Ditempat lain ....
"Bagaimana kemajuan Anak-Anak Kita, Zah?" tanya Rangga. Ia menelepon Hamzah dengan berbisik-bisik, tidak lupa menghisap rokok cerutu dan berusaha mengibas-ngibaskan kertas, agar Rini sang istri tidak mengetahuinya.
"Akh, keduanya sama-sama keras kepala, aku tidak yakin. Apakah keduanya akan bersatu?" jawab Hamzah. Ia menerawang mengingat Tania dan Yudi
"Jangan menyerah, kita harus memberikan sedikit dorongan pada mereka, agar mereka benar-benar menyadari bahwa keduanya sedang jatuh cinta." Rangga menjawab, ia tidak mau kalah.
Ia begitu yakinnya bila suatu saat nanti Tania akan menjadi menantunya,
Terima kasih sudah mengikuti dan membaca karya pertama saya di Goodnovel, saya sangat mengaharapkan dukungannya. Happy Reading! Jangan lupa berikan komentar yang membangun, hadiah, karena sangat mempengaruhi saya untuk memberikan yang terbaik. Apalagi penulis yang mengumpulkan setiap recehan, terima kasih.
Yudi masih sempat-sempatnya menghampiri Hamzah dan Rangga, yang masih terbengong di kursi meja makan hanya untuk permisi, membawa Tania. Tania memejamkan matanya, gulungan rambutnya sudah lepas dan dia masih saja terus memukul-mukul punggung Yudi. Rini dan Noni pun masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Yudi, "Ya, Allah. Ini anak kok, semakin kurang ajar. Maaf ya, Jeng. Kita harus menikahkan mereka secepatnya, apa kata orang-orang?" ucap Rini. Ia malu setengah mati melihat kelakuan putranya, "Iya, Mbak. Aku juga bingung," jawab Noni. Sementara Hamzah dan Rangga malah saling tos,
Yudi menuju rumah Tania mengetuk pintu kamar Tania tetapi, tidak ada sahutan. Yudi memberanikan diri, ia membuka kamar Tania. Di dalam kamar ia tidak menemukan Tania, ia telah pergi meninggalkan segalanya.Kesedihan tiba-tiba menyeruak di jiwanya, ia merasakan kekosongan yang dalam. Ia tidak menyangka Tania akan pergi meninggalkannya.Yudi hanya tertegun menyaksikan semua kehampaan itu, ingin rasanya Yudi menjerit sekuat tenaga. Ia sangat menyesali segala perbuatannya, ia begitu bodohnya telah menyia-nyiakan Tania, "Betapa bodohnya, aku!" umpat batinnya."Tania .... " lirihnya. Yudi tanpa sadarnya, menyebut satu nama yang terucap dari bibirnya yang setajam silet.Ia masih saja termenung, men
"Hmm, sebaiknya begitu. Biar mereka semua, jadi gembel!" omel Kakek Jatmiko."Apakah Kakek akan tenang di Alam Baka? Bila mereka jadi gembel? Jangan- jangan, Kakek akan jadi hantu penasaran dan kembali menghantuiku. Untuk merevisi ulang surat warisan lagi, dan aku tidak mau Kakek!" jawab Tania bercanda."Hahaha, dasar kamu ini! Baiklah, tidak usah revisi ulang lagi. Besok Kita bertemu di cafe X saja, Nak! Assalamu'alaikum," ucap Kakek Jatmiko riang."Wa'alaikumsalam!" balas Tania tersenyum simpul. Ia sedikit lega, ia memandang sinar bulan yang indah di balik tirai kamarnya. Kesedihan bergelayut mesra di sanubari, mengenang seraut wajah yang sudah menorehkan luka di sana.Namun, Tania masih s
Tania semangkin dilema dan bingung, ada ketakutan di jiwanya. Ia takut harga dirinya akan dipandang rendah oleh Yudi,"Bagaimana bila dia menolakku, Kek?" tukas Tania.Ia sangat takut bila Yudi, menertawakannya juga mengejeknya. Tania takut bila hanya dialah yang setengah gila mencintai Yudi seorang. Sementara Yudi sendiri, tidak memiliki rasa apa pun kepadanya.Ia tidak percaya diri, ia takut akan banyak hal. Ia semangkin lekat menatap sang kakek, ia ingin sebuah pencerahan dari yang lebih tua yang telah banyak memakan asam dan garam kehidupan.Tania percaya bahwa yang tua lebih berpengalaman di dalam banyak hal, mereka ditempa oleh kehidupan yang telah mereka jalani.
"Akh, kamu selalu saja membuat aku tak mampu menjauh Yud. Kamu selalu saja ..., mampu memporak-porandakan hatiku. Bagaimana aku bisa menjauh darimu?" batin Tania. Air bening mulai meluncur dari kedua bola matanya, ia begitu sangat merindukan Yudi hingga ia tiada lagi kuasa untuk membendungnya. Tania memasuki rumahnya mengamati bentuk rumahnya yang indah, semua perabot-perabot yang sudah ia pesan sebelum pembuatan rumah sudah tertata dengan apik. Semuanya tidak ada celanya, satu kata sempurna. Tania melangkahkan kakinya ke dapur, kamar utama, ruang keluarga, semuanya sempurna dan luar biasa nyaman juga unik. Semuanya sesuai dengan keinginannya hanya, ada satu lagi penamb
"I-iya," jawab Tania terbata-bata. Ia tertunduk dengan tatapan sedikit merona malu,"Sebenarnya aku yang menjauh darimu, Yud!" batin Tania.Yudi menatap wajah Tania, dengan meminta sejuta penjelasan. Tania sudah menyiksa lahir dan batinnya, "Kenapa tidak ada kabar sekali pun, padaku? Dan nomer ponselku pun kamu blokir," cecar Yudi.Ia memandang ke wajah Tania,"Maafkan, a-aku! Aku begitu sibuk, hingga aku lupa mengaktifkan ponselku, lagi!" cicit Tania. Ia memherikan sebuah alasan yang tidak masuk logika,"Hm, apakah begitu bencinya dirimu padaku Nia?" tanya Yudi. Ia mencoba ingin mengetahui semua perasaan Tania kepadany
Tania menelepon ayah, bunda, dan kakak-kakaknya, ~Tania "Bunda, aku sudah di rumahku dan besok aku akan kembali ke kantor." ~Noni "Ooh, syukurlah sayang! Apakah merajukmu sudah selesai?Bagaimana bila kelak kamu menikah? Kalau ada masalah langsung kabur, kamu harus berubah jangan seperti anak-anak terus!" ~Tania "Iya, Bunda. Apakah Ayah sehat? Bagaimana kabar Anya kecil, Farrel, Farhan, Bun?" ~Noni
Sudah diputuskan kedua belah pihak Keluarga, bahwa pernikahan Yudi dan Tania sebulan kemudian. "Kenapa ga besok saja sih, Yah pernikahanya?" tanya Yudi. Ia malah sudah tidak sabar untuk segera menjadi halal bersama Tania, kini malam-malam terasa panjang dan sangat dingin. Gulingnya sudah tidak terasa hangat lagi, ia merindukan dekapan hangat dari seorang wanita. Jam biologisnya sudah semangkin berdentang berulang kali, "Ini anak, kemarin ogah-ogahan mau nikah. Sekarang, mau dipercepat! Memang kenapa, sih?" tanya Rangga. Ia menoleh pada putranya, "Soalnya sudah kagak nahan, Yah!" jawab Yudi jujur. Semua tamu undangan dan keluarga tertawa serempak, Yudi tidak peduli.