Share

Penghianatan Sahabat

Aurel berjalan di koridor sekolahnya, pagi yang sangat berbeda hari ini, pagi yang penuh dengan pengkhianatan di mulai hari ini.

Mengingat kejadian kemarin Oliv pergi bersama Nicho, masih menjadi bayang-bayang ingatan Aurel.

"Rel..." Teriakan seorang gadis dari belakang Aurel membuatnya membalikkan badannya dan melihat pemilik suara itu.

"Ella? Tumben banget kamu datang jam segini." Aurel terkejut melihat sahabatnya yang datang di jam seperti ini.

Biasanya Ella lah anak gadis yang terkenal dengan keterlambatan di dalam kelas, bahkan para guru sampai hafal dengan nama Ella jika ia terlambat pergi ke sekolah.

"Iya, kemarin aku dapat pesan dari Melly, katanya Oliv sudah mengkhianati persahabatan kita, apakah itu benar?."

Aurel hanya bisa terdiam mendengar itu. "Ternyata Melly sudah memberitahukan dengan Ella masalah kemarin," ujar Aurel dalam hati.

"Emangnya Melly juga nggak ngasih tau kamu apa pengkhianatan Oliv sama kita?." 

Ella menggelengkan kepalanya. "Enggak, dia nggak ngasih tau itu sama aku, katanya aku disuruh nanya kamu, mangkannya aku nanya."

Aurel juga bingung bagaimana ia mengatakan semuanya, jika Aurel mengatakan semaunya sama Ella, belum tentu Ella percaya kan?

"Bagaimana ya La, aku juga nggak bisa jelasin sama kamu," ujar Aurel dan nampak Ella nampak Berat hati.

Aurel tak bisa menjelaskan semuanya, karena selama ini Ella sangat dekat dengan Oliv, Aurel hanya takut disangka ia hanya merusak kedekatan mereka saja.

"Ya... Gimana dong Rel, aku udah pengen tau banget ini, apa pengkhianatan Oliv sama kita, masa iya sih aku nggak di kasih tau?."

Tak disangka, dua orang datang menghampiri mereka, Aurel hanya bisa membulatkan matanya saja melihat keberadaan dua orang itu.

"Hai, kalian ngapain berdua di sini? Nggak masuk ke kelas? Emangnya kalian mau ngapain di sini, mau menyambut kedatangan kita berdua ya?."

Mendengar itu membuat Ella membalikan badannya untuk melihat orang itu.

Duar...! 

Hati Ella tak percaya melihat apa yang ada di depannya saat ini. "Oliv?" gumam Ella melihat orang itu adalah Oliv temannya yang selama ini ia percayai.

"Dan apa ini... Kenapa kalian bergandengan tangan?." Ella masih bingung melihat Oliv yang sedang menggandeng tangan di sampingnya, Nicho.

"Ada apa ini Oliv?." Pertanyaan itu belum juga datang di balas oleh Oliv maupun Nicho yang mendengarnya.

"Oh! Jadi sahabatmu Aurel sama Melly, belum ngasih tau kamu ya? apa yang sudah terjadi?." Melly menggelengkan kepalanya.

Oliv menatap dengan tatapan penuh kemenangan kearah Nicho, agar ia yang menjelaskan semuanya.

"Jadi gini ya La, saya sama Oliv sudah jadian beberapa hari yang lalu."

Tubuh Ella tiba-tiba kaku mendengar itu, sedangkan Aurel hanya bisa memejamkan matanya, ia harus mendengarkan kata-kata pahit di dalam hidupnya untuk kedua kalinya.

"Apa semua ini? Kalian bohong kan? Nggak mungkin kalian jadian," ujar Ella sembari menggelengkan kepalanya yang tak percaya dengan itu semua.

"Kenapa kita harus bohong La? Apa yang kamu dengar, itu semua benar, dan tidak ada kebohongan sama sekali di sini."

Ella masih menggelengkan kepalanya tak percaya meskipun Oliv sendiri yang mengatakan semua itu.

"Oliv? Apakah kamu sudah kehilangan akal dengan semua yang kamu lakukan ini terhadap Aurel?" tanya Ella dan membuat Oliv menggelengkan kepalanya.

"Apa kamu bilang aku kehilangan akal? Teman kamu itu yang sudah kehilangan akal."

"Sudah tau Nicho nggak cinta sama dia, tapi dia masih saja mengejar Nicho, denger ya La, Nicho itu cintanya sama aku, bukan sama Aurel, jadi apa yang mau kamu lakuin?" Pertanyaan Oliv membuat Ella ingin sekali menampar wajah Oliv.

Namun semua itu ia rasa tidak perlu, orang seperti Oliv tidak pantas untuk bersentuhan dengan tangannya yang halus itu.

"Kalo kamu udah tau Aurel cinta sama Nicho, kenapa kamu malah ngelakuin ini sama dia ha?" tanya Ella.

"Ya karena aku memang jatuh cinta sama Nicho, jadi kita jadian."

"Sudah cukup..." Teriakan Aurel yang tak kuat lagi mendengar itu semua, bahkan saat ini Aurel menyumbat kedua telinganya dengan jari-jarinya.

"Sudah cukup jangan di lanjutkan lagi, aku sudah muak mendengar ini," ujar Aurel di sela isakan tangisnya.

"Kenapa? Kamu nggak kuat lihat ini semua? Udahlah kamu nyerah ajah, lagian kamu nggak akan bisa mendapatkan Nicho dari aku."

"Oliv..."

Plak!

Satu tamparan meluncur di pipi kanan Oliv, sehingga membuat pemilik pipi itu menoleh kearah kanan, merasakan tamparan panas yang dilakukan oleh seseorang yang baru saja datang.

"Melly..." Aurel sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Melly, ia langsung berlari dan menghampiri Melly yang sudah ada di depan Oliv.

"Beib, kamu nggak papa?" Nicho menatap kearah Oliv yang merasakan kesakitan akibat tamparan keras itu.

"Kamu ingat ini baik-baik ya Oliv, aku nggak akan membiarkan Aurel tersakiti lagi dengan omongan kamu itu, dan untuk kamu Nich, aku akan buktikan perempuan mana yang baik buat kamu," ujar Melly sembari menunjuk kearah Oliv, tepat di wajahnya.

"Omong kosong apa ini? Sudah jelas wanita yang baik buat aku adalah Oliv, karena dia adalah pacar aku," jelas Nicho sembari memeluk pacarnya itu.

"Melly, sudah-sudah jangan biarkan amarah kamu menguasai diri kamu kayak gini," ujar Aurel membantu menyadarkan Melly apa yang sudah ia lakukan itu salah.

"Biarkan dia Rel, biarkan dia memberikan pelajaran sama wanita pengkhianat kayak dia, biarkan Melly melakukan tugasnya sebagai sahabat kamu," jelas Ella setuju dengan yang dilakukan oleh Melly.

"Sudah cukup La, Mel, aku mohon sudah jangan kayak gini, biarkan Oliv pergi," ujar Aurel terhadap dua sahabatnya yang saat ini dikuasai oleh kemarahan.

"Beib, ayo kita masuk ke dalam kelas saja." Nicho membantu Oliv berjalan dengan memegangi kedua pundaknya.

Aurel dan kedua sahabatnya hanya bisa melihat itu saja.

"Awas ajah kalian berdua."

Teriakan Melly sama sekali tidak di gubris oleh Nicho dan juga Oliv.

"Sudah-sudah Mel, biarkan mereka pergi." Aurel mengelus pundak Melly agar amarah itu bisa mereda.

Ella hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat perlakuan Aurel itu.

"Rel? Kamu apa-apaan sih kok diam ajah lihat Oliv mengkhianati kita?" tanya Ella membuat Aurel mengaggukan kepalanya.

"Iya aku tau, aku juga sama kesalnya sama seperti kalian, tapi aku juga nggak bisa melakukan apa-apa lagi."

"Aku nggak bisa melakukan apa-apa kan itu sudah menjadi keputusan dia kan?." 

Ella mengaggukan kepalanya. "Iya aku tau, tapi nggak gini juga cara dia merebut Nicho dari kamu Rel."

"Udah sekarang gini ajah, kamu harus bisa mengejar cinta kamu Rel, jika kamu benar-benar mencintai Nicho, kejar dia," Melly pun membuka suara.

"Aku ngerasa bahwa Oliv tidak serius sama Nicho, tapi aku juga nggak ada bukti ngomong seperti ini, tapi yaudahlah."

Melly benar-benar pasrah dengan keadaan, semua tergantung dengan Aurel, hanya Aurel bisa menyelamatkan cintanya sendiri.

"Iya Rel, kita akan selalu membantu kamu biar bisa mendapatkan Nicho kembali, aku nggak rela kalo Nicho sama Oliv," ujar Ella.

"Terimakasih banyak, aku akan usahakan itu, dan jujur saja aku masih mencintai Nicho."

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status