Share

Sapuan Tanpa Tanda

Author: Syahhsyy
last update Last Updated: 2025-07-10 10:47:28

Florence belum sepenuhnya kering dari hujan kemarin. Udara pagi membawa bau tanah basah, dan langit mendung menggantung rendah di atas kota. Di dalam studio kecil tempat lukisan tanpa nama itu dipajang, Eira telah pergi. Averine masih berdiri diam di depan kanvas kosong yang tadi mereka sentuh bersama.

Ia belum tahu harus merasa seperti apa setelah pertemuan mereka yang singkat namun mengguncang. Tapi satu hal yang pasti mereka bukan lagi orang asing.

Beberapa jam kemudian, sebuah dokumen datang ke meja kerja Averine. Laura, staf lama di arsip Valente, datang membawanya secara pribadi.

"Kami membersihkan kembali studio Benedetta seperti permintaan Anda. Kami menemukan ini tersembunyi di dalam map berlabel 'arsip latihan pribadi'. Saya pikir... Anda perlu melihatnya."

Averine membuka dokumen itu pelan. Di dalamnya, catatan latihan seni dari beberapa murid Benedetta. Tapi salah satu folder menarik perhatiannya: Eira D.

Sketsa sketsa kasar, penilaian harian, hingga catatan pendek tangan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Sapuan Tanpa Tanda

    Florence belum sepenuhnya kering dari hujan kemarin. Udara pagi membawa bau tanah basah, dan langit mendung menggantung rendah di atas kota. Di dalam studio kecil tempat lukisan tanpa nama itu dipajang, Eira telah pergi. Averine masih berdiri diam di depan kanvas kosong yang tadi mereka sentuh bersama.Ia belum tahu harus merasa seperti apa setelah pertemuan mereka yang singkat namun mengguncang. Tapi satu hal yang pasti mereka bukan lagi orang asing.Beberapa jam kemudian, sebuah dokumen datang ke meja kerja Averine. Laura, staf lama di arsip Valente, datang membawanya secara pribadi."Kami membersihkan kembali studio Benedetta seperti permintaan Anda. Kami menemukan ini tersembunyi di dalam map berlabel 'arsip latihan pribadi'. Saya pikir... Anda perlu melihatnya."Averine membuka dokumen itu pelan. Di dalamnya, catatan latihan seni dari beberapa murid Benedetta. Tapi salah satu folder menarik perhatiannya: Eira D.Sketsa sketsa kasar, penilaian harian, hingga catatan pendek tangan

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Warna yang Tak Pernah Dicampur

    Florence, pagi yang basah. Langit menyisakan awan kelabu, dan udara mengandung dingin yang tak biasa. Tapi bagi Averine, dingin itu bukan dari cuaca melainkan dari sesuatu yang mengendap di dada: penantian akan kepastian. Pagi itu mereka kembali ke klinik, tempat yang sama di mana amplop pertama diterima. Namun kali ini, mereka membawa sesuatu yang jauh lebih penting: harapan untuk membuktikan kebenaran yang tak bisa dilukis dengan perasaan semata.Ruang tunggu klinik sepi. Hanya dentingan jam dinding dan suara mesin printer dari ruang administrasi yang terdengar. Darian duduk di sebelah Averine, tangannya tak henti memainkan kertas pengambilan hasil tes DNA.Averine menatap layar ponselnya, membaca ulang email terakhir dari Eira: “Terima kasih telah tidak bertanya, tapi memahami.”“Kalau hasilnya... negatif,” Darian membuka percakapan pelan, “apa kamu akan tetap mencarinya?”Averine menoleh. “Ya. Karena yang aku cari bukan sekadar kesamaan gen. Tapi jawaban kenapa ibuku menyimpan

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Darah yang sama, luka yang berbeda

    Florence mulai menunjukkan senja keemasan ketika Averine dan Darian melangkah ke dalam ruang seni independen di San Spirito. Bangunan tua itu masih mempertahankan dinding batu asli dan jendela kaca patri yang memantulkan cahaya matahari seperti pecahan ingatan. Di dalam, suasana pameran sore itu tenang. Musik piano klasik mengalun samar dari sudut ruangan, menyatu dengan aroma cat minyak dan kayu tua.Di tengah keramaian kecil, mata Averine menyapu tiap lukisan yang tergantung. Semua bergaya kontemporer, namun satu di antaranya membuat langkahnya berhenti. Sebuah kanvas berukuran sedang seorang gadis duduk di tepi danau, langit senja membentang di atas kepalanya. Ada keheningan yang bergemuruh dari lukisan itu, seolah menyimpan jeritan yang ditahan terlalu lama.Langitnya bukan sekadar oranye. Tapi merah darah. Bayangan gadis itu tercermin samar di permukaan air dua versi diri, satu nyata, satu luka. Di sudut kiri bawah, sebuah pohon willow menggantung, rantingnya mirip rambut basah y

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Di Balik Tanda Lahir

    Sesampainya di kamar hotel, Averine duduk diam di sofa, amplop putih itu masih di tangannya. Darian membuatkan teh, tapi ia bahkan tidak menyentuhnya. Dengan napas panjang, ia membuka amplop itu perlahan. Di dalamnya, satu lembar surat yang ditulis tangan. Kertasnya sudah agak kusam, seolah telah lama menunggu waktu yang tepat untuk ditemukan. Tulisan itu miring, halus, tidak asing. Ia mengenal bentuk hurufnya. Tangan ibunya. Camilla. Averine, Jika surat ini sampai padamu, itu berarti waktu telah bergerak lebih cepat daripada yang kuduga. Apa yang akan kau temukan selanjutnya mungkin akan membuatmu marah. Mungkin akan menghancurkan gambaran yang selama ini kau pegang tentangku. Tapi ingat satu hal aku tak pernah bermaksud meninggalkan luka. Aku hanya ingin melindungi kalian berdua dengan cara yang kutahu. Ya, kalian berdua. Maafkan aku, Averine. Camilla. Satu kalimat itu "Ya, kalian berdua." menghantam dada Averine seperti badai yang tak bisa ia hindari, meski ia sudah tahu s

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Rumah tak berbingkai

    Florence malam itu senyap. Langit tampak bersih, tanpa bintang, seolah semesta pun sedang menyimpan seluruh cahayanya. Di dalam kamar hotel yang hanya diterangi lampu meja temaram, Averine berdiri di depan jendela, memandangi pantulan dirinya yang nyaris tak dikenali. Ia memeluk dirinya sendiri, tubuhnya dibalut kemeja tidur tipis, rambutnya dibiarkan jatuh, lembut tapi berantakan. Darian muncul dari kamar mandi, rambutnya basah, kausnya sederhana, dan wajahnya diam diam lelah. Tapi ketika ia melihat Averine berdiri begitu hening, ia tak bertanya. Ia hanya mendekat dan berdiri di belakangnya. "Kamu gak tidur?" tanyanya, pelan. Averine menggeleng. "Kepalaku terlalu penuh. Tapi... anehnya, aku gak merasa sesak. Cuma... kosong." Darian menatap bayangan mereka di jendela. Dua orang, berdiri dalam diam, saling mencari makna di balik semua luka. "Kamu pernah merasa... tidak tahu harus mencintai siapa lebih dulu? Dirimu sendiri, atau mereka yang menyakiti kamu?" tanya Averine, lirih. "

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Di Antara yang Tak Bisa Kita Simpan

    Florence masih lembap oleh sisa hujan malam itu. Jendela kamar hotel terbuka sedikit, membiarkan angin membawa aroma basah dari batu batu tua jalanan kota. Di dalam, lampu kuning temaram menyinari ruang sempit tempat dua manusia duduk dalam keheningan. Averine duduk di lantai, punggungnya bersandar ke sisi ranjang. Di pangkuannya, sketsa setengah jadi milik Camilla. Di meja kecil, dua gelas teh melati yang sudah tidak lagi hangat. Darian duduk tak jauh, menatap bayangan Averine yang tercetak samar di jendela. Tak ada kata kata selama beberapa menit. Hanya diam. Tapi itu bukan diam yang canggung. Itu adalah diam dari dua orang yang sudah terlalu lama berisik di dalam pikirannya masing masing. “Kamu tahu,” bisik Averine, “waktu aku masih kecil, aku selalu berpikir... orang dewasa itu tahu cara menyimpan semuanya dengan rapi. Rahasia, kemarahan, cinta. Tapi ternyata... yang mereka lakukan cuma menyembunyikannya.” Darian tidak menyela. Ia hanya mendengarkan. “Ayahku menyimpan cinta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status