Share

Bab 5: Masa Puber

Auteur: mrd_bb
last update Dernière mise à jour: 2022-06-24 11:35:36

Satu setengah tahun sebelumnya…!

Setelah bolak balik tak karuan, pemuda inipun bangkit dari kasurnya dan duduk termenung.

“Mimpi buruk lagi….!” pemuda ini mengangguk pada seorang wanita parobaya, lalu dia bangkit dari tidur malamnya dan permisi ke wanita yang juga ibu kandungnya ini.

Acil Galuh, ibunya hanya menatap anak tunggalnya ini dengan hati bingung. Ini sudah yang ke 3 kalinya Mahyadin bermimpi bertemu seseorang yang mengaku leluhurnya di masalalu. Galuh yang kini berusia 47 tahun adalah janda yang sudah lama hidup bersama Mahyadin.

Suaminya meninggal saat Mahyadin dalam kandungan, Mahyadin duduk termenung di teras rumah sederhana dan dia mengisap sebatang rokok untuk menenangkan pikirannya.

Mimpi bertemu orang yang mengaku-ngaku kakeknya membuat dia tak bisa tidur lagi dan memejamkan mata.

“Mahyadin…kamu harus membuat perhitungan dengan keturunan Tungga, Bino dan Jabir, mereka telah merampas harta dan membunuh kakek buyutmu,…kakek tak akan bisa tenang sebelum kamu balas dendam terhadap keturunannya dan ambil kembali harta yang dia rampas itu!” itulah kata-kata keras orang yang ngaku kakek buyutnya dalam mimpi pemuda ini.

Anehnya, kakeknya itu dalam mimpinya berwajah bule, dengan rambut mirip jagung dan mata kebiru-biruan.    

Mahyadin kini baru berusia 22 tahun, namun mempunyai bentuk tubuh seperti pemuda dewasa ini hanya termenung. Pria dalam mimpinya yang mengaku kakek buyutnya tak dia kenal, ibunya pun saat dirinya tanya tak tahu siapa pria bule bernama Pet Jan Terling, yang mengaku kakeknya itu.

“Ibu tak tahu, yang ibu tahu, nama ayahmu Midi, lalu kakekmu bernama Rafi, setelah itu ibu tak tahu lagi, dari pihak ibu pun nama kakekmu Ijun, kakek buyutmu Targo. Habis itu ibu tak hapal lagi buyut-buyut kamu, seingat ibu tak ada yang bernama Pet Jan Terling itu,” kata Galuh, saat Mahyadin mengisahkan mimpi nya itu.  

Mahyadin yang kini kuliah disalah satu kampus  swasta di Banjarmasin ini benar-benar bingung dengan makna mimpi dia tersebut.

Tak hanya sekali, tapi ini sudah yang ke 5 kalinya. Mimpinya selalu sama yakni orang yang mengaku Durangga dan juga mengaku kakek buyutnya minta Mahyadin balas dendam pada keturunan Tungga, Bino dan Jabir.

“Pada siapa aku bertanya siapa sebetulnya kakek Pet Jan Terling dan anaknya Durangga itu..?” tanpa sadar Mahyadin bicara sendiri.

Besoknya Mahyadin melupakan sejenak mimpi itu dan dia seperti biasa ke kampus dengan jalan kaki dan hari itu merupakan ujian semester.

Mahyadin adalah seorang pemuda memiliki wajah sangat tampan dan kulit kuning keputihan, sebetulnya lebih mirip anak orang kaya daripada anak Bik Galuh yang sederhana dan hanya bekerja sebagai tenaga laundry.

Saat masih SMP dan lanjut ke SMU dia sering di olok si bulay  alias si bule, awalnya ia marah, tapi lama kelamaan ia akhirnya sadar, wajah dan kulitnya memang agak beda dengan kawan-kawannya di sekolah, yang rata-rata berkulit sawo matang atau agak gelap.

Untungnya bola mata Mahyadin hitam, bukan biru.

Sejak kecil sering ia bertanya, kenapa wajahnya sangat beda dengan kawan sepermainannya.

Tapi Galuh hanya mengatakan, wajah Mahyadin keturunan bapaknya yang sangat ganteng saat muda.

Galuh tak mau terbuka perihal siapa ayah kandung Mahyadin, hanya nama saja yang disebut, asalnya darimana dan keturunan ras mana Galuh tak pernah bercerita secara lengkap.

Galuh seperti menyembunyikan rahasia yang besar tentang anaknya ini.

Dia sebetulnya sangat kaget saat Mahyadin menceritakan soal mimpi tersebut.

“Belum saatnya kamu tau Nak…nanti kamu akan tahu siapa kamu sebenarnya!” kata Bik Galuh dalam hati, setiap kali menatap wajah ganteng anaknya ini.

Saat Mahyadin aseek berjalan menuju kampus, ada sebuah motor berhenti dan ketika membuka helm, terlihatlah wajah cantik manis seorang gadis remaja.

“Mahyadin…ayooo ikut aku, ntar kamu telat lohh,” sapa gadis manis ini.

“Ga-papa nih Wine…ntar pacar kamu marah lohh?” sahut Mahyadin pada gadis yang bernama Wine ini.

Wine yang diam-diam sudah lama menaksir Mahyadin langsung bilang tak apa-apa dan itu urusan dia dengan pacarnya.

Mahyadin tersenyum dan langsung ambil alih motor bebek milik Wine, kini Wine duduk di boncengan dan tanpa sungkan memeluk dengan erat tubuh Mahyadin, dia menyandarkan tubuhnya ke punggung Mahyadin yang kokoh tapi kurus ini.

Radin bukanlah pemuda munafik, dia termasuk lemah terhadap wanita, dia tak pernah menolak setiap kali ada wanita yang menyukainya.

Saat SMU perjakanya sudah melayang oleh seorang wanita yang berusia diatasnya. Itu terjadi setelah dia dan ibunya pindah dari kampung halamannya di Kabupaten Tatahan ke Banjarmasin Ibukota Kalimantan Selatan, setelah ia menamatkan SMP nya.

Di Banjarmasin Galuh pun kerja serabutan, agar anaknya ini bisa lanjutkan sekolah dan kini sudah berlanjut kuliah, beda saat berada di desa dia hanya bertani.

Hilangnya perjaka berawal saat Mahyadin ini masih remaja tanggung, yakni mendapat tugas dari gurunya mengantar sebuah undangan ke Dinas Pendidikan, karena sekolah mereka akan mengadakan perpisahan dengan siswa-siswa kelas 12, Mahyadin yang saat itu menjadi Ketua OSIS tentu saja sibuk sebagai ketua panitianya.

Kala itu ia menunggu Kepala Dinas Pendidikan yang lagi rapat dan dia di suruh seorang staf wanita agar menunggu. Staf wanita ini senyum-senyum melihat remaja tampan ini duduk termenung sambil membaca koran yang terletak di meja.

“Siapa nama kamu dek?” tanya staf wanita itu sambil memandang wajah remaja kurus namun tampan ini.

“Mahyadin bu…!”

“Jangan panggil ibu donk, saya masih muda lohh!” katanya sedikit genit.

Mahyadin lalu menoleh dan menatap sambil tersenyum wanita yang dia taksir berusia sekitar 23 tahunan ini.

Ia sempat menatap lama rok span yang agak ketat milik wanita cantik ini, sebagai remaja yang mulai puber-pubernya Mahyadin pun begitu, tak akan pernah bisa melewatkan hal-hal yang bisa membangkitkan jiwa pubernya.

Rasa ingin tahu itulah yang membuatnya menatap begitu. Wanita ini berdehem dan Mahyadin malu sendiri lalu mengalihkan pandangan ke wajah wanita ini, sambil tersenyum malu-malu.

“Panggil ka Dini yaaa…!” kata wanita ini tersenyum, saat senyum inilah Mahyadin yang masih abege labil ini mengakui dalam hati kalau Dini ini sangat cantik.

“Iya Ka Dini...masih lama ya Ka bapak Kadis nya rapat, kalau lama saya titip sama kaka ajah suratnya!” sahut Mahyadin sambil terus menatap wajah cantik dan glowing Dini.

“Kenapa…? ga betah yaa di sini, kan ada kaka nemani…mau minum apa, teh apa kopi atau susu!” Dini kembali menatap Mahyadin, kali ini dia sampai lama menatap paha Mahyadin, hingga remaja ini makin tersipu dan merapatkan pahanya.

“Teh aja ka!”

“Tak mau susu yaa…!” ceplos Dini dengan nakal sambil mengedipkan mata ke Mahyadin, hingga remaja ini mau tak mau tertawa dan bilang ga doyan.

“Kalau susu asli doyan ga?” Dini malah makin suka menggoda Mahyadin yang terlihat kikuk dan malu-malu ini.

“Susu asli itu….susu sapi ya Ka?” jawab Mahyadin dengan muka polos dan lugu.

Dini hampir tergelak mendengar jawaban remaja yang memang tampan manis ini.

*****

BERSAMBUNG

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Cinta Berbalut Dendam   Bab 315: Di Balik Bahagia Ada yang Terluka

    Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, waktu tiga bulan sangat cepat, tapi bagi Ryan dan Reni sangat lama. Pernikahan lanjut resepsi keduanya di gelar di sebuah hotel berbintang 5.Tamu-tamu VVIP dari Presiden, Wapres, para Menteri Kabinet, hingga ratusan pengusaha kakap ikut hadir, termasuk para petinggi Polri mengucapkan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia ini.Radin Durangga yang sudah sepuh senang sekali bisa bertemu rekan-rekan pengusahanya yang juga sepuh-sepuh dan bisa hadir di resepsi Ryan dan Reni, mereka bak reuni saja dan rame bersenda gurau di usia yang masing-masing sudah senja ini.Radin Durangga juga selalu hadir kalau ada anak atau cucu rekan pengusaha atau sahabatnya menggelar pesta perkawinan.Julian datang dengan menggandeng dua wanita cantik sekaligus. Namun saat bertemu ketiga ortunya, Julian tentu saja ngacir ga berani memperlihatkan kenakalannya, dia paling takut dengan kedua Maminya tersebut.Yang lucu adik-adik Julian yang mulai beranjak abe

  • Cinta Berbalut Dendam   Bab 314: Akhirnya Bisa Melamar Sang Pujaan Hati

    Wisuda S2 Reni berlangsung sangat khidmad dan sakral, 2.500 mahasiswa di wisuda hari ini, bukan hanya lokal Inggris tapi juga dari berbagai negara.Sejak awal Reni yang berpakaian sangat cantik ini selalu di gandeng Ryan yang bertubuh tinggi besar dan memakai baju yang sangat fashionable dan pastinya sangat mahal, badan Ryan tak kalah dengan tubuh para bule yang juga tinggi-tinggi.Reni menggunakan heel hingga 10 centimeter, sehingga kini tubuhnya makin menjulang dan saat berjalan dia sangat serasi sekali di samping Ryan, banyak yang iri melihat kebahagian pasangan muda ini.Tante Shania dan Om Darma khusus datang dari Jakarta, ikut mendampingi putri kesayangannya ini.Saat menjemput di Bandara bersama Ryan, Shania sudah maklum keduanya pasti sudah memiliki hubungan khusus, terlihat dari genggaman tangan Ryan dan Reni yang sangat erat dan seakan enggan melepas satu sama lain.Dan apa yang dia duga benar adanya, saat dalam mobil Jaguar, Ryan yang saat itu lagi memegang setiran, apa ada

  • Cinta Berbalut Dendam   Bab 313: Tertawa, Tapi Hati Menangis Karena Cemburu

    “Aku bobo di kamar sebelah yaa!” “Disini saja sama-sama, ranjang ini sangat luas kok!” Ryan tersenyum, dia langsung menganggukan kepala. Reni menyandarkan kepalanya di dada berotot Ryan sambil bersandar di ujung ranjang dan kaki di selonjorkan, keduanya kadang tertawa bersama menyaksikan acara TV yang menyajikan komedi. Mereka bak sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, padahal sampai detik ini, Reni belum menyatakan dia mau jadi kekasih Ryan, dia tahu dari sikap dan perbuatan pemuda ini, rasa cinta Ryan makin hari makin besar. “Musim semi agaknya bakal tiba yaa…cuaca juga sudah mulai hangat!” kata Reni, setelah acara komedi di TV yang tertempel di dinding kamar Ryan berakhir. “Iyahh…sayangnya kamu bulan depan wisuda dan langsung pulang ke Jakarta…aku ga ada teman menikmati musim semi itu!” sungut Ryan pelan. Reni tertawa dan dia malah memancing, Ryan tinggal pilih, sangat banyak teman-temannya yang masih jomblo dan tak kalah cantik

  • Cinta Berbalut Dendam   Bab 312: Gara-gara Sakit Jadi Makin Dekat

    Empat bulan sudah Ryan tinggal di London, dia benar-benar tekun kuliah, semangatnya terus saja naik berlipat-lipat, karena Reni selalu setia menemaninya kemanapun dia jalan sepulang kuliah atau pas waktu lowong.Ryan juga benar-benar tak mau mendekati wanita manapun, bahkan saat Reni mengenalkan dengan teman-teman wanitanya, baik dari Asia, bahkan bule, semuanya hanya di tanggapi biasa-biasa saja oleh Ryan, tidak ada yang istimewa di matanya.Padahal rata-rata teman-teman Reni cantik-cantik dan orang tua mereka pun kaya raya, mereka juga menunjukan ketertarikan ke Ryan, tapi pemuda ini tetap beranggapan tak ada yang seperti Reni.Suatu hari, Ryan bingung telpon dan sms nya tak di balas Reni, padahal mereka sudah janji akan jalan-jalan, sekalian Ryan ada yang di cari ke Kota Manchester. Mereka berencana akan naik kereta api cepat saja ke kota itu.Ryan kemudian berniat mendatangi Reni ke apartemennya, lalu diapun naik ke lantai 15. Dia sudah siap dengan ba

  • Cinta Berbalut Dendam   Bab 311: Si Fuckboy Kecewa Reni Punya Kekasih

    Tengah malam Reni terbangun, dia kaget saat melihat posisi tidurnya malah sedang memeluk tubuh Ryan, cuaca makin dingin karena London memang sedang musim dingin, Reni lalu ke kamar dan mengambil mengambil selimut tebal.Dia kemudian menyelimuti tubuh Ryan, saat itulah matanya memandang wajah pemuda ini. Reni tersenyum saat meraba bibir Ryan yang tadi sore dia gigit, Reni lalu kembali melanjutkan tidurnya di samping pemuda ini.Paginya, bukan Reni yang duluan terbangun, tapi Ryan, dia kaget saat melihat Reni sangat erat memeluk tubuhnya, gadis ini agaknya kedinginan, Ryan memeriksa jam tangannya, sudah hampir jam 6.30 waktu setempat.Ryan lalu pelan-pelan melepas pelukan Reni dan merapikan selimut sehingga gadis ini tidak merasa kedinginan.Ryan lalu ke kamar mandi dan mencuci muka, lalu ambil wudhu dengan air hangat, Ryan pun melakukan kewajibannya, sholat subuh.Ryan sudah terbiasa bangun pagi, dia kemudian menghidupkan pemanas ruangan, karena cuaca benar-benar sangat dingin.Setelah

  • Cinta Berbalut Dendam   Bab 310: London…di Sini Semua Berawal

    Sambil memperbaiki syal yang melilit lehernya, pria muda dengan tinggi badan yang menjulang hampir 185 centimeter, serta badan yang kokoh berotot ini keluar dari Bandara Internasional Heathrow, London, Inggris.Walaupun dulu waktu kecil dia beberapa kali ke negara kerajaan ini, namun kali ini dia agak pangling juga melihat perubahan-perubahan salah satu bandara terbesar di negeri yang kental dengan dunia sepakbola ini.Wajah pria ini terlihat sangat tampan dengan kumis dan cambang yang tipis, wajahnya lebih banyak cool serta cuek dengan keadaan sekeliling.Setelah keluar dari bandara, dengan menarik tas bagasinya yang tak terlalu besar, diapun menunggu taksi yang terlihat antre secara tertib menjemput para penumpang di area kedatangan.Setelah duduk dalam taksi dan menyebutkan alamatnya, taksi ini pun lalu meluncur menuju alamat yang di maksud.Satu jam setengah kemudian, dia tiba di alamat yang di tuju, kini dia mengamati kondisi bangunan tinggi dengan gaya khas Eropa bertingkat hing

  • Cinta Berbalut Dendam   Bab 309: Mau Berhenti Jadi Aparat

    Ryan kemudian sempat ingat pepatah, kalau batin seorang wanita itu tajam serta tebakannya tepat, tandanya mereka akan segera berjodoh.“Ga…ga adaa…nih aku lagi balkon apartemen, lagi mandang kota Manado malam ini!”“Berani ga pindah ke vidcal!” tantang Reni.“Beraniiiii….ayooo…!” dan tiba-tiba saja panggilan pun berubah ke vidcal, Reni tertawa melihat wajah Ryan, Reni terlihat sedang makan malam, berupa buah salad, terlihat ada seorang ART di sampingnya yang ikut makan bersama.Tapi hati Ryan sebetulnya deg-degan juga, moga saja Flora tak bangun, batinnya lagi.Ryan sendiri akhir-akhir ini entah mengapa tak berani lagi bicara terbuka terkait sepak terjangnya dengan wanita pada Reni.Kalau dulu dia selalu terbuka, bahkan pernah saat mandi berdua dengan Tiara, dia enteng saja memvidcal sepupunya, Reni sambil tertawa bilang awasss jangan sampai anak orang bunting.“Kapan kuliah kamu selesai Ren?”“Masih lama…kenapa emankk?” kata Reni sambil terus makan buah.“Lama amattt sihh, emank kuli

  • Cinta Berbalut Dendam   Bab 308: Bertemu Flora di Manado

    Usai bertarung, pelatihnya Mang Dino mengajaknya santai di sebuah kafe di bilangan Kota Manado, Ryan oke-oke saja dan ikut bersama beberapa atlet tarung bebasnya lainnya.Kafe itu termasuk sangat eksklusif karena berada di bibir pantai, seperti biasa yang namanya kafe mereka pun tentu saja suka minum-minuman beralkohol, Ryan mengetahui hal itu langsung geleng-geleng kepala.Dia sejak dulu memang tak begitu suka dengan minuman keras dan selalu menghindari, kali inipun sama. Inilah yang membuat pelatihnya sangat salut, karena Ryan benar-benar tak suak minuman beraalkohol.Begitu melihat mereka mulai minum, termasuk Mang Dino, Ryan pun pindah ke kursi yang ada di bibir pantai. Tak ada yang berani memaksanya minum, sebab semua tahu siapa Ryan yang merupakan polisi aktif dan memiliki jabatan tinggi di sebuah Mapolres.Ryan termenung, pikiran ternyata jauh melayang ke London, siapa lagi kalau bukan sosok sepupunya, Reni.“Mengejar cintanya…baiklah…aku tak akan menyerah, tunggu saja!” batin

  • Cinta Berbalut Dendam   Bab 307: Reni Pasang Syarat Buat Ryan

    “Hahahaha…lucuuuu…Reni sama Ryan itu belum pernah pacaran Mami…kalau tiba-tiba kami menikah…waduhhh…gimana, jangan-jangan tiap hari kamu bertengkar mulu…pusinggg pala birbieee…!” Shania dan Om Darma langsung saling pandang kaget dengan jawaban Reni.“Lantas…apa sekarang maunya kamu Ren?” Om Darma, ayahnya yang kini menyela.“Hmmm…gini dehhh…papi dan mami bilangin ke maminya Ryan…Reni mau jadi istrinya Ryan…tapiiiii….dengan syarat…Reni mencintai Ryan…!”“Cara mencintai kamu gimana!” sahut Shania belagak pilon.“Ihhh mami, kayak ga pernah mude ajahh, tanya donk sama papi, gimana dulu papi ngejar mami, masa tanya ke Reni sih, udah yaaa….Reni mau istirahat, capeee dyehhh!” Reni pun pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang hanya saling pandang dan geleng-geleng kepala.“Gimana ini pih…masa si Reni gitu jawabannya?”“Ya udah, mami bilang ajah gitu sama Brigitta…cape dyehhhh!” sahut Om Darma dan diapun ikutan tertawa dan jalan kayak Reni.Shania langsung jengkel dan melempar bantal ke suami

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status