Beranda / Romansa / Cinta Dan Dosa Seorang CEO / Bab. 7 Jawaban Azura

Share

Bab. 7 Jawaban Azura

Penulis: Incess_DL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 23:22:59

“Apa jawabanmu?” Tiba-tiba saja, Alvino bertanya soal jawaban Azura tentang kemarin.

Azura terdiam mematung, dengan totebag yang ia genggam dengan erat. Seketika kakinya melangkah mundur, saat Alvino berjalan mendekat ke arahnya.

“Jawab Azura,” tekan Alvino, “aku tidak suka menunggu.”

“I-ini terlalu mendadak,” Azura tergagap, dengan pandangan yang menunduk. “A-aku masih butuh waktu untuk—“

“Aku rasa, kita kenal sudah cukup lama. Meski, kita saling mengenal karena bisnis.” Alvino, semakin melangkah maju mengikis jarak di antara keduanya.

Seketika, totebag yang Azura pegang terjatuh begitu saja karena ia gugup. Alvino membawa pandangannya ke arah totebag tersebut, lalu mengambilnya dan meletakkannya pada meja sofa.

“Aku yakin, kamu kemari bukan karena pengajuan proposal.” Alvino menatap Azura dengan lekat, sampai-sampai membuat Azura cegukan.

“Kamu ingin menemuikukan?” tanya Alvino tersenyum. “Dengan beralasan membawa jas dan proposal untukku.”

“Vino, jangan begini.” Azura mendorong dada Alvino, yang terlalu dekat dengannya.

“Apa?” tanya Alvino, “barusan kamu memanggil aku apa?”

Azura terdiam, dan langsung mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat. Ia memejamkan mata, dengan mengerutuki dirinya di dalam hati.

‘Kenapa kamu memanggilnya begitu santai, Zura,’ batin Azura.

“Coba, ulangi,” pinta Alvino.

Namun, Azura menggeleng dan bersiap pergi dari ruangan tersebut. Alvino hanya tersenyum dengan menatap kepergian wanita yang membuatnya terpikat tersebut.

Akan tetapi, di dalam batinya berucap, ‘Jika kamu berhenti dan berbalik, aku anggap kamu mau menjadi kekasihku.’

Saat hendak membuka pintu, namun ia menghentikan langkahnya dan berbalik. Detik itu juga, Alvino berbalik membelakangi Azura.

Raut wajahnya terlihat sangat senang, dengan tangan yang mengepal dan ia terik ke dalam. “Yes!” serunya pelan.

“Aku akan menunggumu di ruang rapat bersama karyawanku,” ucap Azura.

Alvino langsung berbalik, dengan raut wajah yang kembali datar. “Oh iya, baiklah.”

Azura menatapnya bingung, namun tetap pergi keluar dari ruangan Alvino. Setelah Azura keluar, Alvino bersorak dengan geriang. Bahkan ia beberapa kali melakukan selebrasi, mengepalkan tangan dan menarik-nariknya.

*

Ting!

[Kamu sibuk?] Sebuah pesan terlihat pada layar kunci ponsel Azura.

Sedangkan sang pemilik ponsel, tengah melakukan ritual mandi. Setelah beberapa saat, Azura pun keluar dengan balutan bathrobe dan handuk yang membungkus rambutnya.

Azura berjalan menuju ponselnya yang terletak di meja rias, lalu mengambilnya berniat mengchargernya. Namun, saat ia mengecek ponselnya terdapat pesan dari Alvino.

Azura membukanya, dan membalasnya. [Tidak, ada apa?]

Tak perlu membutuhkan waktu yang lama, Alvino langsung membalas pesan Azura. Yang langsung dibaca oleh wanita itu.

[Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat]

[Hm, baiklah]

Kini, Alvino telah tiba di depan gerbang kediaman Azura. Ia menunggu di dalam mobil, sambil membenarkan posisi jam tangannya. Beberapa saat kemudian, wanita yang ia tunggu-tunggu akhirnya keluar dengan balutan dress tanpa lengan selutut, dilapisi sebuah cardigan rajut.

Alvino hendak keluar dari mobil, dan berniat membukakan pintu untuk Azura. Namun, wanita itu dengan cepat menghampiri mobilnya dan masuk ke dalam mobil.

“Maaf, apa Anda menunggu lama?” tanya Azura secara formal.

“Kita sedang tidak membahas pekerjaan, jadi bersikap informal saja,” ujar Alvino.

Azura tersenyum kecil dan mengangguk. Lalu, ia hendak memasang sabuk pengamannya. Namun, Alvino terlebih dahulu memasangkan untuknya.

“Terima kasih,” ucap Azura.

“Sama-sama,” jawab Alvino.

Mobil yang mereka tumpangi pun melaju meninggalkan lingkungan rumah Azura. Dalam perjalanan tidak ada sepatah kata pun yang keluar, bahkan Azura pun tidak ada niat menanyakan tujuan mereka.

Hingga mereka pun telah sampai di sebuah pantai sepi pengunjung, dengan sebuah hotel bertingkat yang tidak jauh dari pesisir pantai. Azura menatap bingung namun juga terlihat cukup bahagia.

“Kenapa kita ke sini?” tanya Azura menatap Alvino.

“Entahlah, aku hanya ingin datang kemari bersama seseorang yang ku sukai,” jawab Alvino tersenyum manis.

Azura terpaku ketika melihat senyuman yang sangat manis itu. Terpaan angina mengibas-ibaskan rambut mereka, namun Azura tetap fokus pada wajah tampan pria di sampingnya itu.

“Apa kita resmi berpacaran?” tanya Alvino tiba-tiba.

“Huh, apa?” Azura seketika bingung, dengan pertanyaan menyebak yang tiba-tiba itu.

Alvino membawa tubuhnya menghadap kearah Azura, dengan tatapan lembut yang menatap manik wanita bersamanya.

“Aku sungguh membutuhkan jawabanmu sekarang,” ucap Alvino terdengar sangat lembut.

Azura hanya diam, seakan tatapan Alvino membuatnya bisu. Lidahnya terasa kaku, dan suaranya seakan hilang hanya untuk mengucapkan satu kata yaitu ‘Ya’

Karena terlalu keluh, Azura pun membawa langkahnya maju sebanyak dua langkah. Membuat jaraknya dan Alvino sangat dekat. Saking dekatnya, baju yang mereka kenakan saling bersentuhan.

Azura mengulurkan tangannya, memegangi bahu pria itu sebagai tumpuan tubuhnya. Lalu, ia menjinjitkan kaki dan…

Cup!

Sebuah kecupan singkat mendarat pada bibir Alvino. Alvino tertegun dalam waktu yang lama. Sedangkan Azura tengah menundukkan kepala, untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah karena salah tingkah.

“Apa, itu cukup untuk jawaban?” tanya Azura pelan.

Alvino seketika tersadar, dan membawa pandangannya kepada wanita di depannya. “Huh?” tanyanya.

Azura mendongakkan kepala. “Apa tadi itu, bisa menjawabnya?” Azura mengulangi pertanyaannya dengan menatap manik Alvino.

“Apa? Kapan?” tanya Alvino berpura-pura. “Memangnya, apa yang kamu lakukan?”

“Ck!” Azura pun berdecak kesal, dengan membawa pandangan ke arah lain.

Alvino terkekeh pelan. “Apa, memangnya kamu melakukan apa?” tanya Alvino dengan sengaja menggoda Azura.

“Berhentilah menggodaku!” ujar Azura.

“Baiklah-baiklah,” ucap Alvino.

“Tapi, aku ingin kita rahasiakan hubungan kita. Apa boleh?” tanya Azura.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 36 Posesif

    Tak terasa, waktu telah berlalu. Kini usia kandungan Azura, telah memasuki bulan ke empat. Di mana, drama mual, muntah, pusing dan semua hal yang menyiksanya selama trimester 1. Telah berhasil ia lalu bersama dengan Alvino.Meski demikian, Azura masih tetap ingat dan bersikekeh untuk bercerai dengan Alvino.Di usia kehamilan memasuki 4 bulan ini. Azura menjadi lebih posesif kepada suaminya.Ia tidak bisa jauh dari aroma tubuh Alvino. Yang membuatnya selalu tenang dan nyaman.Meski Alvino tidak keberatan, dengan keposesifannya istrinya. Dan justru, membuatnya sangat senang dan bahagia.Namun, di balik itu semua. Sedikit mempersulit pekerjaannya.Sebab, Azura bisa jauh dari Alvino. Sedangkan, ia harus pergi ke kantor untuk mengelola perusahaannya.Namun, Azura enggan untuk ikut dengannya ke kantor. Seperti sekarang ini, drama pagi hari yang baru telah di mulai.“Jangan pergi,” ucap Azura dengan suara manjanya.“Aku juga tidak ingin pergi.” Dengan gemas, Alvino mencubit pelan pipi istri

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 35 Piknik di halaman rumah

    Azura bangkit dari duduknya, dan menatap Alvino yang berada di depan anak tangga. “Bisakah kamu jangan pergi?” tanya Azura. Setelah menuruti egonya yang besar. Akhirnya, ia kalah dengan keinginannya yang jauh lebih kuat. Mungkin, ini pengaruh dari kehamilannya. Entah kenapa, akhir-akhir ini ia merasa tidak bisa jauh-jauh dari Alvino. Alvino terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersenyum. Alvino hanya tersenyum, dan membawa langkahnya menuruni tangga. Azura yang melihat itu menjadi sedih. Ia kembali duduk dengan wajah yang sedih. Bahkan, air matanya mulai menetes. Di saat ia hendak hanyut dalam kesedihannya. Tiba-tiba, seseorang memeluknya dari belakang. “Baiklah, karena kamu yang memintanya aku tetap bersamamu,” ucap Alvino. Azura tersenyum, namun ia tetap mengeluarkan air mata. “Kenapa kamu menangis, hm?” tanya Alvino. “Ini semua salahmu, kenapa kamu tidak menjawab sebelumnya. Aku pikir, kamu tidak mau dan akan tetap pergi bekerja.” Azura kembali menangis, sambil menj

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 34 Kalah dengan kata hati sendiri

    Tepat pada saat jam makan siang. Alvino telah tiba di rumah, dengan kedua tangan yang menenteng tas belanjaan.Dengan senyuman manis nan lebar. Alvino berjalan memasuki rumah yang ia tempati bersama Azura.“Sayang! Aku pulang!” seru Alvino berjalan melangkah menaiki tangga.Setibanya di lantai dua. Ia melihat Azura yang tengah duduk menunggunya di ruangan tengah dekat balkon.“Kamu sudah datang?” tanya Azura yang terlihat sangat antusias.“Hm,” jawab Alvino tersenyum ceria.“Ini dia seafoodnya. Dan ini cup cakenya.” Alvino mengeluarkan dan meletakkan kedua pesanan Azura di atas meja.Azura tersenyum menatap kedua menu makanan tersebut.“Tunggu sebentar, aku ambil sarung tangannya terlebih dahulu.” Alvino pun pergi menuju dapur, untuk mengambil sarung tangan khusus makan.Lalu, beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa sepasang sarung tangan.“Biar aku kupaskan ya,” ucap Alvino.Azura mengangguk begitu saja. Membuat Alvino kembali tersenyum senang, dan membuka wadah berisi seafo

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 33 Tidak mau jatuh cinta yang kedua kali

    “Rupanya, kamu sudah bosan hidup,” ucap Alvino dingin.Ia menatap pria dihadapannya itu dengan tajam, seakan menyiratkan amarah yang luar biasa meluap.Namun, belum sempat ia meluapkan amarahnya. Ponselnya berdering, yang terletak di atas meja kerjanya.Ia menghentikan langkannya, dan sedikit mengeram kesal. Sebelum akhirnya, ia pergi berlalu menuju meja kerjanya dan meraih ponselnya.Di saat Alvino menjawab telepon, pria tadi menghela napas lega. Meski hanya untuk beberapa saat.Alvino sedikit terkejut, saat melihat orang yang meneleponnya. Dengan bingung campur bahagia, ia pun menjawab panggilan tersebut.“Halo?” ucap Alvino.Tidak ada jawaban langsung dari seberang telepon, yang membuat Alvino menyeritkan dahi dan menatap ponselnya.Ia pikir, panggilan telepon tersebut berakhir begitu saja. Namun ternyata, ia masih terhubung.“Halo?” ucap Alvino, “Azura kamu ada di sana?”“Ekhm.” Azura berdehem, yang menandakan ia berada di sana.“Ada apa, hm?” tanya Alvino lembut.Namun, tatapanny

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 32 tanpa judul

    Akhirnya, bubur tersebut habis tak tersisa. Alvino tersenyum bangga, dengan mengacak-acak rambut Azura.“Pintar,” ucap Alvino.Azura hanya tersenyum, membiarkan Alvino mengacak-acak rambutnya. “Kamu mau minum susunya?” tanya Alvino sambil merapihkan kembali rambut indah istrinya.“Aku tidak yakin, tapi mungkin aku bisa mencobanya menggunakan sendok,” ujar Azura.Alvino mengangguk. “Baiklah, aku akan mengambil sendok teh dulu, ya.”Alvino bangkit dari duduknya, sambil membawa nampan berisi mangkuk kosong. Lalu ia keluar dari kamar Azura, menuju dapur.Tak berselang lama, Alvino kembali dengan membawa satu sendok teh. Kemudian, ia kembali duduk pada sisi ranjang dan memberikan sendok tersebut kepada Azura.Azura menerimanya, dan menyendok susu yang ada di gelas. Ia tidak langsung meminumnya, melainkan menatapnya terlebih dahulu dengan ragu dan cemas.“Jika kamu memang tidak sanggup tidak usah di minum,” ucap Alvino yang paham dengan tatapan istrinya.“Tidak, aku harus meminum

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 31 Senyuman Alvino

    Sontak saja, Alvino langsung membuka mata dan bangkit. Wajah polos bangun tidurnya terlihat panik dan juga cemas.“Maafkan aku, a-aku tidak bermaksud seperti itu,” ucap Alvino merasa bersalah.Lalu, ia segera merendahkan tubuhnya. Mendekatkan wajah pada perut Azura, dan mengusap lembut perut rata itu.“Maafkan Daddy ya, Daddy pasti menyakitimu,” gumamnya kepada perut tersebut.Untuk sesaat, Azura merasakan sesuatu perasaan yang aneh di dalam hatinya. Seperti perasaan berdebar, namun sangat senang ia rasakan ketika Alvino mengajak calon buah hati mereka berbicara.“Kamu mau makan?” tanya Alvino membawa pandangannya kepada Azura.Namun, sepertinya Azura masih terhanyut dengan aktivitas Alvino sebelumnya. Membuatnya, tak sadar jika Alvino berbicara kepadanya.“Azura,” panggil Alvino dengan lembut.Azura pun tersadar. “Huh?” Ia membawa pandangannya kepada Alvino, yang tengah menatapnya penuh cinta.“Kamu mau makan, sayang?” tanya Alvino menambahkan panggilan ‘sayang’.“Jangan panggil aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status