Share

Harapan Bunda

"Assalamualaikum Bun? Aurel pulang," ujar Aurel sebelum masuk kedalam rumahnya.

Dari kecil Aurel selalu diajarkan orang tuanya untuk mengucapkan salam sebelum masuk atau keluar dari rumahnya, jadi ajaran itu sampai sekarang masih digunakan oleh Aurel.

"Waalaikumsalam, iya sebentar," balas seorang paruh baya dari dalam rumah Aurel, dia adalah Maya, bundanya Aurel.

Dia adalah bidadari dunia yang dimiliki oleh Aurel, dia orang yang yang selama ini merawat dan membesarkan Aurel, tak pernah kata lelah, sehingga Aurel bisa sebesar ini.

Cklek! "Eh anak bunda udah pulang, masuk nak," ujar Maya setelah itu Aurel menyalami tangan Maya.

Akhirnya Aurel masuk kedalam rumah yang begitu mewah dan megah, dari kecil Aurel sudah terlahir dari keluarga yang kaya, itu semua berkat Ayahnya yang bekerja keras siang dan malam.

"Kamu ganti baju dulu ya? Biar bunda siapkan makan siang buat kamu," bunda Maya mengelus pucuk rambut Aurel dan mencium keningnya.

"Iya bunda," Aurel tersenyum, sampai akhirnya bunda Maya melihat kearah baju Aurel, ia pun terkejut melihat itu yang ada noda di baju Aurel.

"Nak? Ini ada apa sama baju kamu? Kok kotor gini?" Tanya bunda Maya yang melihat ada noda di seragam Aurel.

"Nggak ada apa-apa kok Bun, ini tadi cuma ketumpahan minuman saja, jadi ya begitulah," Aurel memberikan senyumnya agar bunda Maya tidak mencemaskan dirinya.

Memang benar kejadian tadi sekolah waktu ia berada di kantin, tak sengaja ada salah satu teman Aurel menumpahkan jus alpukat di seragamnya sehingga memberikan noda.

"Oh bunda kirain ada apa, yaudah nggak papa, nanti kamu ganti bajunya setelah itu kamu taruh di tempat baju kotor ya? Biar nanti yang bunda cuciin," jelas bunda Maya.

Bundanya memang selalu begitu, jika Aurel menciptakan baju kotor padahal Aurel bisa mencucinya sendiri, tetapi bundanya masih saja mengatakan agar ia yang mencucinya.

Alasannya Aurel sudah lelah karena sudah bersekolah seharian, jadi masalah pekerjaan rumah biar bunda Maya yang mengutusnya.

"Nggak usah bun, Aurel kan udah gede, Aurel bisa kok nyuci baju Aurel sendiri," jelas Aurel membuat bunda Maya menggelengkan kepalanya.

"Jangan nak, kamu pasti capek habis pulang dari sekolah, kamu istirahat saja, biar bunda yang urusin semuanya," bunda Maya masih saja menolak apapun yang dikatakan oleh Aurel.

Aurel masih saja merasa tidak enak,. Aurel merasa bahwa dirinya menjadi seorang anak perempuan seperti tidak ada gunanya disini.

Semua orang begitu sayang kepadanya, semua orang memperlakukan Aurel seperti bak putri raja.

"Yaudah kalo begitu, Aurel langsung ke kamar ajah ya Bun?" tanya Aurel dan di balas anggukkan kepala oleh bunda Maya.

Aurel berjalan menuju ke kamarnya dan mulai mengganti pakaian yang kotor itu, setelah semuanya sudah, Aurel menatap kearah noda yang ada di bajunya itu.

"Noda ini apakah bisa hilang nggak ya? sepertinya masih bisa," gumam Aurel dalam hati.

Aurel masih memikirkan noda itu apakah bisa hilang atau tidak, karena melihat noda itu sepertinya susah hilang.

Tok, tok tok!

Tak disadari ada seseorang yang mengetuk pintu luar kamarnya, "Aurel nak? Keluar sebentar, mana bajunya, biar bunda cuci," teriakan dari bundanya itu membuat Aurel bergegas menuju ke pintu.

Cklek! Aurel membuka kenop pintu kamarnya.

"Iya Bun, ini bajunya," Aurel langsung memberikan baju itu kepada bundanya.

"Bunda beneran nggak mau Aurel bantu? Aurel nggak papa kok nyuci baju Aurel sendiri, bunda pasti capek habis menyelesaikan tugas lainnya," jelas Aurel.

Bunda Maya menggelengkan kepalanya. "Enggak papa kok nak, orang cuma nyuci baju begini saja, bunda masih kuat kok," jelas bunda Maya yang tak pernah lelah.

Hal itu berhasil membuat Aurel menjadi terharu, "Oh iya, emangnya kamu nggak ada tugas dari sekolah hari ini?" Tanya bunda Maya seingatnya Aurel selalu ada tugas dari sekolah.

Aurel mengaggukan kepalanya. "Ada Bun, tapi sedikit," balas Aurel.

"Yaudah kamu kerjakan saja dulu, biar bunda selesaikan tugas ini dulu ya?" Tanya bunda Rossa membuat Aurel mengaggukan kepalanya.

"Iya Bun, nanti kalo bunda butuh apa-apa kasih tau Aurel ajah ya?" Bunda Maya mengaggukan kepalanya.

"Iya itu pasti," Aurel Tersenyum.

"Kalo gitu Aurel masuk dulu," Aurel masuk kedalam kamarnya lalu menutup pintu kamarnya.

Seperti itulah kebiasaan Aurel selepas pulang sekolah, ia langsung mengerjakan tugas sekolahnya setelah itu baru makan siang.

Karena waktu malam Aurel gunakan untuk belajar dan bukan untuk mengerjakan tugas sekolah, begitulah, kewajiban Aurel sebagai siswi tidak akan pernah mengecewakan.

Pantas saja nilai Aurel bagus-bagus, Karena di baliknya ada kerja keras yang selalu Aurel kerjakan dan Aurel bisa membagi waktunya untuk selalu belajar.

"Akhirnya sudah juga," ujar Aurel melihat semua tugas dari sekolahnya sudah selesai ia kerjakan.

"Saatnya makan," Aurel bangkit dari duduknya, Aurel membereskan buku-buku yang masih berserakan di atas meja belajar.

Aurel tersenyum melihat meja belajar yang ia miliki itu, meja itu adalah hadiah dari ayahnya waktu Aurel berhasil pertama kalinya mendapatkan peringkat satu di kelas.

Semenjak hari itu juga ayahnya membelikan meja belajar agar Aurel bisa belajar lebih giat lagi, dan hingga saat ini Aurel masih mempertahankan peringkat satu.

Aurel berjalan menuju kearah meja makan dan ternyata bundanya sudah menyiapkan makan siangnya disana.

"Bunda baik banget ya? Saya bersyukur banget punya bunda seperti bunda Maya, orangnya sabar banget dan nggak pernah mengeluh," gumam Aurel dalam hati selesai memandang makanan yang ada di depannya saat ini.

Aurel duduk lalu memakannya, makanan yang bisa di katakan cukup mewah, karena Bundanya selalu menyukai makanan-makanan yang ada di restoran mewah, jadi bundanya itu sangat jago masak.

"Bunda? Bunda udah makan?" tanya Aurel melihat bundanya yang hanya lewat saja dan tidak mampir ke meja makan.

Bunda Maya tersenyum, "Sudah kok nak, kamu makan saja," jelas bunda Maya menarik satu kursi di meja makan itu lalu memandangi anaknya yang sedang makan.

"Bunda beruntung banget punya anak secantik dan sebaik kamu," ujar bunda Maya yang secaa tiba-tiba, sehingga membuat Aurel memberhentikan aktifitasnya sejenak.

"Bunda bisa ajah," balas Aurel dengan senyum yang Bahagia.

"Iya serius, bunda seneng banget bisa punya anak kayak kamu, bunda harap kelak kamu juga bisa mendapatkan suami yang sama baiknya seperti kamu," jelas bunda Maya dan membuat Aurel tersedak.

Uhuk! Uhuk!

"Eh pelan-pelan nak," bunda Maya mengambilkan air putih lalu meminumkannya kepada Aurel.

"Pelan-pelan dong nak makannya," jelas bunda Maya membuat Aurel mengaggukan kepalanya.

"Iya Bun, lagian tadi bunda Kenapa ngomongin suami-suami, kan Aurel jadi tersedak tadi," balas Aurel sedikit kesal.

"Loh? Emangnya bunda salah?" Tanya bunda Maya membuat Aurel menggelengkan kepalanya.

"Nggak salah bunda, tapi kan itu masih lama, Aurel saja baru menginjak SMA," jelas Aurel sambil menggenggam tangan bundanya lalu menciumnya.

"Iya bunda tau itu masih lama, tapi apa salahnya bunda berharap seperti itu? Kamu itu anak baik, jadi carilah laki-laki baik pula ya?" Jelas bunda Maya membuat Aurel mengaggukan kepalanya.

"Insyaallah Bunda," memang tak ada salahnya bundanya berharap masalah itu, apalagi Aurel adalah anak satu-satunya di keluarga ini.

Jadi mereka khawatir dan cemas ketika anak satu-satunya mereka mendapatkan laki-laki yang salah, Aurel bisa memahami itu bagaimana kekhawatiran seorang orang tua kepadanya.

Namun disisi lain hati Aurel masih memikirkan Nicho, laki-laki yang ia anggap orang paling tepat namun ia sudah keburu pergi.

Tapi tak masalah, Aurel akan tetap mempertahankan cintanya untuk Nicho.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status