Share

Game Of War

Author: Grafz23
last update Last Updated: 2025-06-18 11:05:36

MALAM ITU – DI TEPI PANTAI VLAMIERE

Rio duduk sendirian di atas batu karang, sebatang rokok menyala di jarinya. Pandangannya kosong menatap langit malam yang kelam, hanya bintang-bintang redup yang menyaksikan pergulatan batinnya. Desir angin membawa aroma laut dan kenangan pahit tentang Kayla... tentang Damien... tentang semua yang telah pergi.

Langkah tertatih menghampirinya. Andini muncul dari balik bayang-bayang mercusuar, bertumpu pada tongkat penyanggah di tangan kirinya.

"Apa kau butuh seseorang untuk diajak bicara?" tanyanya lembut.

Rio menoleh, buru-buru memadamkan rokoknya, lalu membantu Andini duduk di sampingnya.

"Kau seharusnya istirahat, sayang," ucapnya, mengusap rambut Andini dengan lembut.

Andini tersenyum tipis. "Dan kau seharusnya berhenti menyiksa tubuhmu sendiri, Rio. Luka itu belum sembuh."

Rio menghela napas dalam, menatap ombak yang bergulung malas.

"Aku hanya ingin semuanya selesai. Aku rindu hidup normal... seperti dulu. Seperti malam itu—saat pertama kali ak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Di Ujung Botol   Siapa Dalang Semua ini

    RUANG INTEL – BAWAH TANAH PELABUHAN KARNOSA – 08:05Ruang interogasi yang redup. Hanya satu lampu di atas meja baja yang menyala. Dindingnya beton dingin. Di tengah ruangan, Viktor Zien duduk dengan tangan terborgol di kursi baja, tubuhnya setengah roboh, namun sorot matanya masih tajam.Di balik kaca satu arah, Rio, Zaria, dan Matilda mengamati."Kau yakin ingin menginterogasinya sendiri, Rio?" tanya Zaria.Rio tidak menjawab. Dia membuka pintu interogasi dan masuk perlahan. Pintu menutup otomatis di belakangnya. Sunyi."Selamat pagi, Viktor. Sudah sarapan dengan ketakutan?" Rio menarik kursi, duduk di hadapan musuhnya.Viktor tertawa pendek. "Kau terlihat mirip Damien... Terlalu sentimental. Itu akan membunuhmu suatu saat."Rio mencondongkan tubuhnya. "Yang akan terbunuh sekarang bukan aku. Tapi ratusan penduduk jika kau tidak bicara.""Apa yang kau mau dengar, anak kecil? Lokasi Randu? Sudah telat. Dia bukan lagi sekadar manusia. Dia bagian dari Vireo—satu-satunya suar yang tersisa

  • Cinta Di Ujung Botol   Game Of War

    MALAM ITU – DI TEPI PANTAI VLAMIERERio duduk sendirian di atas batu karang, sebatang rokok menyala di jarinya. Pandangannya kosong menatap langit malam yang kelam, hanya bintang-bintang redup yang menyaksikan pergulatan batinnya. Desir angin membawa aroma laut dan kenangan pahit tentang Kayla... tentang Damien... tentang semua yang telah pergi.Langkah tertatih menghampirinya. Andini muncul dari balik bayang-bayang mercusuar, bertumpu pada tongkat penyanggah di tangan kirinya."Apa kau butuh seseorang untuk diajak bicara?" tanyanya lembut.Rio menoleh, buru-buru memadamkan rokoknya, lalu membantu Andini duduk di sampingnya."Kau seharusnya istirahat, sayang," ucapnya, mengusap rambut Andini dengan lembut.Andini tersenyum tipis. "Dan kau seharusnya berhenti menyiksa tubuhmu sendiri, Rio. Luka itu belum sembuh."Rio menghela napas dalam, menatap ombak yang bergulung malas."Aku hanya ingin semuanya selesai. Aku rindu hidup normal... seperti dulu. Seperti malam itu—saat pertama kali ak

  • Cinta Di Ujung Botol   Bantuan Misterius

    Zaria menarik tubuh Rio keluar dari reservoir yang masih diselimuti asap pekat. Napasnya memburu."Nyaris saja kau jadi abu, Rio," desis Zaria, menggandengnya menjauh dari puing dan api."Rio, bagaimana kondisimu sekarang?" suara Nadia terdengar panik dari earpiece."Aku baik-baik saja, Nadia. Bagaimana dengan Matilda dan tim lainnya?" sahut Rio cepat, meski suaranya terdengar serak dan penuh beban."Mereka berhasil keluar... tapi—" sambungan mendadak terputus."Nadia? Halo?! Nadia!" Rio memukul-mukul earpiece, tapi hanya suara statik yang menjawab.Ia menahan nyeri di dadanya, bangkit dengan susah payah. Bersama Zaria, mereka menuju kendaraan tempur yang tersembunyi di lorong gorong-gorong."Kita harus ke Arca Vault. Sekarang," ucap Rio, melepas jaketnya. Luka besar di dada kirinya menganga, darah masih menetes.Zaria melirik, rautnya menegang melihat tubuh Rio penuh debu, keringat, dan luka. Tapi ia tak berkata apa pun, hanya menginjak pedal gas lebih dalam.Saat mereka sampai, pint

  • Cinta Di Ujung Botol   Jebakan Randu

    Rio, Alinda, Neya, dan Sera melesat dengan kendaraan lapis baja menuju pusat kota Karnosa. Ledakan, sirine, dan asap pekat menyambut mereka dari kejauhan. Kota yang dulunya lebih damai dari Velmora, kini justru tampak seperti zona perang."Ini lebih parah dari yang kubayangkan..." gumam Rio dari kursi belakang, matanya menatap puing-puing bangunan dan lampu jalan yang padam."Randu sudah menghancurkan semuanya," ucap Alinda sambil mengeratkan pegangan setir, melintasi jalanan yang dipenuhi reruntuhan. Gedung walikota jadi tujuan mereka—sebagian atapnya tampak hangus, entah akibat serangan fisik atau digital.Sebuah pesan masuk ke tablet Rio.Matilda:“Rio, pasukan utama Vox sudah tumbang. Tapi aku dapat laporan: Randu terdeteksi di perbatasan Karnosa.”Beberapa detik kemudian, pesan lain menyusul.Pemimpin Fraksi Utara:“Benteng Vox sudah kami hancurkan. Tapi Randu dikabarkan berada di Velmora, bersama para pejabat dan Penatua lama.”Belum sempat Rio mencerna, notifikasi lain kembali

  • Cinta Di Ujung Botol   Pertempuran Nyata

    Kapal akhirnya bersandar di pelabuhan kecil Pulau Vlamiere.Rio menggendong tubuh Andini yang masih lemah, langkahnya mantap menuju gedung mercusuar tua yang kini dijadikan tempat persembunyian.Viktor, sambil menunggu kedatangan Neya dan anggota aliansi lainnya, mengajak Rio berjalan menyusuri hutan mangrove di sisi timur pulau.Tak lama, di antara rerimbun pohon dan kabut tipis, seorang pria tua muncul di ambang pondok kecil.“Ayah!” seru Rio, matanya membelalak, lalu ia berlari memeluk tubuh Robby tanpa ragu.Beberapa langkah di belakang, Anna menyusul, menahan air mata, lalu ikut memeluk keduanya.“Laudya…” bisik Rio saat melihat gadis muda berdiri kaku di depan pintu, mata mereka bertemu dalam diam yang penuh makna.“Maafkan kami, Rio…” ucap Anna lirih sambil mengusap rambut putranya. “Kami menutupi banyak hal darimu. Semua demi keselamatanmu.”“Aku mengerti,” jawab Rio, suaranya bergetar, air mata menetes tanpa suara. “Cepat atau lambat, semua ini akan tetap akan meledak di hada

  • Cinta Di Ujung Botol   Peluru Di Tubuh Andini

    Ledakan tembakan menggema—peluru menghantam tembok dan tanah di sekitar Rio dan Andini. Dengan reflek cepat, Rio menarik tangan Andini, menyeretnya masuk ke dalam bunker yang pintunya terbuka otomatis."Brengsek!" Rio mengumpat sembari menuruni tangga beton yang sempit dan gelap."Mereka tahu kita datang?" tanya Andini, napasnya memburu saat mengikuti Rio di belakang.Mereka merapat ke dinding lorong bawah tanah. Dua jalur bercabang menanti di depan mereka—kiri dan kanan."Viktor, kemana kami harus pergi?" Rio menekan earpiece-nya. "Viktor? Halo?" Tapi tak ada jawaban. Hanya suara statis yang menyusup masuk.Rio menggeram. "Sialan." Tanpa ragu, ia memilih jalur kanan, mengikuti intuisi yang tak pernah sepenuhnya ia percayai.Mereka menyusuri lorong hingga tiba di sebuah pintu besi tua. Rio mengintip dari sela pintu yang terbuka sedikit. Di dalam, ruang keluarga rumah Steven—dan puluhan pasukan Dewan Vox berkumpul lengkap dengan senjata otomatis."Sial. Kita salah jalan," bisik Rio pel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status