Share

Minuman Spesial Buatan Nenek

“Duhh … sakit banget sih ini badan gue,” keluh Ayda saat merasa sakit di seluruh tubuhnya. Alarm yang berbunyi membangunkan Ayda dari tidurnya. Dengan perlahan ia mengerjapkan mata dan merasa kesulitan untuk bergerak. Sampai akhirnya, setelah sepenuhnya sadar Ayda langsung membelalakkan mata ketika melihat Arya yang tidur tepat di hadapannya. “Aaaa!” teriak Ayda sambil mendorong tubuh Arya dengan sangat kencang.

Brukkk!

Tubuh yang masih belum mendapatkan kesadaran sepenuhnya pun langsung terjatuh ke lantai setelah mendapatkan serangan dadakan. “Aydaaa!” pekik Arya yang merasa sangat terkejut sekaligus sakit pada tubuhnya.

Ayda yang merasa bersalah pun langsung bangkit dari posisi tidurnya dan membantu Arya untuk bangun. Akan tetapi, dengan kasar Arya menolaknya.

“Kamu itu bisa ngga sih ngga bikin saya kesal sekali aja! Baru juga nikah sehari sama kamu, tapi badan saya udah remuk semua,” keluh Arya sambil memegang pinggangnya.

Sedangkan Ayda yang merasa tidak enak pada Arya pun langsung berusaha untuk memijatnya. “Iya maaf, Pak. Sini saya pijit biar enakan,” imbuhnya sambil perlahan menekan bagian pinggang Arya.

Kejadian malam pertama yang sangat membingungkan membuat Ayda berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Tidak ada hal romantis dan manis yang terjadi di antara mereka. Setelah membantu Arya yang terus muntah, Ayda langsung tertidur dalam posisi di samping Arya yang meminta dirinya untuk memijat kepala.

Hingga akhirnya, seperti inilah jadinya. Sikap tidur yang tidak sempurna membuat Ayda berada dalam rengkuhan tubuh Arya tanpa sedikit pun jarak. Dengan penuh hati-hati Ayda memijat pinggang Arya. Untuk pertama kalinya ia bersikap layaknya seorang istri yang menyiapkan segala keperluan suami.

“Jangan berpikiran yang macam-macam ya. Saya tidak melakukan hal aneh pada kamu semalam,” jelas Arya tanpa ditanya.

“Hmm,” gumam Ayda yang merasa tidak perlu menanggapinya dengan intens. Setelah selesai dengan tugas tukang pijatnya, Ayda pun bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat kerja.

Statusnya sebagai istri seorang CEO sama sekali tidak mempengaruhi hidupnya. Tidak ada kemewahan atau perlakuan khusus yang ia dapatkan, tetapi malah sebaliknya. Setelah selesai bersiap, Ayda pun langsung berjalan keluar kamar. Dengan rambut terurai, Ayda mengenakan rok ketat dengan panjang sebawah lutut dan baju berwarna cokelat muda.

Sambil memeriksa tasnya, Ayda berjalan tanpa melihat jalan. Hingga akhirnya, secara tidak sengaja ia hampir saja menabrak Marisa, ibu Arya yang terlihat baru pulang olahraga. Dengan canggung Ayda mencoba untuk menyapanya. Akan tetapi, tatapan tajam yang Marisa berikan membuat Ayda merasa kaku dan hanya bisa tersenyum untuk mencairkan suasana. Dengan perlahan Ayda pun melanjutkan langkahnya.

“Dimana kamu mengenal Arya?” tanya Marisa dengan nada yang terdengar sangat dingin.

Namun, dengan penuh percaya diri. Ayda berusaha untuk menjawabnya. “Saya bertemu dengan pak Arya di jalan tante, saat itu saya sedang mengalami kesulitan dan pak Arya datang membantu saya. Sejak saat itu kami mulai berteman, saling kenal, dan berakhir dengan menjalin hubungan,” jelasnya dengan wajah yang terlihat sangat meyakinkan.

Meskipun nyatanya semua yang dikatakan Ayda hanyalah sebuah kebohongan, tetapi Ayda tidak bisa mengungkapkan keadaan sebenarnya. Pasal lima yang ada dalam surat kesepakatan mengikat Ayda untuk tidak memberitahukan alasan dibalik pernikahan, selain cinta. Hingga akhirnya, Ayda harus terlatih untuk berbohong agar tidak timbul masalah.

“Oh … jadi anak saya membantu kamu dan kemudian jatuh cinta dengan cewek kampungan kayak kamu? Heran deh saya, sebenarnya apa sih yang Arya lihat dari kamu? Tapi iya sudahlah. Sekarang kamu pergi ke meja makan, karena semua keluarga sudah menunggu kamu di sana,” ucap Marisa yang langsung pergi begitu saja.

Dalam hati Ayda merasa sangat kesal dan ingin membalas ucapan pahit yang dikatakan ibu mertuanya. “Begini ya rasanya punya ibu mertua,” gumamnya sambil berjalan menuju meja makan.

Sambil berusaha mengatur napas, Ayda tak ingin rasa kesalnya membuat mood di pagi harinya menjadi hancur berantakan. Sesampainya di meja makan, Ayda langsung duduk di samping Arya yang terlihat sudah menunggunya. Setelah menyapa semua keluarga, Ayda pun menatap Arya yang seakan ingin bicara padanya.

“Kalau saya bilang iya, kamu jawab iya. Oke?” bisik Arya tepat di telinga kiri Ayda.

“Hmm oke,” balas Ayda dengan cepat tanpa mengetahui dengan jelas apa yang dimaksud oleh Arya.

Menu makanan yang sudah tersaji benar-benar membuat siapa pun yang melihatnya akan merasa lapar. Semua keluarga yang sudah berkumpul untuk sarapan bersama terlihat sudah tidak sabar. Namun, saat Ayda baru saja hendak mengambil sepotong roti. Tiba-tiba Arya langsung menggenggam tangan kirinya dengan sangat erat.

“Sebelum kita sarapan. Ada sesuatu yang ingin Arya katakan. Mungkin ini sedikit pengumuman juga, kalau Arya dan Ayda sudah sepakat untuk … menyembunyikan pernikahan kita di kantor,” tutur Arya secara tiba-tiba. “Iya ‘kan sayang?” tanyanya sambil menatap Ayda yang terlihat kebingungan.

Dengan cepat Ayda pun menganggukkan kepala. “I-iya, Ayda setuju,” imbuhnya.

Di antara semua keluarga, yang terlihat tidak terima dengan keputusan Arya adalah Darma. Ayda bisa melihat dengan jelas bagaimana tatapan sendu nenek Darma yang pasti sulit untuk menerima kebohongan dalam sebuah hubungan pernikahan.

“Bagaimana yang lain? Kalian juga setuju ‘kan?” tanya Arya untuk memastikan.

“Tidak! Nenek tidak setuju dengan keputusan kalian. Memangnya pernikahan ini sebuah permainan atau kesepakatan yang bisa diatur seenaknya? Lagi pula pernikahan itu kabar bahagia. Kenapa kalian harus menutupinya?” elak Darma yang terlihat sangat kecewa.

Namun, Arya yang sudah bulat dengan keputusannya terus berusaha untuk meyakinkan neneknya. “Semua ini Arya putuskan dengan banyak pertimbangan, Nek. Keadaan di kantor sekarang sedang tidak baik-baik saja. Banyak gosip tentang percintaan kantor yang sangat meresahkan,” ungkapnya yang berusaha mencari alasan.

Sedangkan Ayda yang merasa aneh dengan ucapan Arya pun langsung mengernyitkan dahinya. “Maksudnya romansa kantor?” tanyanya untuk memastikan.

“Nah iya. Romansa kantor yang pasti akan membuat pekerjaan Arya terganggu kalau sampai … semua karyawan Arya mengetahui soal pernikahan ini. Lagi pula Ayda baru saja masuk kerja di kantor Arya. Rasanya pasti akan menimbulkan banyak gosip aneh kalau tiba-tiba muncul berita Arya menikahinya.” Arya menatap Ayda dan memberikan kode persetujuan.

Tanpa berpikir lama, Ayda pun langsung bergelayut manja di lengan Arya. “Iya Nek. Semua perkataan pak Arya itu benar. Ayda juga setuju dengan keputusan ini, lagi pula ini bukan untuk selamanya. Iya ‘kan?” ucapnya sambil melihat ke arah Arya dengan senyuman menggoda.

“I-iya. Arya hanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk mengatasi segalanya. Jadi, setelah tiga bulan. Arya akan mengumumkan pernikahan ini dan membuat pesta resepsi pernikahan.” Arya mengecup kening Ayda tanpa ragu. “Kamu setuju ‘kan sayang?”

Dengan hati yang entah mengapa terasa berdebar, Ayda langsung menganggukkan kepala. “Kenapa harus kecup kening segala sih?” tanyanya dalam hati setelah mendapatkan serangan mendadak dari Arya, suaminya.

“Baiklah. Kalau kalian memang sudah memikirkan hal ini dengan matang, tapi ada satu syarat yang harus kalian penuhi,” ujar Darma yang selalu bersikap tegas.

Dengan ragu Arya pun tersenyum dan menatap sang nenek yang selalu menginginkan hal aneh darinya. “Syarat?” urainya untuk memastikan.

“Iya. Syaratnya adalah kamu harus berangkat kerja dan pulang bareng dengan Ayda. Tidak ada lembur, sampai kalian mengumumkan pernikahan,” jelas Darma dengan senyum penuh kemenangan.

Sedangkan Arya yang merasa terbebani dengan syaratnya pun hanya bisa tersenyum dan menerima segalanya. Suasana sarapan pagi yang semula terasa tegang pun kembali mencair. Ayda melahap roti berisi selai cokelat sambil memikirkan hal apa yang terjadi selanjutnya.

Setelah selesai sarapan, Ayda pun mengikuti langkah Arya yang mengajaknya untuk berangkat kerja bersama. Meskipun masih terasa canggung, tetapi ia berusaha untuk bersikap profesional sesuai dengan posisi tugasnya.

“Apa jadwal saya pagi ini?” tanya Arya saat dalam perjalanan keluar rumah.

“Bapak ada jadwal rapat pagi ini dengan Pak Guntoro,” jawab Ayda dengan sigap.

“Lalu?” Arya kembali bertanya sambil merapikan jasnya.

Setelah melihat jadwal harian atasannya, Ayda pun hendak menjawab kembali pertanyaan yang Arya ajukan. Akan tetapi, panggilan seseorang menghentikan niat Ayda yang langsung membalikkan badan ke arah sumber suara.

“Jangan pergi dulu. Nenek punya sesuatu untuk kalian,” seru Darma sambil berjalan cepat ke arah Ayda dan Arya.

Dengan tatapan heran, Ayda melihat sesuatu yang nenenk Darma pegang. “Itu apa, Nek?” tanyanya yang merasa penasaran.

“Ini minuman khusus untuk kamu. Semalam ‘kan nenek sudah memberikan minuman spesial untuk Arya. Jadi, sekarang giliran kamu yang harus menghabiskan minuman ini,” urai Darma sambil memberikan segelas minuman berwarna kuning pekat untuk Ayda. “Habiskan ya.”

Ayda hendak menolaknya, tetapi Arya langsung mengambil alih gelas itu dan menatapnya. “Ayo sayang. Nenek sudah membuatkan minuman ini dengan penuh kasih sayang. Saya yakin kamu pasti akan sangat menyukainya,” lirih Arya dengan senyuman menyebalkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status