Share

Bab 4 : Semuanya Omong Kosong

"Foto dan video yang beredar adalah benar kami berdua." Melihat ketegangan yang begitu terlihat di wajah Bitna, Kenzo lebih dulu berbicara. 

"Karena ini semua sudah tersebar, saya kira semuanya tidak perlu lagi disembunyikan," lanjut Kenzo yang mulai merasakan jika seseorang di sampingnya sudah tidak bisa mengendalikan eskpresinya lagi. 

"Saya dan Nona Bitna memang memiliki hubungan yang spesial." Kenzo berbicara kembali seraya menoleh ke arah Bitna yang sudah menatapnya dengan kernyitan di dahinya. 

“Kami sebenarnya belum meresmikan hubungan pertunangan kami karena satu dan dua hal masalah. Namun, saya sudah melamarnya. Kami sudah sejak lama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih." Ia kali ini menggenggam tangan Bitna dan berbicara dengan tatapan penuh kasih pada Bitna. 

Kenzo mendekatkan tangan Bitna pada bibirnya. Semakin di luar ekspektasi Bitna, pria itu mencium punggung tangannya dengan lembut. Untuk sesaat mereka mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh wartawan. Untuk sesaat juga, Bitna merasa jika semua perlakuan Kenzo mengandung ketulusan. 

“Karena sudah tidak ada yang disembunyikan, kamu sekarang bisa bebas memakai cincin pertunangan kita yang aku berikan, Bae. Kamu sekarang pasti membawanya juga, kan?” tanya Kenzo pada Bitna yang menyadarkannya dari lamunan singkat. 

“Apa maksudmu?” bisik Bitna pelan. 

Kenzo melirik ke arah saku mantel yang digunakan oleh gadis itu. Segera mengerti kemana arah tatapan Kenzo, Bitna merogoh sakunya dan menemukan sebuah cincin di sana. Ia mengeluarkannya, meski dengan penuh pertanyaan seperti, sejak kapan cincin ini ada di mantelnya. Cincin tersebut segera terlihat oleh para wartawan ketika ia memegangnya. Kenzo mengambil cincin tersebut dan memakaikannya di jari manis Bitna. Ia lantas mengeluarkan cincin lain dari saku jasnya dan memberikannya pada Bitna. 

Sebelum mengambil cincin tersebut, Bitna melirik ke arah para wartawan yang sudah sibuk memotret mereka. Menunggu apa yang akan dilakukannya. Ia datang kemari untuk melakukan klarifikasi kebenaran mengenai mereka berdua, tetapi Kenzo justru melakukan sebuah omong kosong. Ia sudah tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti alur skenario ini. Bitna mengambil cincin tersebut dan juga menyematkannya di jari Kenzo. 

“Tolong beri kami selamat dan dukung hubungan kami. Kami sudah cukup lama menjalin hubungan dan itu tidak berpengaruh sedikitpun pada pekerjaan kami berdua. Untuk kedepannya pun, akan tetap seperti itu.” Kenzo kembali berbicara setelah menatap puas pada cincin yang ia dan Bitna pakai. 

“Saya sebagai tunangan dari salah satu aktris kesayangan kalian, memohon secara pribadi. Tolong terus cintai dia dan dukung dia karena cinta saya padanya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kalian semua para fans sejatinya. Hubungan kami tidak akan mempengaruhi kinerja Nona Bitna di dunia hiburan Korea.” Kenzo berdiri dan membungkuk 90 derajat. 

Ia juga berbicara dalam bahasa Korea dengan cukup fasih. Dari bahasa yang ia gunakan, sudah jelas dipastikan jika perkataan itu ditunjukkan pada para fans Bitna di Korea. Tak lama suara tepuk tangan terdengar dari para wartawan.

Baik Bitna maupun Dalmi sama-sama terkejut karena pria ini bisa Bahasa Korea. Selain itu, Bitna lebih terkejut karena Kenzo benar-benar melakukan peran dadakannya dengan sangat totalitas. Sedangkan Dalmi masih percaya dan tidak percaya dengan apa yang terjadi di depannya. 

“Bagaimana kalian mengenal satu sama lain dan sejak kapan kalian mulai berpacaran?” tanya salah satu wartawan. 

“Jika kalian sudah lama berpacaran, bagaimana kalian menyembunyikan hubungan kalian?” Yang lainnya ikut bertanya. 

“Kami sudah mengenal satu sama lain dan mulai berpacaran sejak kuliah. Namun, karena ia ingin mengejar karirnya di dunia hiburan Korea, kami sepakat melakukan hubungan jarak jauh. Hingga sampai sekarang,” jawab Kenzo tenang. 

“Itu tidak diketahui mungkin karena saat Nona Bitna masih belum terkenal, tidak ada yang mempedulikannya. Selain itu kami juga menyelesaikan kuliah di Indonesia. Ketika ia memulai karirnya, kami jarang sekali bertemu dan hanya berkomunikasi lewat ponsel.” Kenzo lagi-lagi yang menjelaskan.

“Apa sejak dulu Nona Bitna memang menerima bantuan dari Tuan Kenzo, bukan dari CEO Song Jae Wook?” Meski sudah dikatakan secara jelas oleh Kenzo, masih saja ada wartawan yang menanyakan rumor-rumor tak berdasar tersebut yang di luar topik pembahasan. 

“Sepertinya tidak ada lagi pertanyaan yang harus kami jawab. Saya rasa, semua yang kami katakan sudah menjawab semua pertanyaan dari teman-teman media semua. Kami akan menyudahi konferensi pers ini sekarang.” Bitna akhirnya angkat suara. 

Ia mulai muak dengan pertanyaan-pertanyaan sejenis itu. Baik media Korea atau Indonesia, mereka selalu mengambil setiap celah untuk menjatuhkannya. Atau entah sekarang ia memang sudah jatuh karena konferensi pers ini. 

“Terima kasih sudah bersedia datang, saya dan manajer saya akan pamit sekarang.” Ia berdiri dari duduknya dan membungkuk sebelum akhirnya pergi diikuti oleh Dalmi. 

Kenzo tiba-tiba saja sudah menyusul melangkah di sampingnya seolah menyuruh Bitna untuk datang ke ruangannya. Bitna tidak mengatakan apapun. Toh memang ia akan ke ruangan pria ini karena mereka harus berbicara. 

"Chakra, tolong antarkan Nona Dalmi kembali ke apartemennya." Sesampainya di ruangan Kenzo, pria itu memerintahkan supir pribadinya yang baru ia panggil. 

"Tunggu ... " 

"Hanya Nona Dalmi. Saya masih ingin berbicara dengan tunangan saya karena sudah lama kami tidak berbicara. Bukan begitu, Sayang?" Tatapan Kenzo tetap pada Bitna ketika memotong ucapan Dalmi yang baru saja akan berbicara. 

"Baiklah, tetapi saya akan kembali untuk menjemput ... " 

"Saya juga yang akan mengantar tunangan saya, tentu saja." Lagi-lagi Kenzo memotong ucapan Dalmi. 

Dalmi sudah tidak bisa berkata apapun lagi. Ia hanya pergi begitu saja, diikuti oleh supir pribadi Kenzo untuk melakukan perintah atasannya. Sedangkan Bitna masih belum mengatakan apapun setelah konferensi pers selesai. Ia hanya diam di samping Kenzo, memang menunggu semua orang keluar dari ruangan Kenzo lebih dulu sebelum berbicara. 

Tatapan dingin Kenzo beralih pada seorang wanita yang masih berdiri di dalam ruangannya. "Apa lagi yang Anda tunggu, Nona Nadine? Pintu keluar ada di sebelah sana," ujar Kenzo pada sekretarisnya yang masih ada di dalam ruangan. 

"Ma-maaf, Tuan. Apa Anda dan Nona Bitna membutuhkan yang lainnya?" tanya Sekretaris Kenzo canggung. 

"Tidak," jawab Kenzo singkat. 

"Kalau begitu saya permisi dulu." Nadine akhirnya keluar dari ruangan, meninggalkan Kenzo dan Bitna.  

"Sayang ..." Kenzo mulai memanggil Bitna mesra seraya menggapai tangannya dengan lembut, meski hanya tinggal mereka berdua. 

Namun, dengan cepat Bitna tersadar dan menepis tangan Kenzo. Ia mundur untuk menjaga jarak darinya. Tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan. Kenzo mengangkat kedua tangannya, melihat reaksi Bitna yang menatapnya seolah dirinya adalah orang jahat. 

"Sudah tidak ada orang di sekitar kita, kenapa kamu tidak akhiri saja sandiwaramu?" tanya Bitna dingin dengan tatapan tajamnya yang sejak tadi menyorot pada setiap pergerakan Kenzo. 

-

-

-

To be continued 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status