Home / Romansa / Cinta Dalam Sangkar Rahasia / Warna yang Tak Pernah Dicampur

Share

Warna yang Tak Pernah Dicampur

Author: Syahhsyy
last update Last Updated: 2025-07-10 10:33:28

Florence, pagi yang basah. Langit menyisakan awan kelabu, dan udara mengandung dingin yang tak biasa. Tapi bagi Averine, dingin itu bukan dari cuaca melainkan dari sesuatu yang mengendap di dada: penantian akan kepastian.

Pagi itu mereka kembali ke klinik, tempat yang sama di mana amplop pertama diterima. Namun kali ini, mereka membawa sesuatu yang jauh lebih penting: harapan untuk membuktikan kebenaran yang tak bisa dilukis dengan perasaan semata.

Ruang tunggu klinik sepi. Hanya dentingan jam dinding dan suara mesin printer dari ruang administrasi yang terdengar. Darian duduk di sebelah Averine, tangannya tak henti memainkan kertas pengambilan hasil tes DNA.

Averine menatap layar ponselnya, membaca ulang email terakhir dari Eira:

“Terima kasih telah tidak bertanya, tapi memahami.”

“Kalau hasilnya... negatif,” Darian membuka percakapan pelan, “apa kamu akan tetap mencarinya?”

Averine menoleh. “Ya. Karena yang aku cari bukan sekadar kesamaan gen. Tapi jawaban kenapa ibuku menyimpan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   surat Camilla yang hilang

    Langit Florence tampak kelabu pagi itu, seolah ikut menyembunyikan sesuatu yang tak ingin dilihat terlalu terang. Di dalam galeri Valente yang kini tampak lebih hidup dengan lukisan lukisan baru, Averine berjalan perlahan di antara lorong lorong sunyi. Ia tahu dirinya tengah mencari sesuatu atau mungkin, seseorang yang belum selesai bicara. Suara langkahnya menggema ringan di lantai marmer. Tak lama, Laura menyusul dari belakang, membawa kotak kayu kecil yang terlihat usang namun bersih. Di atasnya, terdapat ukiran sederhana: C.A. "Ini ditemukan tadi pagi saat tim membereskan loteng tua belakang studio Benedetta," ujar Laura pelan. "Terkunci, tapi tidak berat. Seperti hanya berisi kertas."Averine menyentuh permukaan kotak itu dengan jemarinya yang ragu. Ada semacam getar di dada yang tak bisa ia jelaskan seperti ketika seseorang berdiri di ambang rahasia yang bisa mengubah segalanya. Perlahan, ia membuka kuncinya yang sudah berkarat. Di dalamnya hanya ada satu benda: sebuah amplop

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Dua Sisi, Satu Galeri

    Pagi itu mereka sarapan dalam diam. Bukan diam yang canggung, tapi seperti dua orang yang sedang mencerna hal besar yang tak bisa langsung dibicarakan. Sendok sesekali bersentuhan dengan piring. Aroma kopi mengisi ruang makan kecil itu.Darian memandangi Averine yang sibuk mengaduk kopinya tanpa minum. “Kamu kelihatan capek,” katanya, pelan.“Tidurku kepotong potong.” jawab Averine tanpa menoleh. “Kepalaku terasa penuh.”Ia berhenti mengaduk, akhirnya meneguk kopi itu. Masih terlalu pahit. Tapi ia butuh rasa yang nyata.“Aku pikir…” Darian ragu. “Kalau kamu memang niat temuin Eira, mungkin sekarang waktunya.”Averine meletakkan cangkir, menatap jendela. “Aku tahu.”Setelah mereka bereskan meja, Averine duduk di tepi ranjang. Ia menyalakan ponsel, membuka layar pesan. Jarinya sempat diam.Ia menulis: “Eira, aku tahu banyak hal tentang Camilla bikin kita sama sama capek. Bisa ketemu di Valente besok jam empat sore? Aku pengin ngobrol.”Ia tekan ‘kirim’. Hanya itu.Sore harinya, matahar

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Tempat Kita Pulang

    Florence malam itu sepi, dan langitnya begitu jernih hingga bintang bintang tampak seperti titik titik ingatan yang tak pernah padam. Averine berdiri di balkon hotel, membiarkan angin membawa pikirannya menjauh dari segala dokumen, warisan, dan penghapusan.Di tangannya, secarik kertas adendum legal yang sudah ditandatangani. Nama Eira kini telah terdaftar secara resmi sebagai bagian dari sejarah Valente. Ia sudah menyegel masa lalu itu, tapi hatinya belum selesai bicara.Darian datang dari belakang, membawa dua gelas wine merah. Tanpa bicara, ia menyerahkan satu ke Averine. Mereka berdiri berdampingan, menikmati sunyi yang lebih bersahabat malam ini."Ayahku dulu selalu bilang bahwa diam adalah perlindungan," kata Averine, suaranya nyaris dibawa angin. "Tapi diam juga bisa jadi cara paling lembut untuk menghancurkan."Darian tak menjawab. Ia hanya memandang wajah Averine yang diterangi cahaya bulan."Aku tidak tahu kenapa aku masih bisa menangisi seseorang yang tak pernah benar benar

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Nama yang ditiadakan

    Langit Florence tampak lebih bersih pagi itu, seolah semesta mencoba menghapus sisa mendung yang tertinggal. Tapi Averine tahu, tak semua hal bisa dibersihkan begitu saja terutama jejak yang sengaja dihapus oleh tangan manusia.Setelah malam sunyi yang dipenuhi bisikan dan diam, ia kembali duduk di ruang kerja peninggalan Camilla. Sisa sisa perenungannya dari pertemuan dengan Eira dan penemuan di studio Benedetta masih menyisakan gema. Lukisan tanpa nama itu burung yang saling berpaling namun terikat oleh satu garis halus masih terbayang dalam pikirannya.Saat Darian masuk dengan dua cangkir teh hangat, Averine masih memegang catatan catatan dari studio Benedetta. Di antara halaman jurnal, ia melihat satu nama yang berulang bukan Camilla, bukan Benedetta melainkan nama ayahnya.“Ayah selalu hadir di sekeliling luka, bukan untuk menyembuhkan... tapi menghilangkan,” gumamnya.“Apa kamu siap menanyakannya langsung?” tanya Darian, menyerahkan teh padanya.Averine menatapnya. “Aku harus. K

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Sapuan Tanpa Tanda

    Florence belum sepenuhnya kering dari hujan kemarin. Udara pagi membawa bau tanah basah, dan langit mendung menggantung rendah di atas kota. Di dalam studio kecil tempat lukisan tanpa nama itu dipajang, Eira telah pergi. Averine masih berdiri diam di depan kanvas kosong yang tadi mereka sentuh bersama.Ia belum tahu harus merasa seperti apa setelah pertemuan mereka yang singkat namun mengguncang. Tapi satu hal yang pasti mereka bukan lagi orang asing.Beberapa jam kemudian, sebuah dokumen datang ke meja kerja Averine. Laura, staf lama di arsip Valente, datang membawanya secara pribadi."Kami membersihkan kembali studio Benedetta seperti permintaan Anda. Kami menemukan ini tersembunyi di dalam map berlabel 'arsip latihan pribadi'. Saya pikir... Anda perlu melihatnya."Averine membuka dokumen itu pelan. Di dalamnya, catatan latihan seni dari beberapa murid Benedetta. Tapi salah satu folder menarik perhatiannya: Eira D.Sketsa sketsa kasar, penilaian harian, hingga catatan pendek tangan

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Warna yang Tak Pernah Dicampur

    Florence, pagi yang basah. Langit menyisakan awan kelabu, dan udara mengandung dingin yang tak biasa. Tapi bagi Averine, dingin itu bukan dari cuaca melainkan dari sesuatu yang mengendap di dada: penantian akan kepastian. Pagi itu mereka kembali ke klinik, tempat yang sama di mana amplop pertama diterima. Namun kali ini, mereka membawa sesuatu yang jauh lebih penting: harapan untuk membuktikan kebenaran yang tak bisa dilukis dengan perasaan semata.Ruang tunggu klinik sepi. Hanya dentingan jam dinding dan suara mesin printer dari ruang administrasi yang terdengar. Darian duduk di sebelah Averine, tangannya tak henti memainkan kertas pengambilan hasil tes DNA.Averine menatap layar ponselnya, membaca ulang email terakhir dari Eira: “Terima kasih telah tidak bertanya, tapi memahami.”“Kalau hasilnya... negatif,” Darian membuka percakapan pelan, “apa kamu akan tetap mencarinya?”Averine menoleh. “Ya. Karena yang aku cari bukan sekadar kesamaan gen. Tapi jawaban kenapa ibuku menyimpan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status