Share

Bab 3 : Klarifikasi Kebenaran (?)

"Apa kamu sudah mengetahui apa kesalahanmu?" tanya Dalmi yang saat ini tengah menyidang Bitna yang sudah duduk berlutut di bawahnya. Bitna menunduk dalam dan mengangguk sekali tanpa berani menjawab atau menatapnya. 

"Aku sudah memberitahumu dan menasehatimu ribuan kali, Bitna." Dalmi menyandarkan punggungnya dan menghela napas berat 

"A-aku …"

"Tidak usah berbicara," potong Dalmi ketika Bitna baru saja mengatakan satu kata.

Semua kantor berita gosip sibuk menayangkan Bitna dan pria pengusaha itu. Foto dan video itu sudah menyebar sejak semalam membuat hotel tempat pesta diadakan semakin penuh dengan wartawan yang sudah menunggu keduanya. Kemunculan dirinya yang keluar dari hotel pagi tadi seolah membenarkan berita yang tengah panas. 

"Apa kamu mengenal pria itu?" tanya Dalmi tiba-tiba.

“Dia pria yang tidak sengaja berpapasan dengan kita di bandara dan pria yang sama dengan yang mengadakan pesta semalam. Hanya itu yang aku tau.” Bitna menjawab masih sambil menundukkan kepalanya. 

"Siapa dia memangnya?" tanya Bitna kemudian mendongak menatap Dalmi. 

"Ini akan menjadi mudah jika ia hanya pengusaha biasa. Tetapi semua ini menjadi sulit karena bisa dikatakan, dia adalah orang penting nomor 2 setelah presiden di negara ini." Dalmi menjelaskan membuat Bitna melotot terkejut. 

"Orang nomor 2 setelah presiden?! Sepenting itukah?" tanya Bitna dengan nada terkejut tidak percaya. Dalmi hanya mengangguk tanpa bersuara kembali.

Dalmi menyerah untuk mengatasi hal ini, setelah mengetahui siapa sebenarnya pria tersebut. Ini sudah dipastikan tidak akan mudah untuk menyuapnya sebab kekuasaannya yang melebihi Bitna atau perusahaan mereka sendiri. Dalmi berpikir mungkin ini menjadi salah satu alasan CEO nya belum menghubungi mereka sama sekali. Dalmi akhirnya mau tak mau lebih dulu menghubunginya untuk meminta solusi akan masalah ini. Hasilnya adalah sama dengan apa yang dipikirkan olehnya. Bitna harus berbicara dengan pria itu untuk mengadakan konferensi. 

"Apa yang akan terjadi setelah ini, Eonni? Bagaimana dengan karirku?" tanya Bitna mulai cemas. 

"Agensi sudah bertindak lebih cepat untuk meredam publik dengan permintaan maaf di media sosial," jawab Dalmi. Ekspresi wajah Bitna masih belum membaik meski sudah mendengar apa yang dikatakan dirinya. 

"Tidak ada pilihan lain selain berbicara padanya untuk memberikan kejelasan yang sebenarnya pada media. Tentu saja ini tidak akan mudah. Namun, itu adalah pilihan terbaik saat ini. Mungkin kamu akan kesulitan mendapatkan kepercayaan lagi dari para fans setelah ini. Atau lebih buruk, kamu akan kehilangan segalanya. Semua pilihan tetap akan merugikan dirimu, meski kamu tidak salah sekalipun." Lagi-lagi penjelasan Dalmi tidak membuat Bitna merasa lebih baik. 

"Aku akan mencari cara agar bisa bertemu dengannya," ujar Dalmi mencoba menghibur Bitna. 

"Bersihkan dirimu dan beristirahatlah," perintah Dalmi kemudian.

"Tu-tunggu, Eonni." Ketika Bitna hendak menuruti apa yang dikatakan oleh Dalmi, ia mengingat apa yang dikatakan oleh Kenzo sebelum pergi meninggalkannya.

"Ada apa?" tanya Dalmi yang tidak dijawab oleh Bitna. Ia justru segera membuka tasnya. 

"Ada!" seru Bitna tiba-tiba.

"Ada apa?" tanya Dalmi sekali lagi. 

"Kenzo Abrissam Gandara?" Bitna bergumam yang masih dapat didengar oleh Dalmi.

"Ya, nama pria itu adalah Kenzo Abrissam Gandara, Ketua Direktur dari Perusahaan Haritala Group yang menjadi penyumbang besar kenaikan perekonomian di Indonesia. Sepertinya ia memiliki usia yang tak jauh denganmu." Jawaban Dalmi kali ini mendapat respon keterkejutan dari Bitna. 

Ia memang sudah menduga jika pria itu bukan pria sembarangan, tetapi ia tidak mengira jika Kenzo seluar biasa itu. Kalau saja ia bukan pria brengsek. Memikirkan itu membuat Bitna berhenti mengaguminya. 

"Lalu apa yang kamu katakan tadi? Apa yang ada?" tanya Dalmi kembali. 

"Ada kartu namanya," jawab Bitna sambil memberikan kartu nama yang dipegangnya. 

"Bagus!” seru Dalmi seraya mengambil kartu nama tersebut. 

"Te-tetapi …" Suara Bitna terdengar ragu. 

"Tidak ada pilihan lain, jika kamu benar-benar ingin menyelamatkan karirmu." Dalmi menjawab sebelum Bitna membantah.

"Baiklah," timpal Bitna yang akhirnya pasrah.

Keesokan harinya

"Apa? Se-sekarang juga?!" tanya Dalmi terkejut dan menaikkan nada suaranya, mendengar jawaban dari pria di depannya yang terlihat lebih muda darinya ini, selesai dirinya mengutarakan maksud kedatangannya. 

Bitna yang sejak tadi hanya menunduk dan meremas jarinya yang berkeringat, seketika mengangkat kepalanya dan langsung bersitatap dengan kedua netra Kenzo yang juga tengah menatapnya. Ia tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya lagi. Padahal ia sudah mempersiapkan diri untuk berlutut dan memohon sekaligus melakukan permintaan maaf pada pria di depannya. 

"Tu-tuan Kenzo, kami memang ingin menyelesaikan ini dengan segera, tetapi apa Anda benar-benar akan melakukannya sekarang? Maksud saya, kami tidak apa jika harus menunggu karena kami mengerti bahwa Anda sangat sibuk." Dalmi segera memperjelas apa yang ia maksud untuk tidak menimbulkan kesalahpahaman. 

"Sekretaris saya sudah mengurus semuanya. Saya juga ingin segera menyelesaikan ini karena saya tidak memiliki banyak waktu. Bukankah lebih cepat akan lebih baik?" Kenzo memutar pertanyaan pada Dalmi yang terlihat masih tidak percaya padanya yang akan melakukan konferensi pers sekarang juga. 

"Kalau begitu, mari kita pergi sekarang karena kita tidak memiliki waktu lagi." Belum selesai dengan itu, Kenzo kembali mengejutkan kedua wanita yang baru saja sampai di depannya ini. 

"Ba-baiklah, itu bagus." Dalmi benar-benar tidak menduga bahwa ini semua akan begitu mudahnya. 

"Ayo, Nona Bitna,” ajak Kenzo seraya menarik pinggang Bitna untuk mendekat padanya yang membuat gadis itu serta manajernya semakin terkejut. Namun, mereka tidak memiliki kesempatan untuk bertanya apapun. 

Begitu sampai di dalam ruang konferensi, kedatangan Bitna dan Kenzo membuat suasana semakin riuh. Mereka dengan sigap segera menghujani keduanya dengan cahaya flash, melihat kedatangan Kenzo dan Bitna yang terlihat mesra. Seakan menunjukkan jika diantara mereka memang ada suatu hubungan khusus. 

Kenzo menarik kursi untuk Bitna yang terlihat jelas jika ia tengah kebingungan dengan sikap pria itu padanya. Namun, ia tetap tak bisa bertanya padanya di situasi seperti ini. Ia hanya bisa menerima semuanya, meski mengetahui jika ini akan mempersulit klarifikasi. 

“Santai saja, kendalikan ekspresi wajahmu,” bisik Kenzo setelah pria itu duduk di sampingnya. Tanpa diperintah, Bitna sudah melakukan apa yang dikatakan Kenzo. 

"Tuan Kenzo, apa foto dan video Anda dengan Nona Bitna yang tersebar adalah benar?" 

"Apa hubungan Anda dengan Nona Bitna?"

"Nona Bitna, apa benar jika Anda hanya memanfaatkan situasi dan status Tuan Kenzo untuk kesuksesan karir Anda?"

"Di Korea, rumor mengenai CEO perusahaan Anda yang membantu Anda untuk sukses itu, apa rumor tersebut benar?"

Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada Bitna mulai terasa tak nyaman baginya. Perasaan tenang sebelumnya itu tampaknya hanya sebentar karena setelah mendengar apa yang ditanyakan oleh wartawan membuat nyali Bitna menciut. Namun, bagaimanapun, dirinya harus tetap tegak dan menghadapi ini semua. Bitna berdehem sebentar, sebelum akhirnya duduk mendekati microphone untuk mulai menjawab pertanyaan. 

"Foto dan video yang beredar adalah benar kami berdua." Kenzo lebih dulu memulai sebelum Bitna sempat angkat suara. 

"Karena ini semua sudah tersebar, saya kira semuanya tidak perlu lagi disembunyikan," lanjut Kenzo. 

Bitna mulai merasa aneh dengan apa yang dikatakan oleh pria di sampingnya. Namun, ia masih menutupinya dengan senyumnya yang alami. 

"Saya dan Nona Bitna memang memiliki hubungan yang spesial." Perkataan Kenzo semakin membuat dahi Bitna menyerngit. Ia lantas menoleh pada Kenzo. 

“Kami sebenarnya belum meresmikan hubungan pertunangan kami karena satu dan dua hal masalah. Namun, saya sudah melamarnya. Kami sudah sejak lama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih." Selesai dengan klarifikasi Kenzo, rentetan pertanyaan semakin terdengar. Cahaya flash semakin brutal menyorot ke arah keduanya. 

Bitna mendekat ke arah wajah Kenzo. Sambil tetap mempertahankan senyumnya, ia berbisik pelan, “Apa semua omong kosong yang Anda katakan ini?”

-

-

-

To be continued 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status