"Hallo Ram? Nanti malam kita ke club ya? Kita seneng-seneng di sana."
Nicho sedang asik menelpon Rama, "Oh.. oke, sejak kapan kamu main ke club lagi? Bukannya bokap kamu nggak ngasih ijin ya?" tanya Rama.
"Halah Udahlah ngapain juga kau ngurusin dia, kepala aku hampir mau pecah tau ngelihat dia ngomel Mulu di rumah."
Rama hanya terkekeh keras mendengar itu, Nicho hanya mengerutkan keningnya.
"Ada apa kamu? Kenapa malah tertawa?" tanya Nicho heran.
"Nggak papa lah bro, jadi gimana jadi nggak?" tanya Rama memastikan.
"Eh.. jadi dong," balas Nicho.
"Bagus... Bagus..." Rama sangat senang jika Nicho kembali ikut bersamanya, mereka nanti malam akan bersenang-senang bersama teman-teman mereka yang lain.
"Oh iya ngomong-ngomong kamu bawa siapa nanti ke club? Bawa cewek kan?" tanya Rama.
Nicho menggaruk keningnya. "Heum... Enggak deh, gue kasihan sama cewek aku, dia anak baik-baik, kalo sampai aku bawa ke sana bisa-bisa habis pac
Mata Nicho yang tadinya susah untuk dibuka, kini ia bisa membuka matanya secara perlahan.Pertama-tama yang dirasakan oleh Nicho adalah aura dingin dan aroma khas seperti kamarnya.Di saat Nicho secara perlahan membuka sedikit lebar matanya, ia melihat atap ruangan itu seperti di kamarnya."Aku dimana?."Nicho masih belum bisa melihat jelas dimana dirinya saat ini berada, kepalanya sangat pusing, bahkan matanya saja masih belum bisa melihat dengan sempurna.Nicho mendengar seperti ada suara langkah kaki yang mendekat kearahnya.Nicho masih melihat ke arah orang itu, tetapi ia tak bisa melihat jelas siapa dia, yang jelas orang itu berjalan semakin dekat."Siapa kamu?" tanya Nicho dengan mata yang masih setengah sadar.Sehingga akhirnya kejadian yang tak pernah di duga oleh Nicho kini terjadi.Plak!Plak!Dua tamparan panas mengenai pipi Nicho, Nicho masih belum bisa melihat orang itu."Siapa kamu?" te
Aurel berjalan menuju ke kelasnya, sebentar lagi jam pelajaran akan segera di mulai, sedangkan dirinya masih belum masuk ke dalam kelas.Ini akibat dirinya terlaku banyak makan sambal tadi pagi waktu sarapan, sehingga membuat perut Aurel menjadi mules setiap kali ia ingin masuk ke dalam kelas."Rel? Tumben kamu baru datang?" tanya Melly melihat Aurel seperti sedang tidak baik-baik saja."Iya ini... Perut aku mules banget Mel," balas Aurel masih memegangi perutnya yang masih merasa mules."Kamu kenapa? Habis makan apa tadi?" tanya Ella begitu khawatir."Nggak tau nih, mungkin gara-gara aku kebanyakan makan sambel deh kayaknya tadi pagi," balas Jessy."Iya mungkin gara-gara itu perut kamu jadi sakit Rel, udahlah duduk ajah dulu sini," Melly membantu Aurel duduk di tempatnya.Tak membutuhkan waktu lama, guru pun datang, saatnya pelajaran Bu Siska dia adalah guru PPKN.Jam pertama diisi oleh Bu Siska jadi otomatis Bu Siska juga yan
"Pah.." panggil Nicho mengejar papahnya yang baru saja masuk kedalam ruang meja makan.Nicho hanya mengerutkan keningnya saja melihat tingkah papahnya yang meninggalkan dirinya dan Oliv yang masih berada di ruang tamu.Seingat Nicho jika ada tamu, seharusnya papahnya menyambutnya dan memperlakukan tamu itu dengan istimewa, tetapi kenapa sekarang papahnya malah berubah total seperti ini?"Nicho? Kamu ngapain ada di sini? Bukannya kamu di luar masih ada pacar kamu itu?" tanya papah Surya.Nicho mengaggukan kepalanya. "Iya maka dari itu aku datang ke sini, papah ngapain malah di sini sih? Bukannya di depan sama Oliv dan Nicho?" tanya Nicho.Papah Surya menggelengkan kepalanya. "Ya papah harus ngapain kalo di luar? Kan itu pacar kamu, kan yang terpenting ada kamu kan? Lagian pacar kamu ke sini mau ketemu kamu bukannya sama papah," balas papah Surya."Iya pah... Tapi setidaknya papah temui Oliv sebentar, ngobrol apa kek gitu, nggak punya hati sed
"Nicho, aku cinta sama kamu," ucap Aurel, tangannya tampak berkeringat dengan wajah memucat karena gugup."Rel, maaf," Nicho menepuk pundak gadis itu pelan, "aku hanya menganggapmu sebagai teman dan nggak lebih,"Aurel terpaku, dadanya terasa sesak oleh kekecewaan yang luar biasa. Tapi sebisa mungkin bibirnya tetap mengulas senyum, walaupun yang tercipta hanya lengkungan kaku. "Eh itu... iya... nggak apa-apa kok, Nich... aku... aku hanya ingin mengungkapkan-""Nicho!"Seruan itu membuat mereka menoleh bersamaan, mendapati gadis cantik yang berjalan mendekat."Eh, kalian ngapain?" tanya Olivia, gadis yang sudah sejak lama menjadi sahabat Aurel."Cuma ngobrol aja kok, Beib," jawab Nicho dengan senyum manis, tangannya berganti menggandeng tangan Oliv."Kalian?" Mata Aurel membulat, tampak cairan bening menggenang di sana, dan Aurel hanya bisa melihat saja walau dalam otaknya sangat bingung dengan apa yang sudah terjadi."Ah iya, R
Aurel berjalan di koridor sekolahnya, pagi yang sangat berbeda hari ini, pagi yang penuh dengan pengkhianatan di mulai hari ini.Mengingat kejadian kemarin Oliv pergi bersama Nicho, masih menjadi bayang-bayang ingatan Aurel."Rel..." Teriakan seorang gadis dari belakang Aurel membuatnya membalikkan badannya dan melihat pemilik suara itu."Ella? Tumben banget kamu datang jam segini." Aurel terkejut melihat sahabatnya yang datang di jam seperti ini.Biasanya Ella lah anak gadis yang terkenal dengan keterlambatan di dalam kelas, bahkan para guru sampai hafal dengan nama Ella jika ia terlambat pergi ke sekolah."Iya, kemarin aku dapat pesan dari Melly, katanya Oliv sudah mengkhianati persahabatan kita, apakah itu benar?."Aurel hanya bisa terdiam mendengar itu. "Ternyata Melly sudah memberitahukan dengan Ella masalah kemarin," ujar Aurel dalam hati."Emangnya Melly juga nggak ngasih tau kamu apa pengkhianatan Oliv sama kita?."
"Assalamualaikum Bun? Aurel pulang," ujar Aurel sebelum masuk kedalam rumahnya.Dari kecil Aurel selalu diajarkan orang tuanya untuk mengucapkan salam sebelum masuk atau keluar dari rumahnya, jadi ajaran itu sampai sekarang masih digunakan oleh Aurel."Waalaikumsalam, iya sebentar," balas seorang paruh baya dari dalam rumah Aurel, dia adalah Maya, bundanya Aurel.Dia adalah bidadari dunia yang dimiliki oleh Aurel, dia orang yang yang selama ini merawat dan membesarkan Aurel, tak pernah kata lelah, sehingga Aurel bisa sebesar ini.Cklek! "Eh anak bunda udah pulang, masuk nak," ujar Maya setelah itu Aurel menyalami tangan Maya.Akhirnya Aurel masuk kedalam rumah yang begitu mewah dan megah, dari kecil Aurel sudah terlahir dari keluarga yang kaya, itu semua berkat Ayahnya yang bekerja keras siang dan malam."Kamu ganti baju dulu ya? Biar bunda siapkan makan siang buat kamu," bunda Maya mengelus pucuk rambut Aurel dan mencium keningnya."
"Apa-apaan ini, pemandangan pagi apa ini, melihat Nicho sama Oliv."Melly begitu kesal memandang pemandangan yang membuatnya sakit mata, sedangkan Aurel hanya bisa mengelus pundak Melly agar bisa meredakan emosinya."Sudah-sudah Mel, biarkan mereka, kan sudah pacaran, jadi nggak ada salahnya kalo mereka bermesraan di sini." Aurel mengatakan yang sejujurnya."Iya juga kata kata Aurel, Mel kamu nggak bisa kayak gitu, udahlah biarkan mereka saja," ujar Ella."Ya tetep saja aku nggak terima, meskipun mereka bisa bermesraan, tapi aku masih saja tidak terima Oliv bahagia di atas penderitaan Aurel." Melly berkata tegas."Sudahlah Mel, kamu tenang saja aku juga tidak terlalu mempermasalahkan Oliv jika bersama Nicho, nanti aku akan berusaha mengambil Nicho dari Oliv," jelas Aurel membuat mereka menoleh kearah Aurel."Bagaimana caranya kamu bisa mendapatkan hatinya Nicho? Kemarin saja aku denger kalo Nicho cintanya sama Oliv bukan sama kamu."
"Darimana saja kalian berdua? Dicariin malah menghilang nggak tau kemana."Nicho menatap tajam mata kedua sahabatnya Iqbal dan Bastian yang saat ini sudah ada di depan matanya."Kita habis dari kantin dulu tadi, kita lapar tau, lagian kamu tadi ke kantin nggak membiarkan kita makan dulu, main tinggal-tinggal ajah," balas Iqbal."Tau nih, lagian pacar kamu itu mana? Bukannya kamu tadi sama pacar kamu ya?" tanya Bastian membuat Nicho membolakan matanya."Dia lagi ke Perpustakaan sama temannya, jadi aku sendirian di sini, mangkanya kalian aku suruh datang kesini biar aku nggak sendirian lagi."Mendengar itu Iqbal menyenggol lengan Bastian dan membisikan sesuatu di telinganya."Kamu dengar sendiri kan? Kalo nggak ada pacarnya ajah kita di lupain, tapi kalo nggak ada Oliv, kita di butuhkan, beda banget kan Nicho nggak kayak dulu?" tanya Iqbal dengan suara berbisik."Iya kenapa dia malah jadi begini sih, aku juga bingung dengan