Share

Bab 5: Masa Puber

Satu setengah tahun sebelumnya…!

Setelah bolak balik tak karuan, pemuda inipun bangkit dari kasurnya dan duduk termenung.

“Mimpi buruk lagi….!” pemuda ini mengangguk pada seorang wanita parobaya, lalu dia bangkit dari tidur malamnya dan permisi ke wanita yang juga ibu kandungnya ini.

Acil Galuh, ibunya hanya menatap anak tunggalnya ini dengan hati bingung. Ini sudah yang ke 3 kalinya Mahyadin bermimpi bertemu seseorang yang mengaku leluhurnya di masalalu. Galuh yang kini berusia 47 tahun adalah janda yang sudah lama hidup bersama Mahyadin.

Suaminya meninggal saat Mahyadin dalam kandungan, Mahyadin duduk termenung di teras rumah sederhana dan dia mengisap sebatang rokok untuk menenangkan pikirannya.

Mimpi bertemu orang yang mengaku-ngaku kakeknya membuat dia tak bisa tidur lagi dan memejamkan mata.

“Mahyadin…kamu harus membuat perhitungan dengan keturunan Tungga, Bino dan Jabir, mereka telah merampas harta dan membunuh kakek buyutmu,…kakek tak akan bisa tenang sebelum kamu balas dendam terhadap keturunannya dan ambil kembali harta yang dia rampas itu!” itulah kata-kata keras orang yang ngaku kakek buyutnya dalam mimpi pemuda ini.

Anehnya, kakeknya itu dalam mimpinya berwajah bule, dengan rambut mirip jagung dan mata kebiru-biruan.    

Mahyadin kini baru berusia 22 tahun, namun mempunyai bentuk tubuh seperti pemuda dewasa ini hanya termenung. Pria dalam mimpinya yang mengaku kakek buyutnya tak dia kenal, ibunya pun saat dirinya tanya tak tahu siapa pria bule bernama Pet Jan Terling, yang mengaku kakeknya itu.

“Ibu tak tahu, yang ibu tahu, nama ayahmu Midi, lalu kakekmu bernama Rafi, setelah itu ibu tak tahu lagi, dari pihak ibu pun nama kakekmu Ijun, kakek buyutmu Targo. Habis itu ibu tak hapal lagi buyut-buyut kamu, seingat ibu tak ada yang bernama Pet Jan Terling itu,” kata Galuh, saat Mahyadin mengisahkan mimpi nya itu.  

Mahyadin yang kini kuliah disalah satu kampus  swasta di Banjarmasin ini benar-benar bingung dengan makna mimpi dia tersebut.

Tak hanya sekali, tapi ini sudah yang ke 5 kalinya. Mimpinya selalu sama yakni orang yang mengaku Durangga dan juga mengaku kakek buyutnya minta Mahyadin balas dendam pada keturunan Tungga, Bino dan Jabir.

“Pada siapa aku bertanya siapa sebetulnya kakek Pet Jan Terling dan anaknya Durangga itu..?” tanpa sadar Mahyadin bicara sendiri.

Besoknya Mahyadin melupakan sejenak mimpi itu dan dia seperti biasa ke kampus dengan jalan kaki dan hari itu merupakan ujian semester.

Mahyadin adalah seorang pemuda memiliki wajah sangat tampan dan kulit kuning keputihan, sebetulnya lebih mirip anak orang kaya daripada anak Bik Galuh yang sederhana dan hanya bekerja sebagai tenaga laundry.

Saat masih SMP dan lanjut ke SMU dia sering di olok si bulay  alias si bule, awalnya ia marah, tapi lama kelamaan ia akhirnya sadar, wajah dan kulitnya memang agak beda dengan kawan-kawannya di sekolah, yang rata-rata berkulit sawo matang atau agak gelap.

Untungnya bola mata Mahyadin hitam, bukan biru.

Sejak kecil sering ia bertanya, kenapa wajahnya sangat beda dengan kawan sepermainannya.

Tapi Galuh hanya mengatakan, wajah Mahyadin keturunan bapaknya yang sangat ganteng saat muda.

Galuh tak mau terbuka perihal siapa ayah kandung Mahyadin, hanya nama saja yang disebut, asalnya darimana dan keturunan ras mana Galuh tak pernah bercerita secara lengkap.

Galuh seperti menyembunyikan rahasia yang besar tentang anaknya ini.

Dia sebetulnya sangat kaget saat Mahyadin menceritakan soal mimpi tersebut.

“Belum saatnya kamu tau Nak…nanti kamu akan tahu siapa kamu sebenarnya!” kata Bik Galuh dalam hati, setiap kali menatap wajah ganteng anaknya ini.

Saat Mahyadin aseek berjalan menuju kampus, ada sebuah motor berhenti dan ketika membuka helm, terlihatlah wajah cantik manis seorang gadis remaja.

“Mahyadin…ayooo ikut aku, ntar kamu telat lohh,” sapa gadis manis ini.

“Ga-papa nih Wine…ntar pacar kamu marah lohh?” sahut Mahyadin pada gadis yang bernama Wine ini.

Wine yang diam-diam sudah lama menaksir Mahyadin langsung bilang tak apa-apa dan itu urusan dia dengan pacarnya.

Mahyadin tersenyum dan langsung ambil alih motor bebek milik Wine, kini Wine duduk di boncengan dan tanpa sungkan memeluk dengan erat tubuh Mahyadin, dia menyandarkan tubuhnya ke punggung Mahyadin yang kokoh tapi kurus ini.

Radin bukanlah pemuda munafik, dia termasuk lemah terhadap wanita, dia tak pernah menolak setiap kali ada wanita yang menyukainya.

Saat SMU perjakanya sudah melayang oleh seorang wanita yang berusia diatasnya. Itu terjadi setelah dia dan ibunya pindah dari kampung halamannya di Kabupaten Tatahan ke Banjarmasin Ibukota Kalimantan Selatan, setelah ia menamatkan SMP nya.

Di Banjarmasin Galuh pun kerja serabutan, agar anaknya ini bisa lanjutkan sekolah dan kini sudah berlanjut kuliah, beda saat berada di desa dia hanya bertani.

Hilangnya perjaka berawal saat Mahyadin ini masih remaja tanggung, yakni mendapat tugas dari gurunya mengantar sebuah undangan ke Dinas Pendidikan, karena sekolah mereka akan mengadakan perpisahan dengan siswa-siswa kelas 12, Mahyadin yang saat itu menjadi Ketua OSIS tentu saja sibuk sebagai ketua panitianya.

Kala itu ia menunggu Kepala Dinas Pendidikan yang lagi rapat dan dia di suruh seorang staf wanita agar menunggu. Staf wanita ini senyum-senyum melihat remaja tampan ini duduk termenung sambil membaca koran yang terletak di meja.

“Siapa nama kamu dek?” tanya staf wanita itu sambil memandang wajah remaja kurus namun tampan ini.

“Mahyadin bu…!”

“Jangan panggil ibu donk, saya masih muda lohh!” katanya sedikit genit.

Mahyadin lalu menoleh dan menatap sambil tersenyum wanita yang dia taksir berusia sekitar 23 tahunan ini.

Ia sempat menatap lama rok span yang agak ketat milik wanita cantik ini, sebagai remaja yang mulai puber-pubernya Mahyadin pun begitu, tak akan pernah bisa melewatkan hal-hal yang bisa membangkitkan jiwa pubernya.

Rasa ingin tahu itulah yang membuatnya menatap begitu. Wanita ini berdehem dan Mahyadin malu sendiri lalu mengalihkan pandangan ke wajah wanita ini, sambil tersenyum malu-malu.

“Panggil ka Dini yaaa…!” kata wanita ini tersenyum, saat senyum inilah Mahyadin yang masih abege labil ini mengakui dalam hati kalau Dini ini sangat cantik.

“Iya Ka Dini...masih lama ya Ka bapak Kadis nya rapat, kalau lama saya titip sama kaka ajah suratnya!” sahut Mahyadin sambil terus menatap wajah cantik dan glowing Dini.

“Kenapa…? ga betah yaa di sini, kan ada kaka nemani…mau minum apa, teh apa kopi atau susu!” Dini kembali menatap Mahyadin, kali ini dia sampai lama menatap paha Mahyadin, hingga remaja ini makin tersipu dan merapatkan pahanya.

“Teh aja ka!”

“Tak mau susu yaa…!” ceplos Dini dengan nakal sambil mengedipkan mata ke Mahyadin, hingga remaja ini mau tak mau tertawa dan bilang ga doyan.

“Kalau susu asli doyan ga?” Dini malah makin suka menggoda Mahyadin yang terlihat kikuk dan malu-malu ini.

“Susu asli itu….susu sapi ya Ka?” jawab Mahyadin dengan muka polos dan lugu.

Dini hampir tergelak mendengar jawaban remaja yang memang tampan manis ini.

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status