Mendengar hal tersebut Ken segera berlalu dari hadapan Zae. Buru-buru Ken mencari kunci mobilnya. Tanpa berpikir panjang Ken pergi dari kantor menggunakan mobil sedan mewah miliknya.
"Dasar bodoh," gumam Ken karena kesal dengan Zae.
Menurut Ken kali ini Zae benar-benar tidak bisa diandalkan. Seorang CEO hari ini turun tangan sendiri untuk memastikan apa yang dikatakan oleh Zae itu benar atau tidak.
Ken berhenti di depan kediaman Risa. Mobilnya agak jauh di parkiran agar tidak ketahuan pemilik rumah tersebut. Matanya tak henti memandang rumah Risa.
Ken ragu-ragu untuk turun dan menanyakan langsung perihal gadis tersebut. Di samping karena tidak suka dengan Risa, dia juga sangat menjaga harga dirinya di depan orang banyak.
Tak lama setelah ia mengamati rumah tersebut. Ken benar-benar terkejut karena seorang perempuan paruh baya berpakaian pelayan masuk ke rumah Risa membawa sebuah kantong belanjaan.
Ken kali ini benar-benar membuktikan apa yang dikatakan oleh Zae. Benar yang bekerja di rumah tersebut adalah seorang perempuan paruh baya.
"Aaaaaaa.."
Ken berteriak sekeras mungkin di mobilnya yang tertutup rapat, kedua tangannya juga asyik mengacak-acak rambutnya.
"Apa aku benar-benar berkhayal seperti apa yang dikatakan oleh Zae," gumam Ken.
Perasaan Ken makin tidak karuan. Sekarang pikirnya memang benar-benar semua yang dikatakan oleh Zae memanglah benar.
Ken segera melajukan kendaraannya menjauhi rumah tersebut. Sambil terus memikirkan gadis yang selalu menghantui pikirannya beberapa hari ini.
Sempat beberapa kali Ken memukul setir kemudinya karena masih tidak terima dengan kenyataan. Memang sewaktu Ken tidak sengaja mengecup bibir gadis tersebut, Ken sedang dibawah kendali minuman beralkohol. Namun dia belum terlalu mabuk, dia masih delapan puluh persen sadar.
Tiba-tiba mobil Ken menepi karena ban mobil yang dikendarai mobil tersebut kempes. Ken turun mencoba memeriksa mobilnya.
Ken menendang ban mobil depan bagian kirinya. "Sial," umpat Ken kesal.
Dia segera mengambil ponsel dari sakunya dan mencoba menghubungi salah seorang pengawalnya. Dia tadi karena terlalu tergesa–gesa sampai lupa tidak membawa pengawal.
Matanya tidak sengaja menatap salah seorang pejalan kaki. Perempuan berparas cantik mengenakan jaket hitam kebesaran dan celana panjang lengkap dengan tas slempang.

Mata Ken melotot. Padahal panggilan belum terhubung dia dengan segera langsung mematikannya. Ken memilih mengejar perempuan yang mengambil perhatiannya tersebut.
"Hey..." Tegur Ken.
Ken berjalan hampir berlari mengejar gadis tersebut, langkah gadis tersebut cukup kencang sampai Ken hampir terjatuh.
"Nona... Tunggu !!" Tegur Ken kembali.
Gadis berambut cokelat dan mata cokelat tersebut menoleh ke arah sumber suara. Dia cukup terkejut karena melihat Ken.
Ya, gadis tersebut adalah Lisa. Perempuan yang selama ini dicari-cari oleh Ken. Ken langsung meraih tangan Lisa.
Mereka saling bertatapan selama beberapa saat. Ken nampak tersenyum bahagia karena sudah menemukan gadis tersebut.
"Kau memang benar nyata," batin Ken tersenyum lega.
"Laki-laki ini," batin Lisa sedikit takut.
Tanpa berpikir panjang Ken nekat langsung memeluknya dengan erat.
"Aku benar-benar mencintaimu sayang," ucap Ken dalam hati.
"Kenapa laki-laki ini," batin Lisa bingung.
Lisa segera mendorong Ken agar menjauh darinya. Dia bergegas untuk lari kabur dari hadapan Ken, namun Ken dengan sigap menarik dirinya hingga dia kembali di hadapan Ken.
Ken dengan berani mengecup bibir Lisa, mempermainkan dengan lidahnya. Sementara Lisa masih tertegun karena shock.
Itu semua tidak terjadi lama-lama, Lisa langsung mendorong Ken agar melepaskannya.
"Plak...."
Tamparan mendarat ke pipi kiri Ken. Ken sungguh terkejut akan hal ini. Baru kali ini dia tampar seorang gadis dan gadis tersebut belum mengenalnya dan sama sekali.
Hari ini adalah hari dimana harga diri Ken benar-benar dijatuhkan. Ken murka melihat gadis tersebut, namun hatinya tiba-tiba luluh melihat kedua bola mata Lisa yang tiba-tiba berkaca-kaca.
"Maaf Tuan, saya memang hanya seorang gadis biasa. Tapi bisakah anda lebih sopan kepada saya?" ujar Lisa diiringi dengan air mata yang mulai berjatuhan.
"Deg..."
Jantung Ken berasa dihempaskan begitu saja, dia baru menyadari kalau baru saja menyakiti seorang gadis yang ia idam-idamkan beberapa hari ini. "Maaf Nona, tapi saya hanya ingin mengenal Nona." Bela Ken.
Lisa menaikkan sudut bibirnya. "Lupakan itu! Saya tahu Tuan ini orang kaya, tapi jangan sekali-kali merendahkan orang kecil seperti saya." Lisa berusaha mengusap air matanya.
Lisa berlalu dari hadapan Ken. Dia merasa sangat terluka karena perlakuan Ken yang semena-mena kepadanya.
Ken hanya tertegun menatap kepergian gadis tersebut. Tapi tangannya masih bisa meraih kembali ponsel dalam sakunya tersebut. Ken mengarahkan para pengawalnya untuk mencari tahu keberadaan gadis tersebut dan mencari tahu segala seluk beluk gadis tersebut.
Mencari tahu tentang Lisa hanyalah suatu hal yang sangat mudah. Apalagi Ken tadi sewaktu memeluk Lisa menyempatkan diri untuk menyelipkan sebuah chip di handle tasnya. Akan sangat mudah Ken nantinya melacak beradaan Salsa.
Ken memanglah cerdik, sebelum berlari mengejar Lisa. Ken sempat mengambil chip yang ada di ponselnya. dengan sigap Ken bisa membenamkan chip dalam handle tas milik Lisa.
Setidaknya hari ini Ken bisa bernafas dengan lega karena secepatnya akan segera mendapatkan apa yang diinginkan. Semua yang ia inginkan memanglah harus ia dapat tanpa terkecuali.
Tuan muda yang satu ini memang benar-benar menggunakan kekuasaan dan harta untuk mendapatkan semua yang diinginkan.
Bersambung...
Menginap semalaman dan menghabiskan malam-malam indah dengan bercinta ternyata tak membuat Zae puas. Rasa rindu itu masih menyelimuti dirinya, mengingat beberapa bulan Zae tak bertemu dengan kekasihnya.Siang ini Juwita dan Zae pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di ibu kota. Dengan senang hati Zae menemani Juwita untuk pergi berbelanja, melewatkan pekerjaannya di perusahaan yang sebenarnya menumpuk.Mereka bergandengan layaknya pasangan kekasih. Hehe, tapi memang benar sih mereka adalah pasangan kekasih. Mengacuhkan setiap perkataan orang yang mencibir hubungan mereka. Itu adalah sesuatu yang wajar, nitizen julid selalu akan menghujat kebaikan dan semakin menghujat keburukan.Juwita mengenakan pakaian casual, leging hitam, kaos berwarna nude pink dengan dipadukan rompi hitam dan rambut yang diikaf ke atas. Sementara Zae masih setia dengan pakaian formalnya, kemeja berwarna navy dan celana hitam. Mereka nampak serasi meskipun usia yang terpaut jauh, perempuan
Elga terkekeh. "Ah kau ini. Nampaknya belum tahu ya jika pagi ini aku mendapatkan undangan spesial dari adik ipar." Lisa mempertajam tatapannya. Elga mengangguk antusias. "Ya, undangan sarapan pagi bersama kalian." Elga melirik Ken. "Artinya aku orang terpenting di mansion ini bukan?" Seringai itu terbit di bibir Elga.Lisa menatap tajam ke arah suaminya, melipat kedua tangannya di atas perut. Bibirnya semakin mengerucut, membuatnya menggemaskan.Tingkah Lisa membuat Ken tak berkedip sedikitpun. "Ah, menggemaskan." Pikir Ken. Bisa-bisa disaat seperti ini menganggap Lisa menggemaskan. Dasar kau, Ken.Merasa kesal diacuhkan, Lisa mencubit lengan Ken dengan keras. Hingga Ken terpekik kesakitan. "Aw," keluhnya. Ken mengusap bekas cubitan dari Lisa yang mungkin sudah memerah.Ken membawa Lisa ke dalam dekapannya. Membisikkan sesuatu yang membuat Lisa tersenyum.Adegan mesra itu terlalu membuat Elga memanas. Ia meleraikan pelukan sepasang suami istri tersebut
Keesokan harinya. Nampak Ken sudah bangun pagi sekali dari tidur panjangnya. Ia segera turun ke lantai dasar untuk menemui para koki.Masih mengenakan bathrobenya, dengan langkah yang angkuh namun berwibawa. Ken mendekati dapur, mengagetkan para koki dan maid yang sedang asyik dengan pekerjaan mereka.Mereka seketika langsung menunduk memberi rasa hormat, meski kaki mereka gemetar namun masih tetap beediri dengan tegak. Aura dingin mencengkram memenuhi dapur tersebut.Ini adalah kali petamanya Ken menginjakkan kakinya, apalagi wajahnya datar dan tatapannya masih saja tajam. Dan ini masih sangat pagi sekali, masih pukul setengah enam. Wajar saja semua pekerjannya bergetar ketakutan.Paman Li yang mengetahui situasi ini segera mendekati Ken, tak mau kondisi pagi ini menjadi semrawut. "Selamat pagi Tuan," sapa paman Li sambil tersenyum. "Maaf Tuan, kenapa merepotkan diri datang ke dapur. Tempat ini sangat kotor, kenapa tidak memanggil saya saja.""Ck!" Ken
Harap bijak memilih bacaan, konten ini mengandung adegan dewasa. Bagi yang dewasa dan berpuasa, harap membaca setelah berbuka atau sebelum sahur. Terima kasih ;)"Antarkan mama pulang dan tanyakan apa yang sebenarnya terjadi!" Titah Ken pada Zae.Ken segera berlalu dari ruangan tersebut, lagi pula ia juga sudah mendengarkan sendiri bahwa Lisa baik-baik saja. Ia segera menuruni anak tangga melihat situasi dan kondisi di bawah sana. Baginya membiarkan Juwita berkeliaran sebentar saja sudah membuatnya was-was. Apalagi tadi ia menghabiskan beberapa menitnya menyaksikan Lisa baik-baik saja.Suara riuh dan gerumulan para maid membuat jantungnya berdesir begitu kencang. Zae mengedarkan pandangannya mencari sosok Juwita. Ia mempercepet langkah kakinya setelah mendapati Juwita sedang marah-marah pada Elga. Bukan karena ia khawatir pada Elga, melainkan karena ia khawatir pada Juwita.Juwita berdiri berkacak pinggang di hadapan Elga yang tersungkur di lantai, entah apa
Juwita menghentikan langkahnya, mendengar sapaan tersebut. Ia menatap Elga dari ujung kaki hingga ujung rambut. Berasa asing dengan maid yang satu itu. Sementara itu Elga besar kepala, ia menunduk tersipu. Menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga. Ia pikir Juwita terkesima karena kecantikannya.Juwita tesenyum masam. Sudah hafal dengan gelagat iblis betina itu sepertinya. "Apa kau baru disini?" Tanya Juwita dengan suara yang dingin.Elga masih belum menyerah menghadapi Juwita, orang yang ia klaim sebagai calon mertuannya tersebut. "Iya Nyonya," balasnya dengan suara anggun yang dibuat-buat.Juwita mengangkat dagu Elga agar menatapnya, ia tersenyum miring melihat Elga yang bersemu. "Memangnya kau pikir aku ku apakan," ucapnya mengejek.Rona wajah Elga memudar seketika. Raut wajahnya sudah masam, tapi dia tetap bersikap tenang agar tidak berbuat masalah pada Juwita yang telah ia klaim sebagai calon mertuanya tersebut.Kini Elga mengeluarkan jurus pa
Iblis betina. Julukan yang sangat pantas untuk Rosa. Wanita penggoda dan perebut lelaki orang, selain itu ia juga sangat kejam pada anak tirinya."Tapi kau tenang saja sayang, kau akan sangat aman jika bersama dengan Ken."Lisa terdiam sejenak, mengingat kejadian tempo dulu. "Ya mama bisa katakan itu. Coba saja kalau tahu pernikahan ini dulunya bermula karena apa. Apa mama masih ingin mengatakan jika aku akan aman di dalam mansion ini?" Pikir Lisa.Juwita menautkan kedua ujung alisnya, ia merasa heran dengan diamnya Lisa. "Kenapa kau diam saja sayang? Apa anak nakal itu berbuat kasar padamu? Katakan saja, jangan takut. Karena mama yang akan maju untuk memotong burungnya."Lisa terkekeh. "Ya benar ma, burungnya sangat nakal tidak mau berhenti bermain di sarang." Balas Lisa, namun dalam hati. Mana mungkin ia berani mengatakannya langsung. Sama saja urat malunya telah putus jika mengatakan hal tersebut secara langsung."Dia sama sekali tidak berbuat macam-
Lisa mengerutkan dahinya samar, meski tidak tahu kenapa Juwita menanyakan itu berulang. Meski ragu, Lisa tetap menjawabnya."Alyssa Caroline," jawab Lisa masih tenang.Tatapan dan aura dingin yang mencengkramkan kini melemah. Juwita menatap Lisa sendu, berjalan mendekati Lisa. Juwita memeluk Lisa, diikuti dengan buliran air mata yang membasahi wajahnya."Nyonya," Lirih Lisa. Bukannya menjawab, Juwita semakin erat mendekap Lisa dan semakin terisak. Lisa bingung atas apa yang terjadi pada ibu mertuanya tersebut."Caroline," Juwita terisak dalam pelukan Lisa. Lisa masih melongo mendapat perlakuan tersebut, terlebih Juwita menangis sendu. Lisa mengusap punggung ibu mertuanya tersebut, setidaknya untuk menenangkan.Lisa dengan lembut menenangkan Juwita, sampai suara isa itu melirih. Juwita melepaskan pelukannya dan meraih wajah Lisa. "Benar kau memang anaknya Caroline," ucap Juwita.Lisa terdiam, menatap kedua bola mata Juwita penuh
"Kau tidak perlu khawatir, mama tidak akan pernah marah." Mengusap rambut Lisa lembut untuk meyakinkan. "Aku akan menjelaskan semuanya pada mama. Tetaplah di sini sampai aku kembali. Jangan keluar dari kamar sebelum aku menyuruhmu." Titah Ken.Lisa mengangguk, Ken mengecup pucuk kepala Lisa dan berlalu dari ruangan tersebut. Ken mendapat kabar dari Zae bahwa Juwita sudah hampir tiba di mansion.Sementara itu, Lisa berjalan mondar mandir di kamar. Rasa takut, cemas, khawatir dan gugup bercampur menjadi satu. Ini adalah kali pertamanya Lisa akan menemui ibu mertuanya.Tidak tahu bagaimana cara menyapanya dan tidak tahu pula apa yang akan ia bicarakan pada Juwita. Ketakutan terbesar dalam hidupnya adalah, takut bila Juwita tidak suka pada dirinya dan tak merestui pernikahan mereka. Sementara benih-benih cinta sudah mulai tumbuh di hati Lisa.Lisa berjalan menuju walk in closet miliknya, mencari pakaian yang ia anggap pantas dan sopan untuk bertemu dengan Juwita.
"Kenapa tidak memberitahuku dulu?" Tanya Ken dalam panggilan ponselnya kesal. Namun panggilan tersebut segera terputus.Ken kesal karena tidak penelpon mematikankannya sepihak. "Sial! Sial! Sial!" Tetap saja, Ken tetap mengumpat kesal.Brak!Pintu ruangan kerja pribadi Ken yang ada di mansion terbuka, siapa lagi kalau bukan Zae yang masuk tanpa permisi.Prangggg!Ken melempar gawainya mengenai diding di samping Zae berdiri. Jantunh Zae terpacu dengan cepat, seperti hendak lepas dari tempatnya. Karena jika saja dia tadi bergesar seinci saja pasti ponsel itu akan mengenai kepalanya.Ken memang sengaja melempar ponselnya tepat di samping Zae karena kesal. Lemparan yang mematikan tersebut membuat Zae bergidik ngeri, ditambah lagi dengan aura Ken yang mengerikan. Sikap dewasanya yang suka berkata bijak hilang seketika, berganti menjadi tunduk ketakutan. Paham betul jika Ken sedang marah."Kau kenapa Ken?" Tanya Zae basa-basi. Sebenarnya dia juga