Share

Bab 2

Author: Yama
Jeffry terdiam sejenak, lalu dengan terampil mengangkat Adit untuk menghiburnya.

Aku merasa marah hingga mengepalkan tanganku. Aku segera membawa Nina dalam pelukanku.

Adit merangkul leher Jeffry sambil mengadu.

"Nina yang mencoba merebut kueku, jadi aku memukulnya."

"Kamu bohong. Jelas-jelas kamu yang merebut punyaku."

Keduanya hendak bertengkar lagi.

Jeffry memijat pelipisnya, lalu bertanya pada guru.

"Apa ada kamera pengawas?"

"Ada, ada. Baru saja diperbaiki kemarin lusa," ujar guru itu.

Saat mencari rekaman kamera pengawas, Adit tampak melihat sekeliling dengan panik.

Melissa berjalan masuk dengan cepat, lalu memukul Adit tanpa ragu sambil berkata.

"Jangan mengganggu anak perempuan! Ibumu seorang wanita, Ibu juga bisa diganggu orang lain."

"Kenapa kamu nggak bisa belajar berempati?"

Air mata Melissa yang bergetar tampak menggantung di pipinya. Wanita itu menangis dengan begitu menyentuh hati.

Jeffry memeluk mereka berdua dengan ekspresi sedih.

"Aku sudah mengatakan kalau aku akan selalu melindungi kalian. Nggak ada seorang pun yang bisa menindas kalian," kata Jeffry.

Aku mengucapkan permintaan maaf pada guru itu, menutup mata putriku, lalu membawanya keluar.

Sentuhan hangat dan lembab membasahi telapak tanganku. Nina menangis sampai cegukan.

"Ibu, Ibu, aku benci … Ayah."

"Ya, Ibu juga."

Untuk pertama kalinya, Jeffry pulang tepat waktu setelah selesai kerja. Dia membawa semangkuk bubur makanan laut.

"Aku secara khusus membelikan ini untuk kalian. Makanlah." Setelah berkata demikian, Jeffry pun pergi untuk mandi.

Nina tertarik dengan aromanya. Baru saja aku membuka penutup plastiknya, aku mendengar bunyi dari ponsel Jeffry yang ditaruh di atas meja.

Itu adalah pesan dari Melissa: [Kak Jeffry, terima kasih karena sudah mentraktir kami makan makanan laut hari ini.]

[Oh ya, apakah kamu sudah membawa pulang sisa bubur makanan lautnya?]

Mereka bertiga makan hidangan laut yang mewah, sementara aku dan Nina hanya pantas untuk menghabiskan sisa makanan mereka.

Perasaan terhina tiba-tiba muncul.

Aku langsung menuang semua bubur ke tempat sampah. Jeffry baru selesai mandi ketika dia melihat kejadian ini.

"Apa lagi yang membuatmu nggak senang?" tanya pria itu.

Aku menunjukkan pesan itu padanya. Jeffry menghela napas sambil mengusap dahinya.

"Nina sudah memukul Adit. Aku hanya mentraktir mereka makan sebagai ganti rugi saja."

"Jadi, kamu juga menganggap itu salah Nina?" tanyaku.

Jeffry terdiam, sementara aku menunjuk ke arah pintu. "Pergi."

"Kamu nggak masuk akal." Jeffry pergi dengan wajah dingin.

Surat pindah sekolah Nina sudah hampir selesai.

Aku tidak menyuruh Nina pergi ke sekolah lagi, melainkan memintanya memilih kota yang dia sukai bersama denganku.

"Ibu, aku menyukai Kota Sowan. Di sana nggak dingin," kata Nina.

"Kota Sowan apa? Apa kalian ingin berwisata ke Kota Sowan?"

Entah sejak kapan Jeffry muncul di belakang kami. Aku segera menyimpan ponselku.

Jeffry mengulurkan tangan, ingin merebut ponsel itu. Namun, detik berikutnya, dering ponselnya berbunyi dengan keras.

Suara panik Melissa langsung terdengar dari ujung lain telepon.

"Kak Jeffry, Adit mengatakan kalau perutnya sakit setelah makan. Apa yang harus aku lakukan?"

Ekspresi di wajah Jeffry langsung berubah. Dia memakai baju sambil berjalan keluar.

"Jangan panik, aku akan ke sana sekarang."

Jeffry terlalu panik dan terburu-buru hingga kakinya membentur sudut meja saat keluar.

Ketika Adit sakit, Jeffry merasa sangat cemas.

Ketika Nina demam, pria itu hanya menganggapnya sedang berpura-pura.

'Jeffry, kamu memang pilih kasih,' pikirku.

Nina juga menyadari hal itu. Dia naik ke tempat tidur dengan suasana hati yang muram.

Malamnya, setelah membujuk Nina agar suasana hatinya membaik, aku melihat media sosial Melissa.

[Hidup dengan memiliki kedua orang ini sudah cukup.]

Di dalam foto, Jeffry dengan hati-hati menyesuaikan kecepatan infus untuk Adit, takut anak itu akan merasa tidak nyaman.

Sementara itu, Melissa memakai jas besar Jeffry, tampak tersenyum manis sekali.

Aku menyukai unggahan itu dalam diam.

Detik berikutnya, unggahan itu langsung menghilang.

Telepon Jeffry langsung masuk.

"Linda, Melissa hanya merasa terharu sesaat ketika mengunggah foto itu di media sosial. Kenapa kamu membesar-besarkannya?"

Aku merasa heran. Aku hanya menyukai unggahan itu, tidak melakukan hal yang sangat jahat.

"Aku malas berdebat denganmu. Oh ya, rumah Melissa bocor, jadi dia akan tinggal dengan kita selama setengah bulan."

"Kamu kosongkan kamar utama, biarkan mereka tinggal di sana."

Tanpa menunggu aku berbicara, Jeffry langsung menutup telepon.

Aku tertawa sinis.

Jika ini dulu, aku pasti akan begadang semalaman untuk merapikan kamar.

Namun, sekarang aku sudah muak menjadi pelayan gratis.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Berujung Duka atau Suka   Bab 9

    Ini pertama kalinya Jeffry berbicara dengan kasar pada cinta sejatinya. Ini sungguh aneh.Melissa duduk terdiam di lantai, sementara Adit yang begitu ketakutan sampai lupa untuk menangis.Hari-hariku berlalu dengan tenang. Orang tuaku mengetahui bahwa aku sudah menikah dengan Leonard.Mereka merasa sangat senang sampai tidak bisa tidur selama beberapa hari.Ketika Nina tahu bahwa Leonard akan menjadi ayahnya, dia segera menutupi kepalanya dengan topi.Aku segera bertanya, "Nina, apa kamu nggak suka?"Hati Leonard langsung menegang. Dia begitu gugup sampai lupa mencuci piring."Bukan, Nina senang!" Nina menunjukkan rambutnya yang berantakan karena tertutup topi,Wajah kecilnya memerah. Dia melangkah dengan kaki pendeknya, lalu langsung memeluk Leonard."Nina sangat menyukai Ayah Leonard."Leonard tersenyum lega.Ketika kami kembali ke rumah sakit, seorang perawat muda menarikku ke samping untuk menceritakan sedikit gosip."Melissa yang ada di ruang perawatan tiga dipukuli orang."Aku me

  • Cinta Berujung Duka atau Suka   Bab 8

    Jeffry menuduhku dengan penuh amarah, "Kalau ada masalah, hadapi aku."Melissa melemparkan diri ke pelukan Jeffry sambil menangis."Aku hanya menasihati Kak Linda supaya dia nggak menggantungmu lagi karena sekarang dia sudah memiliki pacar.""Tapi Kak Linda merasa nggak senang, lalu ...."Melissa mengatakan ini hanya untuk membersihkan dirinya dari semua tuduhan, mempertahankan citranya sebagai gadis yang baik.Namun, Jeffry seakan hanya bisa mendengar tiga kata "sudah memiliki pacar". Dia berujar dengan tidak percaya."Apa kamu sudah bersama orang lain?"Ketika Melissa melihat Jeffry terfokus pada hal yang salah, dia berusaha mengembalikan topik."Kak Jeffry, jangan menyalahkan Kak Linda karena memukulku. Nggak sakit, ini sama sekali nggak sakit."Jeffry sudah tidak bisa mendengar apa-apa lagi. Dia hanya tahu bahwa aku sudah direbut orang lain.Pria itu mencengkeram lenganku dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkanku."Linda, kenapa kamu mudah sekali jatuh cinta pada orang lain?

  • Cinta Berujung Duka atau Suka   Bab 7

    "Kamu dulu sangat menyukaiku. Kenapa sekarang kamu menolakku begitu saja?" tanya pria itu.Jeffry tidak bisa menerima perbedaan sikapku ini. Setelah kehilangan, dia baru menyadari betapa berharganya apa yang dulu dia miliki.Aku tampak sedikit linglung, sementara Leonard berkata dengan nada cemas."Jangan percaya padanya. Kata-kata pria yang diucapkan sambil menangis nggak bisa dipercaya."Tanpa menghiraukan upaya Leonard yang mencegahku, aku perlahan berjalan ke hadapan Jeffry.Bulu mata panjang Jeffry basah oleh air mata. Dia merasa senang karena aku berbalik, hendak memelukku.Namun, yang menyambutnya adalah tamparan keras dariku."Dulu aku memang sangat mencintaimu. Tapi hidup 8 tahun seperti janda sudah cukup untuk mengikis rasa cinta itu.""Nggak semua orang yang meminta maaf harus dimaafkan."Jeffry melarikan diri dengan ekspresi putus asa, tidak percaya dan tidak mau memercayainya.Ternyata wanita yang mencintainya dengan sepenuh hati akan meninggalkannya tanpa ampun.Sekarang,

  • Cinta Berujung Duka atau Suka   Bab 6

    "Anak Muda, kamu mencari siapa?""Paman, aku suami Linda," jawab Jeffry.Pria tua yang tadinya ceria itu langsung cemberut. Dia pun masuk ke dalam rumah. Ketika keluar lagi, tangannya sudah memegang beberapa sapu."Dasar bajingan, kamu masih berani datang ke rumahku!""Dulu kamu menindas Linda. Kami nggak bisa melakukan apa-apa karena kamu jauh di sana.""Sekarang kamu masih berani datang ke sini? Aku akan menghajarmu sampai mati."Jeffry yang dipukuli, tidak bisa melawan. Dia terpaksa pergi dengan kesal.Namun, Jeffry tidak menyerah, mengirimkan pesan padaku.[Aku akan melakukan segala cara untuk mendapatkan hak asuh Nina.]Leonard menghiburku, mengatakan agar aku jangan panik. Dia akan mencari solusinya.Pengacara berkata, "Meski Jeffry adalah Ayah anak itu, dia sudah lalai dalam mengurus keluarganya. Dia nggak akan memiliki peluang untuk menang.""Kalau ada bukti perselingkuhannya, kita akan lebih mudah menang di pengadilan."Di saat aku kebingungan mencari bukti pendukung, tiba-tib

  • Cinta Berujung Duka atau Suka   Bab 5

    Setelah naik pesawat semalaman, kami kembali ke kampung halaman kami.Berdiri di depan pintu rumah, aku merasa sedikit ragu.Dulu demi Jeffry, aku bertengkar hebat dengan keluargaku. Selama 8 tahun ini, kami tidak pernah berhubungan.Saat aku masih ragu-ragu, pintu tiba-tiba terbuka.Ibuku sedang membawa sampah. Matanya terbelalak ketika melihat diriku dan Nina.Setelah 8 tahun berlalu, ibuku sudah makin menua. Ini membuat mataku sedikit perih.Di ruang tamu, aku memberanikan diri untuk berbicara."Aku dan Jeffry sudah berpisah. Aku nggak akan pergi lagi."Ayahku tidak mengatakan apa-apa, hanya mendengus.Suasana langsung menjadi tegang. Sepertinya mereka sudah sangat kecewa denganku.Aku bersiap untuk pergi dengan perasaan sedih.Nina melompat turun dari sofa, berlari kecil ke hadapan ayahku, lalu memanggilnya dengan lembut."Kakek, Nenek, Nina sangat merindukan kalian."Ayahku memeluk Nina dengan ekspresi kosong, sama sekali tidak melepaskannya.Ibuku dengan senang hati mengupaskan j

  • Cinta Berujung Duka atau Suka   Bab 4

    Adit menangis sambil berguling-guling di lantai. Kelereng di tangannya tanpa sengaja mengenai mata Nina.Aku merasa terkejut, segera memeriksanya.Melissa yang ada di samping berkata dengan sinis, "Anak-anak hanya bermain-main saja, nggak apa-apa."Mata Nina segera membengkak dan memerah."Aduh, tenaga Adit nggak begitu besar, nggak perlu segugup itu."Melissa terus mengoceh, sementara aku langsung berteriak penuh amarah."Kalau kamu bicara lagi, aku akan merobek mulutmu."Jeffry tidak melihat luka Nina, hanya bisa melihat cinta sejatinya yang menangis dengan wajah menyedihkan.Jeffry mencengkeram pergelangan tanganku, lalu berkata dengan nada dingin, "Minta maaf pada Melissa.""Kalau nggak, aku akan mengusirmu."Aku tidak memiliki siapa-siapa di kota ini. Jika keluar dari rumah ini, aku tidak akan bisa bertahan hidup.Jeffry berpikir aku akan merasa takut, lalu langsung berkompromi.Namun, aku hanya tertawa pelan."Baiklah. Aku dan Nina akan pergi bersama, agar nggak mengganggu kalian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status