Satu setengah tahun sebelumnya…!
Setelah bolak balik tak karuan, pemuda inipun bangkit dari kasurnya dan duduk termenung.
“Mimpi buruk lagi….!” pemuda ini mengangguk pada seorang wanita parobaya, lalu dia bangkit dari tidur malamnya dan permisi ke wanita yang juga ibu kandungnya ini.
Acil Galuh, ibunya hanya menatap anak tunggalnya ini dengan hati bingung. Ini sudah yang ke 3 kalinya Mahyadin bermimpi bertemu seseorang yang mengaku leluhurnya di masalalu. Galuh yang kini berusia 47 tahun adalah janda yang sudah lama hidup bersama Mahyadin.
Suaminya meninggal saat Mahyadin dalam kandungan, Mahyadin duduk termenung di teras rumah sederhana dan dia mengisap sebatang rokok untuk menenangkan pikirannya.
Mimpi bertemu orang yang mengaku-ngaku kakeknya membuat dia tak bisa tidur lagi dan memejamkan mata.
“Mahyadin…kamu harus membuat perhitungan dengan keturunan Tungga, Bino dan Jabir, mereka telah merampas harta dan membunuh kakek buyutmu,…kakek tak akan bisa tenang sebelum kamu balas dendam terhadap keturunannya dan ambil kembali harta yang dia rampas itu!” itulah kata-kata keras orang yang ngaku kakek buyutnya dalam mimpi pemuda ini.
Anehnya, kakeknya itu dalam mimpinya berwajah bule, dengan rambut mirip jagung dan mata kebiru-biruan.
Mahyadin kini baru berusia 22 tahun, namun mempunyai bentuk tubuh seperti pemuda dewasa ini hanya termenung. Pria dalam mimpinya yang mengaku kakek buyutnya tak dia kenal, ibunya pun saat dirinya tanya tak tahu siapa pria bule bernama Pet Jan Terling, yang mengaku kakeknya itu.
“Ibu tak tahu, yang ibu tahu, nama ayahmu Midi, lalu kakekmu bernama Rafi, setelah itu ibu tak tahu lagi, dari pihak ibu pun nama kakekmu Ijun, kakek buyutmu Targo. Habis itu ibu tak hapal lagi buyut-buyut kamu, seingat ibu tak ada yang bernama Pet Jan Terling itu,” kata Galuh, saat Mahyadin mengisahkan mimpi nya itu.
Mahyadin yang kini kuliah disalah satu kampus swasta di Banjarmasin ini benar-benar bingung dengan makna mimpi dia tersebut.
Tak hanya sekali, tapi ini sudah yang ke 5 kalinya. Mimpinya selalu sama yakni orang yang mengaku Durangga dan juga mengaku kakek buyutnya minta Mahyadin balas dendam pada keturunan Tungga, Bino dan Jabir.
“Pada siapa aku bertanya siapa sebetulnya kakek Pet Jan Terling dan anaknya Durangga itu..?” tanpa sadar Mahyadin bicara sendiri.
Besoknya Mahyadin melupakan sejenak mimpi itu dan dia seperti biasa ke kampus dengan jalan kaki dan hari itu merupakan ujian semester.
Mahyadin adalah seorang pemuda memiliki wajah sangat tampan dan kulit kuning keputihan, sebetulnya lebih mirip anak orang kaya daripada anak Bik Galuh yang sederhana dan hanya bekerja sebagai tenaga laundry.
Saat masih SMP dan lanjut ke SMU dia sering di olok si bulay alias si bule, awalnya ia marah, tapi lama kelamaan ia akhirnya sadar, wajah dan kulitnya memang agak beda dengan kawan-kawannya di sekolah, yang rata-rata berkulit sawo matang atau agak gelap.
Untungnya bola mata Mahyadin hitam, bukan biru.
Sejak kecil sering ia bertanya, kenapa wajahnya sangat beda dengan kawan sepermainannya.
Tapi Galuh hanya mengatakan, wajah Mahyadin keturunan bapaknya yang sangat ganteng saat muda.
Galuh tak mau terbuka perihal siapa ayah kandung Mahyadin, hanya nama saja yang disebut, asalnya darimana dan keturunan ras mana Galuh tak pernah bercerita secara lengkap.
Galuh seperti menyembunyikan rahasia yang besar tentang anaknya ini.
Dia sebetulnya sangat kaget saat Mahyadin menceritakan soal mimpi tersebut.
“Belum saatnya kamu tau Nak…nanti kamu akan tahu siapa kamu sebenarnya!” kata Bik Galuh dalam hati, setiap kali menatap wajah ganteng anaknya ini.
Saat Mahyadin aseek berjalan menuju kampus, ada sebuah motor berhenti dan ketika membuka helm, terlihatlah wajah cantik manis seorang gadis remaja.
“Mahyadin…ayooo ikut aku, ntar kamu telat lohh,” sapa gadis manis ini.
“Ga-papa nih Wine…ntar pacar kamu marah lohh?” sahut Mahyadin pada gadis yang bernama Wine ini.
Wine yang diam-diam sudah lama menaksir Mahyadin langsung bilang tak apa-apa dan itu urusan dia dengan pacarnya.
Mahyadin tersenyum dan langsung ambil alih motor bebek milik Wine, kini Wine duduk di boncengan dan tanpa sungkan memeluk dengan erat tubuh Mahyadin, dia menyandarkan tubuhnya ke punggung Mahyadin yang kokoh tapi kurus ini.
Radin bukanlah pemuda munafik, dia termasuk lemah terhadap wanita, dia tak pernah menolak setiap kali ada wanita yang menyukainya.
Saat SMU perjakanya sudah melayang oleh seorang wanita yang berusia diatasnya. Itu terjadi setelah dia dan ibunya pindah dari kampung halamannya di Kabupaten Tatahan ke Banjarmasin Ibukota Kalimantan Selatan, setelah ia menamatkan SMP nya.
Di Banjarmasin Galuh pun kerja serabutan, agar anaknya ini bisa lanjutkan sekolah dan kini sudah berlanjut kuliah, beda saat berada di desa dia hanya bertani.
Hilangnya perjaka berawal saat Mahyadin ini masih remaja tanggung, yakni mendapat tugas dari gurunya mengantar sebuah undangan ke Dinas Pendidikan, karena sekolah mereka akan mengadakan perpisahan dengan siswa-siswa kelas 12, Mahyadin yang saat itu menjadi Ketua OSIS tentu saja sibuk sebagai ketua panitianya.
Kala itu ia menunggu Kepala Dinas Pendidikan yang lagi rapat dan dia di suruh seorang staf wanita agar menunggu. Staf wanita ini senyum-senyum melihat remaja tampan ini duduk termenung sambil membaca koran yang terletak di meja.
“Siapa nama kamu dek?” tanya staf wanita itu sambil memandang wajah remaja kurus namun tampan ini.
“Mahyadin bu…!”
“Jangan panggil ibu donk, saya masih muda lohh!” katanya sedikit genit.
Mahyadin lalu menoleh dan menatap sambil tersenyum wanita yang dia taksir berusia sekitar 23 tahunan ini.
Ia sempat menatap lama rok span yang agak ketat milik wanita cantik ini, sebagai remaja yang mulai puber-pubernya Mahyadin pun begitu, tak akan pernah bisa melewatkan hal-hal yang bisa membangkitkan jiwa pubernya.
Rasa ingin tahu itulah yang membuatnya menatap begitu. Wanita ini berdehem dan Mahyadin malu sendiri lalu mengalihkan pandangan ke wajah wanita ini, sambil tersenyum malu-malu.
“Panggil ka Dini yaaa…!” kata wanita ini tersenyum, saat senyum inilah Mahyadin yang masih abege labil ini mengakui dalam hati kalau Dini ini sangat cantik.
“Iya Ka Dini...masih lama ya Ka bapak Kadis nya rapat, kalau lama saya titip sama kaka ajah suratnya!” sahut Mahyadin sambil terus menatap wajah cantik dan glowing Dini.
“Kenapa…? ga betah yaa di sini, kan ada kaka nemani…mau minum apa, teh apa kopi atau susu!” Dini kembali menatap Mahyadin, kali ini dia sampai lama menatap paha Mahyadin, hingga remaja ini makin tersipu dan merapatkan pahanya.
“Teh aja ka!”
“Tak mau susu yaa…!” ceplos Dini dengan nakal sambil mengedipkan mata ke Mahyadin, hingga remaja ini mau tak mau tertawa dan bilang ga doyan.
“Kalau susu asli doyan ga?” Dini malah makin suka menggoda Mahyadin yang terlihat kikuk dan malu-malu ini.
“Susu asli itu….susu sapi ya Ka?” jawab Mahyadin dengan muka polos dan lugu.
Dini hampir tergelak mendengar jawaban remaja yang memang tampan manis ini.
*****
BERSAMBUNG
“Hmmm…pernah liat ibu-ibu ngasih ASI ke bayi ga?” tanya Dini nge-balik ucapan Mahyadin.Mahyadin yang memang lugu ini menganggukan kepala.“Pingin ga…?” pancing Dini tertawa kecil.“Emank punya Ka Dini bisa ngeluarin ASI?” Mahyadin yang polos akhirnya terpancing juga.Dini akhirnya langsung tergelak mendengar ucapan apa adanya remaja ini.“Nanti…kalau kamu mau…hmmm…catat deh nomor telepon ka Dini yahhh!” Mahyadin yang tak paham soal ini dengan polosnya langsung mencatat nomor hape Dini.Tak lama kemudian wanita yang memiliki pantat agak lentik dan menggoda ini keluar ruangan, dan tak sampai 10 menitan sudah datang kembali dengan gelas berisi minuman teh manis hangat. Hanya berselang 15 menitan, pa Kadis yang ditunggu-tunggu masuk ke ruang tunggu dan melihat Dini sedang berbincang dengan seorang anak remaja berseragam SMU, dia bertanya ada keperluan apa kepada Mahyadin.Mahyadin pun menyampaikan maksud dan tujuannya serta menyerahkan surat undangan itu. Setelah berbasa-basi dengan ho
Ingat masa remajanya…Mahyadin hanya tersenyum, tapi dia tak menyesali apa yang sudah dia perbuat dengan Dini dan kini masih terus berlanjut, Mahyadin telah jatuh cinta dengan janda muda ini.Bagaimana dengan Wine…yang kini sedang merasa nyaman bersandar di punggungnya…?Tak terasa Mahyadin kini sampai di kampus dan Wine senang sekali bisa berboncengan dengan Mahyadin.“Nanti pulangnya barengan lagi yahh,” kata Wine. Mahyadin hanya mengangguk sambil tersenyum.Melihat senyum Mahyadin, Wine menahan kakinya dan menatap pria yang sangat menarik hatinya ini.“Kapan kamu ada waktu ke rumahku?” pancing Wine.“Nunggu kamu putus dengan pacar kamu!” sahut Mahyadin cepat, Wine langsung tertawa dan berbisik emank pria saja yang bisa punya banyak pacar, wanita juga bisa.“Dasarrrr…uda ahhh yuks masuk kelas, bentar lagi perkuliahan di mulai!” kata Mahyadin sambil merapikan
Mahyadin bingung apa yang dia hadapi saat ini. Dibilang bertemu hantu, tapi kaki orang misterius itu menapak tanah, dibilang manusia, kenapa bisa menghilang tanpa ia ketahui…!Mahyadin yang merasa ngeri sendiri kemudian masuk lagi ke dalam rumah, lama baru bisa memejamkan mata, jelang tengah malam baru dia bisa tertidur disamping kekasihnya.Saat dia dan Dini untuk kesekian kalinya bercinta pada paginya, Dini sampai jengkel karena Mahyadin sudah hampir 1,5 jam lebih tak klimaks-klimaks juga, sampai perih punya dia dan menatap wajah kekasih mudanya yang seakan tak menikmati percintaan mereka.Dini lalu turun dari tubuh Mahyadin dan menatap cemburu wajah pria yang makin dewasa dan semakin tampan ini, terlebih kini brewoknya mulai tumbuh di kedua pipinya.“Kamu lagi mikir siapa…pacar baru yaa!” tegur Dini sambil menarik wajah Mahyadin dan menatapnya tak senang, karena cemburu.Mahyadin tersenyum dan menatap wajah kekasihnya i
Pria tua ini tersenyum lalu dia mendekati pemuda yang dia panggil Radin ini, lalu mengusap pelan wajah pemuda ini sambil mulutnya komat-kamit, seperti merapalkan bacaan ajian tertentu.Setelah mengusapnya perlahan, pria ini menekan dada Mahyadin dan antara sadar dan tidak, Mahyadin seakan menerima hawa panas yang menjalari tubuhnya.Dalam tidurnya, Mahyadin seakan bermimpi dan melihat ada 3 orang dengan wajah beringas sedang berjalan menuju gubuk tempat mereka.Sampai di halaman gubuk itu, pria itu berkacak pinggang dan berteriak.“Pet Jan Terling, hari ini juga kamu harus menyerahkan kitab itu, kalau kamu menolak, nyawa kamu taruhannya!” teriak pria ini, dia sudah menghunus goloknya yang tajam.Pria yang dipanggil Pet Jan Terling ini keluar dari gubuk itu, wajahnya tersenyum menatap siapa yang datang dan berteriak itu, dia terlihat sangat tenang dan tak ada ketakutan dari wajahnya, dia menatap 3 pria yang kini semuanya menghunus golok
Kadang Ki Janos menggendong Satem dan membawanya dengan kecepatan yang sulit dipercaya, Ki Janos bak melayang saja berjalan di dalam hutan dan jauh meninggalkan bekas perkelahian tak seimbang tadi.Anehnya, Mahyadin juga enteng saja mengikuti keduanya, Mahyadin juga seakan punya ilmu melayang.Uniknya keduanya sama sekali tak tahu kalau Mahyadin mengikuti mereka, seakan-akan Mahyadin ini adalah roh yang tak terlihat.Dua hari kemudian, Satem melahirkan bayi laki-laki yang dinamakan Durangga, sayangnya Satem yang masih berduka kehilangan Pet Jan suaminya ini, meninggal dunia setelah mengalami pendarahan usai melahirkan.Bayi Durangga yang malang ini akhirnya dipelihara Ki Janos sampai besar.Sampai di sini, bak menonton sebuah film, layar pun menyatakan film itu selesai.Mahyadin langsung tersadar…rohnya seakan masuk kembali ke raga dia dan kini dia sudah sadar kembali, se-sadar-sadarnya.Ia menatap kebingungan wajah Durangga ya
Saat melepas bajunya, Dewi sempat melirik Ki Sanus yang ternyata sudah duduk bersemedhi dari jarak 5 meter dari dia dan memejamkan mata. Sayup-sayup dia mendengar suara Ki Sanus.“Tak usah ragu…lepaskan pakaian kamu dan ikuti apa yang kubaca…!” Dewi bergidik kedinginan, tapi dia patuh dan kini badannya polos, lagi-lagi dia melirik Ki Sanus, namun pria itu tetap memejamkan mata dan tidak memperhatikan dia.Dewi pun tenang dan tak malu-malu lagi, dia pun kini duduk polos di sebuah batu datar dengan badan menggigil kedinginan.Baru pertama kali Dewi berani polos begini di depan seorang pria yang bukan suaminya. Namun tekadnya untuk memiliki keturunan mengalahkan rasa sungkan dan malunya itu.Keanehan mulai Dewi rasakan, saat konsentrasi dan ikut melapalkan apa yang dibaca Ki Sanus, badannya mulai hangat dan kini dia merasa nyaman tidak lagi menggigil kedinginan seperti tadi.Lama-lama Dewi pun kini tenggelam dalam semedhinya
“Ki…!” hanya itu ucapan Dewi dan selanjutnya bibirnya mencium bibir Ki Sanus, pria tua yang awet tampan ini tersentak kaget dengan perbuatan Dewi.Ki Sanus yang seumur-umur tak pernah berciuman dengan wanita ini terpana, akal sehatnya sempat hilang seketika, untung dia cepat ingat kalau Dewi adalah pasiennya, sehingga dia mampu menolak godaan nafsu dari Dewi.Ki Sanus tidak melupakan pesan Ki Janos gurunya.“Ingat…bila kamu sampai berhubungan badan dengan wanita yang bukan istri sah mu, maka semua kesaktian kamu akan lenyap,” pesan Ki Janos.Ki Sanus lalu menepuk bahu Dewi, dan wanita cantik itupun lunglai setengah pingsan, saat dia memandang Dewi yang polos dan seperti tertidur, Ki Sanus hanya menghela nafas panjang.“Maafkan aku guru…hampir aku melanggar pantangan berat…!” kata Ki Sanus dalam hati. Ki Sanus pelan-pelan membangunkan Dewi dan meminta wanita ini berpakaian dan mengajakn
Tiga bulan lebih…artinya habis masa iddah Dewi, Ki Sanus yang setiap hari bercengkrama dengan Dewi mulai merasakan ada sesuatu yang beda.Pria tua ini diam-diam mulai menyukai Dewi, walaupun dia berusaha keras menolak itu. Namun rasa cinta yang datang alami ini sulit dia elakan, ternyata perasaan yang sama juga dialami Dewi, di mata Dewi, Ki Sanus pria romantis.Dan yang membuat Dewi makin menyukai ada bonus lainnnya, yakni Ki Sanus pria tampan karena dia merupakan blasteran Belanda, dan badannyapun bersih walaupun tinggal di hutan, tak terlihat kerutan apapun di wajah Ki Sanus, benar-benar awet muda.Dari Galuh, Dewi banyak tahu kalau Ki Sanus selama ini tak pernah mau bergaul dengan wanita.“Ki Sanus tidak pernah beristri…dia bilang musuh-musuhnya sangat banyak, sehingga kasian kelak anak dan istrinya…itulah alasan beliau dari dulu tak mau berumah tangga!” ungkap Galuh pada Dewi. Galuh merupakan anak