang dewasa dan berpuasa, harap membaca setelah berbuka atau sebelum sahur. Terima kasih ;)"Antarkan mama pulang dan tanyakan apa yang sebenarnya terjadi!" Titah Ken pada Zae.Ken segera berlalu dari ruangan tersebut, lagi pula ia juga sudah mendengarkan sendiri bahwa Lisa baik-baik saja. Ia segera menuruni anak tangga melihat situasi dan kondisi di bawah sana. Baginya membiarkan Juwita berkeliaran sebentar saja sudah membuatnya was-was. Apalagi tadi ia menghabiskan beberapa menitnya menyaksikan Lisa baik-baik saja.Suara riuh dan gerumulan para maid membuat jantungnya berdesir begitu kencang. Zae mengedarkan pandangannya mencari sosok Juwita. Ia mempercepet langkah kakinya setelah mendapati Juwita sedang marah-marah pada Elga. Bukan karena ia khawatir pada Elga, melainkan karena ia khawatir pada Juwita.Juwita berdiri berkacak pinggang di hadapan Elga yang tersungkur di lantai, entah apa

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 76

    Juwita menghentikan langkahnya, mendengar sapaan tersebut. Ia menatap Elga dari ujung kaki hingga ujung rambut. Berasa asing dengan maid yang satu itu. Sementara itu Elga besar kepala, ia menunduk tersipu. Menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga. Ia pikir Juwita terkesima karena kecantikannya.Juwita tesenyum masam. Sudah hafal dengan gelagat iblis betina itu sepertinya. "Apa kau baru disini?" Tanya Juwita dengan suara yang dingin.Elga masih belum menyerah menghadapi Juwita, orang yang ia klaim sebagai calon mertuannya tersebut. "Iya Nyonya," balasnya dengan suara anggun yang dibuat-buat.Juwita mengangkat dagu Elga agar menatapnya, ia tersenyum miring melihat Elga yang bersemu. "Memangnya kau pikir aku ku apakan," ucapnya mengejek.Rona wajah Elga memudar seketika. Raut wajahnya sudah masam, tapi dia tetap bersikap tenang agar tidak berbuat masalah pada Juwita yang telah ia klaim sebagai calon mertuanya tersebut.Kini Elga mengeluarkan jurus pa

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 75

    Iblis betina. Julukan yang sangat pantas untuk Rosa. Wanita penggoda dan perebut lelaki orang, selain itu ia juga sangat kejam pada anak tirinya."Tapi kau tenang saja sayang, kau akan sangat aman jika bersama dengan Ken."Lisa terdiam sejenak, mengingat kejadian tempo dulu. "Ya mama bisa katakan itu. Coba saja kalau tahu pernikahan ini dulunya bermula karena apa. Apa mama masih ingin mengatakan jika aku akan aman di dalam mansion ini?" Pikir Lisa.Juwita menautkan kedua ujung alisnya, ia merasa heran dengan diamnya Lisa. "Kenapa kau diam saja sayang? Apa anak nakal itu berbuat kasar padamu? Katakan saja, jangan takut. Karena mama yang akan maju untuk memotong burungnya."Lisa terkekeh. "Ya benar ma, burungnya sangat nakal tidak mau berhenti bermain di sarang." Balas Lisa, namun dalam hati. Mana mungkin ia berani mengatakannya langsung. Sama saja urat malunya telah putus jika mengatakan hal tersebut secara langsung."Dia sama sekali tidak berbuat macam-

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 74

    Lisa mengerutkan dahinya samar, meski tidak tahu kenapa Juwita menanyakan itu berulang. Meski ragu, Lisa tetap menjawabnya."Alyssa Caroline," jawab Lisa masih tenang.Tatapan dan aura dingin yang mencengkramkan kini melemah. Juwita menatap Lisa sendu, berjalan mendekati Lisa. Juwita memeluk Lisa, diikuti dengan buliran air mata yang membasahi wajahnya."Nyonya," Lirih Lisa. Bukannya menjawab, Juwita semakin erat mendekap Lisa dan semakin terisak. Lisa bingung atas apa yang terjadi pada ibu mertuanya tersebut."Caroline," Juwita terisak dalam pelukan Lisa. Lisa masih melongo mendapat perlakuan tersebut, terlebih Juwita menangis sendu. Lisa mengusap punggung ibu mertuanya tersebut, setidaknya untuk menenangkan.Lisa dengan lembut menenangkan Juwita, sampai suara isa itu melirih. Juwita melepaskan pelukannya dan meraih wajah Lisa. "Benar kau memang anaknya Caroline," ucap Juwita.Lisa terdiam, menatap kedua bola mata Juwita penuh

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 73

    "Kau tidak perlu khawatir, mama tidak akan pernah marah." Mengusap rambut Lisa lembut untuk meyakinkan. "Aku akan menjelaskan semuanya pada mama. Tetaplah di sini sampai aku kembali. Jangan keluar dari kamar sebelum aku menyuruhmu." Titah Ken.Lisa mengangguk, Ken mengecup pucuk kepala Lisa dan berlalu dari ruangan tersebut. Ken mendapat kabar dari Zae bahwa Juwita sudah hampir tiba di mansion.Sementara itu, Lisa berjalan mondar mandir di kamar. Rasa takut, cemas, khawatir dan gugup bercampur menjadi satu. Ini adalah kali pertamanya Lisa akan menemui ibu mertuanya.Tidak tahu bagaimana cara menyapanya dan tidak tahu pula apa yang akan ia bicarakan pada Juwita. Ketakutan terbesar dalam hidupnya adalah, takut bila Juwita tidak suka pada dirinya dan tak merestui pernikahan mereka. Sementara benih-benih cinta sudah mulai tumbuh di hati Lisa.Lisa berjalan menuju walk in closet miliknya, mencari pakaian yang ia anggap pantas dan sopan untuk bertemu dengan Juwita.

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bab 72

    "Kenapa tidak memberitahuku dulu?" Tanya Ken dalam panggilan ponselnya kesal. Namun panggilan tersebut segera terputus.Ken kesal karena tidak penelpon mematikankannya sepihak. "Sial! Sial! Sial!" Tetap saja, Ken tetap mengumpat kesal.Brak!Pintu ruangan kerja pribadi Ken yang ada di mansion terbuka, siapa lagi kalau bukan Zae yang masuk tanpa permisi.Prangggg!Ken melempar gawainya mengenai diding di samping Zae berdiri. Jantunh Zae terpacu dengan cepat, seperti hendak lepas dari tempatnya. Karena jika saja dia tadi bergesar seinci saja pasti ponsel itu akan mengenai kepalanya.Ken memang sengaja melempar ponselnya tepat di samping Zae karena kesal. Lemparan yang mematikan tersebut membuat Zae bergidik ngeri, ditambah lagi dengan aura Ken yang mengerikan. Sikap dewasanya yang suka berkata bijak hilang seketika, berganti menjadi tunduk ketakutan. Paham betul jika Ken sedang marah."Kau kenapa Ken?" Tanya Zae basa-basi. Sebenarnya dia juga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status