Cinta Satu MalamZemi tidak menjawab, dia hanya mengusap bibirnya sendiri dengan ibu jari seolah habis mengecap rasa manis. Nafasnya sudah berat dan pandangan matanya sedikit meredup, saat dia merubah posisi dan duduk kembali dengan benar di balik kemudi.“Keluarlah, dan istirahat, ini sudah malam.” Zemi berkata sambil menengadah ke atas dan memejamkan mata karena meredam gejolak hasrat di hatinya.“Zemi, ikutlah ke dalam. Aku bersungguh-sungguh menawarimu, aku tidak takut,” kata Syakela mendadak menjadi sangat murahan hanya karena hatinya sedang bahagia.Saat berkata begitu, Syakela sudah bangkit dan mendekat ke Zemi hingga buah dadanya yang membusung menempel erat di lengan pria itu. Seketika Zemi menoleh dan mendekatkan wajahnya lalu meyakinkan Syakela saat hidung mereka saling menempel.“Apa kau siap mati, untuk ini?”“Ehm... aku tidak percaya itu, Sayang. Tapi aku ingin membuktikannya!”Saat Syakela bicara, Zemi yang tidak pernah berada begitu dekat dengan wanita menjadi be
Melampiaskan HasratnyaZemi bergerak ke atas tubuh Syakela dan menghunjamkan miliknya seraya berkata, sambil memejamkan mata merasakan sensasi berbeda dari saat dia dalam posisi didominasi oleh Syakela.“Kau yang meminta, dan kau sendiri yang akan menanggung akibatnya. Oke?” kata Zemi sambil menundukkan kepalanya dekat dengan telinga gadis yang kini tengah berada dalam kungkungannya.“Ya.” Syakela berkata dengan tegas sambil tersenyum lebar, dia pikir tidak akan ada yang terjadi selain kenikmatan yang dia peroleh dengan menyatukan milik mereka seperti saat ini. Jelas sekali bukan?Syakela sebentar-sebentar memjamkan mata dan juga membukanya, melihat Zemi dengan penuh gairah saat sang kekasih hati menggerakkan pinggulnya bertubi-tubi. Dia puas karena saat ini pria itu benar-benar berada dalam genggamannya dan tahkluk padanya.“Bagaimana, apa kamu puas?” kata Syakela saat melihat wajah Zemi yang kelelahan karena aksinya menggagahi dirinya dengan penuh semangat.“Ya. Terima kasih!”k
Tidak Berhati*(Maaf readers, untuk bab yang sebelumnya saya salah up cerita, yang benar, ini cerita selanjutnya, ya)*Sesampainya di kantor, Zemi langsung memasuki ruangannya bersama dengan Ajer, seorang asisten kepercayaannya yang selama ini selalu mengerjakan semua tugas kantor atas namanya. Pria itu tersenyum senang melihat Zemi, ada di kantor hari ini. Jikalau ada Bosnya maka, tugasnya akan sedikit ringan. Namun, angin apa yang membawa sang majikannya itu datang tanpa di minta?Biasanya Zemi hanya datang bila keadaan perusahaan benar-benar membutuhkan dirinya dan ada keputusan, yang memang harus diambil olehnya sebagai pimpinan yang ditunjuk oleh ayahnya.Zemi menatap Ajer dengan pandangan penuh tanya, saat pria itu duduk di hadapannya.“Kenapa kau tersenyum seperti itu?” tanya Zemi sambil menyilangkan kaki dan bersandar dengan santainya.“Saya senang Anda datang tanpa di minta, Bos!”“Ah, kau tidak tahu rupanya, ada yang memintaku datang memenuhi tanggung jawabku!”“Wah, b
Kabar Buruk Zemi merenung saat Ajer berkata demikian karena ia sedang bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ia akan melakukan hal seekstrem itu hanya demi Wuri? Akan tetapi ia sudah setuju dengan keputusan Renata untuk menikahi Syakela. Jadi, apabila ia nanti membiarkan dirinya terlalu dalam jatuh dalam perasaannya sendiri pada Wuri, dia merasa akan lebih repot lagi. Dia khawatir apabila nanti Syakela tahu bahwa dirinya tidak tulus dalam danmencintai menikahinya karena memanfaatkannya demi membuktikan sebuah mitos saja. Tidak bisa di bayangkan apa yang akan dilakukan wanita itu bersama semua keluarga besarnya. Mungkin Zemi harus bersiap kehilangan nyawa. Ajer kembali ke ruangannya setelah Zemi menghentikan lamunannya dan melakukan pekerjaan sebagai pimpinan yang jarang dia lakukan sebelumnya. Seperti berkeliling melihat semua bagian divisi apakah berjalan dengan baik atau tidak. Selain itu, dia juga melihat gudang, termasuk mengintrol para pekerja luar, semua dia lakukan deng
Datang Dan Berpelukan Tidak butuh waktu lama untuk menempuh perjalanan ke lokasi bencana menggunakan helikopter, Zemi memesannya dengan cepat setelah menerima permintaan Wuri padanya. Suara gemuruh dari baling-baling kendaraan terbang itu terdengar memekakkan telinga. Menggemparkan semua yang ada di sana, tidak hanya satu tapi, dua. Beberapa orang yang memiliki wewenang di sana bertanya-tanya maksud dengan kedatangan dua helikopter tanpa sepengetahuannya. Selain bersyukur, mereka banyak berharap jika bantuan datang membawa keperluan yang di butuhkan termasuk obat-obatan. Wuri segera keluar dari tenda dan melihat Zemi baru saja turun setelah helikopter berhenti dan mendarat di tanah lapang yang hanya terdapat rumput dan bebatuan di sana. Pria itu memakai setelan jas rapi yang sangat tidak cocok dikenakan di tempat seperti ini. Wuri berjalan mendekat, begitu pula dengan Zemi berjalan mendekat Wuri, hingga dua orang itu seperti dua kutub magnet yang saling tarik menarik. Begitu bersy
Sebuah CiumanWuri tidak bisa menolak saat tiba-tiba Zemi menarik tubuhnya dalam pangkuan dan mencium bibirnya. Awalnya gadis itu diam hingga dia mulai terbawa oleh emosi, yang hangat, daya tarik yang pekat tidak berujung dan kemudian dia melingkarkan kedua tangannya ke leher Zemi lalu, mengimbangi gerakannya. Naluri dan hasrat yang lain tiba-tiba bermunculan dan meminta lebih, Zemi yang baru kemarin mengalami hal yang luar biasa, saat ini dia ingin mengulanginya lagi dan lagi.“Zemidean, cukup ... maaf aku ....” kata Wuri setelah melepaskan pagutannya, dengan napas terengah.“Wuri, aku mencintaimu, kau masih belum menjawabku, apa kau masih butuh waktu?”“Dean, tunggulah, setelah misi ini selesai, ayo! Kita bertemu lagi, tapi, bagaimana dengan Syakela? Bukankah kalian akan segera menikah?”“Ya. Belum. Kami belum menikah, aku juga tidak bisa menolak Nenek dan Ibuku, tapi, sungguh, aku benar-benar mencintaimu!”“Jangan ... jangan kau duakan cintanya, cintai dia sepenuh hatimu jik
Rasa Bersalah“Baik-baik saja, katamu? Dia masuk rumah sakit! Cepat kunjungi dia bodoh, dia calon istrimu!” kata Welia lagi dengan suara yang cukup keras di telepon membuat Zemi menjauhkan benda itu dari telinganya.“Jer! Kembali ke rumah sakit, sekarang!” kata Zemi setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku bagian dalam jasnya. “Apa kau tidak tahu soal Syakela?”“Oh, saya dengar di televisi tentang gosip itu, jadi saya abaikan, Tuan!”“Ternyata itu bukan gosip, bodoh! Dia benar-benar sakit!” kata Zemi penuh rasa bersalah. Dia masih ingat apa yang telah dilakukannya dengan Syakela malam itu, wanita itu benar-benar berhasrat besar dan sulit ditaklukkan. Apa selama ini dia selalu begitu dengan pasangannya? Pikir Zemi. Wajar dia kelelahan atau sakit karena dia tidak berhenti semalaman.Sesampainya di rumah sakit, Zemi meminta informasi yang dengan mudah dia dapatkan, tapi informasi ini tidak bisa diakses oleh awak media bagaimana pun caranya, sebeb pasien butuh privasi dan ketenangan
Tuduhan Tidak Masuk Akal“Zemi! Ayo! Kemari, Syakela dalam kondisi kritis sekarang!” kata seorang wanita di telepon.Zemi menempelkan ponselnya ke telinga tanpa melihat siapa yang menghubunginya.“Ibu? Apa sepagi ini Ibu sudah ada di sana?”“Ini, aku, Nenekmu apa kau tidak melihat namaku? Oh ya, satu lagi, ini sudah siang, bodoh!”Zemi segera membuka matanya lebar-lebar dan melihat jam dinding, lalu dia bergegas membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Kurang dari satu jam kemudian dia sudah berada di jok bagian belakang mobilnya sambil menghubungi Wuri. Sementara perutnya sudah kenyang.“Halo, Dean? Ada apa menghubungiku? Apa ada yang kau butuhkan?” tanya Wuri terkesan buru-buru dari nada suaranya. Gadis ini mulai menjaga jarak lagi setelah perbincangan mereka kemarin soal pernikahannya.Zemi tersenyum sebelum menjawab, “Aku akan ke rumah sakit, apa kau ada di sana?”“Ya, aku mengisi waktu kosong dengan menengok anak-anak di lantai dua!”“Baiklah, ini kebetulan sekali!”Z