Home / Romansa / Cinta Dibalik Kesepakatan / Pahitnya Malam Pertama

Share

Pahitnya Malam Pertama

Author: Mei.10
last update Last Updated: 2022-08-14 13:13:18

“Ini kamar kamu dan Arya. Nenek sudah menyiapkan segalanya. Kamu bisa mandi dan bersiap untuk malam pertama kalian,” ucap Darma, nenek Arya yang terlihat sangat menyukai Ayda.

“Ma-malam pertama?” Ayda tersenyum gugup saat mendengar dua kata yang membuat jantungnya langsung berdegup kencang.

Darma pun ikut tersenyum dan memahami kegugupan yang Ayda rasakan. “Jangan khawatir, Arya adalah lelaki yang lembut. Nenek yakin dia pasti akan memperlakukan kamu dengan baik. Selama ini nenek tidak mengira kalau dia bisa mendapatkan istri yang baik seperti kamu. Selama ini dia selalu menghabiskan waktu untuk bekerja dan bekerja,” urainya yang berusaha untuk membuat Ayda merasa nyaman.

Memiliki keluarga yang penuh kehangatan memang menjadi impian dari setiap orang. Ayda bersyukur karena nenek Darma bisa memahami dirinya meskipun belum mengenal lama. “Terima kasih Nek. Ayda senang bisa diterima dengan baik di keluarga ini,” sahutnya dengan senyum bahagia.

Tanpa berlama-lama, Ayda pun langsung masuk ke kamar yang terlihat sangat luas. Berbagai barang yang terlihat asing mengisi setiap sudut ruangan. Setelah seharian sibuk dengan acara pernikahan, kini Ayda bisa beristirahat sejenak. Keputusan terbesar dalam hidupnya telah membuat kehidupan Ayda benar-benar berubah.

Keadaan yang memaksa membuat Ayda harus menerima tawaran pernikahan. Beberapa kali Ayda berpikir akan konsekuensi yang harus ia terima. Akan tetapi, rasanya akan sangat menyedihkan saat nantinya ia merasa menyesal. Setelah mandi dan berganti pakaian. Arabella berencana untuk menjenguk ayahnya di rumah sakit.

Setelah mengambil pakaian dari dalam koper, Ayda pun beranjak menuju kamar mandi yang ia yakini ada di pojok ruangan sebelah kiri. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang yang terdengar tak asing.

“Kamu tidak perlu ke rumah sakit untuk malam ini. Saya sudah menyuruh supir saya untuk menjaga ayah kamu di sana. Akan aneh rasanya kalau kamu pergi ke rumah sakit di malam pertama kita. Jadi, jangan membantah omongan saya dan mandilah,” titah Arya yang berdiri tegak di dengan Ayda sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana.

Tanpa mengatakan apa pun, Ayda hanya menganggukkan kepala. Setidaknya dengan begitu ia bisa langsung beristirahat setelah selesai mandi. Tubuh yang sudah terasa lengket membuat Ayda bergegas masuk ke kamar mandi setelah Arya selesia dengan perkataannya.

“Hei. Jangan menyentuh peralatan mandi saya!” ujar Arya yang teringat dengan barang pribadinya.

“Wahh saya pinjam sikat giginya!” sahut Ayda dari dalam kamar mandi yang sengaja menggoda Arya.

“Aydaa!” pekik Arya dengan wajah yang menahan marah.

Sedangkan Ayda yang berada di dalam kamar mandi hanya tertawa dan melanjutkan aksi mandinya. Fasilitas yang sangat lengkap membuat Ayda betah berlama-lama berada di dalam kamar mandi. Untuk pertama kalinya, Ayda bisa menikmati air hangat sambil merendam tubuhnya di bak mandi. Sabun dengan wangi lemon membuat semangat Ayda kembali terisi.

Setelah selesai, Ayda pun langsung mengeringkan rambutnya dan menggulungkan handuk di tubuhnya. Dengan santai ia berjalan keluar mandi dan mengibaskan rambutnya. Akan tetapi, betapa terkejutnya Ayda saat melihat kehadiran Arya yang sudah berdiri tepat di depan pintu kamar mandi dengan tatapan menyeramkan.

“Astaga. Bapak ngapain berdiri di sini?” tanya Ayda yang merasa heran dengan sikap suaminya.

“Saya ingin memastikan apakah kamu memakai sikat gigi saya atau tidak,” jawab Arya dengan polosnya dan beranjak masuk ke kamar mandi.

Melihat tingkah lucu Arya, Ayda pun menahan tawa dan menggelengkan kepala. Ia tidak menyangka lelaki dingin sepertinya sangat menyayangi sebuah sikat gigi. “Aneh emang, untung aja ganteng,” gumamnya dan bergegas memakai pakaian di ruang ganti.

Setiap keperluan yang Ayda perlukan benar-benar sudah disiapkan dengan baik. Mulai dari handuk, baju tidur, dan bahkan make up sudah disiapkan dengan sangat lengkap. Dalam hati Ayda bertanya-tanya tentang siapa yang sudah menyiapkan segala keperluannya. Setelah melewati masa terberat dalam hidup, setidaknya perhatian seperti ini bisa membuat Ayda kembali merasa bahagia.

Setelah mengenakan baju piyama berwarna merah, Ayda pun berjalan keluar ruang ganti. Namun, lagi lagi Ayda dikejutkan dengan penampakan di depannya. Sebuah badan yang terekspos dengan sangat jelas membuat Ayda seketika menutup matanya. “Ihhh Pak Arya! Kenapa ganti baju di sana?” pekik Ayda yang merasa jantungnya tidak baik-baik saja.

“Memangnya kenapa? Ini kamar saya. Jadi bebas dong saya mau ganti baju dimana,” timpalnya sambil mengenakan baju putih polos setelah membiarkan setiap lekuk tubuhnya terlihat oleh Ayda, kecuali bagian bawahnya.

“Ya ampun, mata gue sudah ternodai,” gumam Ayda dalam hati sambil berjalan menuju tempat tidur.

Rasa lelah membuat Ayda ingin segera memejamkan mata. Akan tetapi, saat baru saja ingin merebahkan tubuhnya. Arya kembali menghentikan Ayda yang langsung mengernyitkan dahinya.

“Jangan tidur di sana! Enak aja. Saya itu bos kamu. Jadi, sudah seharusnya kamu tidur di sofa,” jelas Arya yang langsung berjalan menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya.

Ayda yang merasa tak terima pun berusaha untuk menyanggah. “Perasaan masalah tempat tidur itu nggak ada dalam kesepakatan deh, Pak. Memangnya kenapa kalau kita tidur di kasur yang sama? Lagi pula Bapak dan saya juga tidak akan melakukan apa-apa,” ungkapnya yang berusaha bernegosiasi dengan Arya.

Akan tetapi, dengan cepat Arya menolaknya. “Saya tidak bisa menjamin kamu tidak melakukan apa-apa. Bisa aja kamu jadi merasa terpesona dan berusaha untuk menyentuh saya.” Arya menarik selimut dan menutupi tubuhnya.

Sedangkan Ayda yang merasa tak terima dengan tuduhan Arya pun langsung membulatkan matanya. “Seharusnya saya yang ….”

“Arya … Ayda!” panggil Darma yang terdengar sangat tiba-tiba.

Sontak Arya pun langsung menarik Ayda ke dalam pelukannya saat melihat pintu kamar terbuka. “I-iya Nek,” sahutnya sambil mengelus pucuk kepala Ayda dan mendekap erat tubuhnya.

“Ya ampun kalian berdua memang so sweet banget sih. Nenek ke sini karena mau kasih ini untuk kalian berdua. Diminum ya,” ucap Darma sambil memberikan secangkir minuman ke arah Arya.

Dengan terpaksa Ayda menerima perlakuan Arya yang membuat napasnya terasa sesak. Ia bahkan membiarkan Arya mengelus rambutnya yang membuatnya sulit untuk bergerak. “I-itu apa Nek? Apa Ayda juga boleh meminumnya?” tanyanya yang mencoba untuk bersikap baik.

“Ini minuman spesial yang akan membuat malam pertama kalian semakin spesial, tapi kamu tidak boleh meminumnya ya Ayda. Ini khusus nenek buatkan untuk Arya,” jelas Darma yang terlihat sangat bersemangat. “Ayo Arya kamu habiskan minumannya ya,” sambungnya dengan sedikit memaksa.

Ayda yang melihat ekspresi ragu suaminya saat meneguk minuman itu pun menahan tawa. “Selamat menikmati suamiku,” bisiknya yang membuat Arya langsung membulatkan matanya.

Setelah memastikan minuman buatannya habis tak tersisa, Darma pun beranjak keluar kamar. “Selamat bersenang-senang,” serunya sebelum menutup pintu.

Dengan senyum menahan tawa,  Ayda pun melambaikan tangannya. Hingga tepat setelah pintu tertutup, Ayda pun langsung melepas tawanya. Terlebih saat melihat Arya yang langsung berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan minuman yang baru saja dinikmati dengan terpaksa.

“Nenek memang selalu bisa membuat saya bahagia,” ujar Ayda sambil terus tertawa sambil memegang perutnya.

Malam pertama yang bisa dilalui dengan penuh keromantisan tidak berlaku bagi Ayda dan Arya. Terlebih minuman spesial yang diberikan pada Arya membuat Ayda harus ikut menerima getahnya. Arya terus muntah-muntah dan membuat Ayda langsung berlari menghampirinya.

“Rasanya sangat pahit,” keluh Arya yang terlihat mulai berkeringat.

“Sepahit itu ya?” tanya Ayda sambil mengambilkan handuk untuk mengelap wajah Arya.

Keduanya berada di dalam kamar mandi dengan posisi saling berhadapan. Hingga tanpa sadar, Arya menggenggam erat tangan Ayda saat rasa pahit dalam mulutnya kembali terasa dan membuatnya ingin kembali memuntahkannya.

“Kenapa rasanya aneh saat pak Arya pegang tangan gue?” tanya Ayda dalam hati sambil mengelus pundak Arya dan berusaha menenangkannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Dibalik Kesepakatan   Yuk Mulai! (Tamat)

    *** “Aydaaaaa!” teriak seseorang sambil merentangkan tangannya. Begitu juga dengan Ayda yang ikut merentangkan tangan sambil berlari menghampiri sosok yang sangat berarti dalam hidupnya. “Ayda kangen banget sama Nenek,” lirihnya dalam pelukan hangat yang sudah lama tak ia rasakan. “Nenek juga sangat merindukan kamu, Ayda. Setelah sekian lama, akhirnya nenek bisa bernapas lega saat melihat kehadiran kamu kembali di rumah ini,” sahut Darma yang sudah setia menanti. Ayda yang merasa terharu pun meneteskan bulir air mata dan langsung menghapusnya. “Maafkan Ayda ya, Nek. Selama ini Ayda pasti sudah membuat hati Nenek sangat terluka,” ungkapnya merasa menyesal. Saat teringat dengan kehadiran Darma secara berulang kali untuk membujuk dirinya yang hanya menyisakan luka. “Sudahlah. Nenek sudah mengetahui alasan dibalik sikap dingin kamu. Sekarang kita lupakan semua masa lalu dan mulai lembaran baru,” sergah Darma yang tak ingin merusak suasana. Tanpa mengingat kenangan pahit dalam hidup,

  • Cinta Dibalik Kesepakatan   Perbedaan Kamu dan Hujan

    “Kejarlah. Kalian memang ditakdirkan untuk bersama.” Kalimat yang terdengar menenangkan membuat senyum mengembang sempurna di wajah Ayda. Setelah perjuangan panjang kini akhirnya, ia bisa bernapas lega. Merangkai kisah yang terhenti dengan hati yang telah pulih. “Terima kasih … Ibu,” urai Ayda dengan tatapan penuh kasih sayang. Marisa yang tak menyangka Ayda akan memanggilnya ibu pun langsung meneteskan air mata. Menantu yang selama ini sangat ia benci ternyata memiliki hati yang tulus dan kuat. “Pesawatnya akan pergi dalam waktu satu jam dari sekarang. Cepatlah kejar Arya!” titah Marisa memberitahu Ayda. Tanpa berpikir lama, Ayda pun langsung menganggukkan kepala. saat hendak melangkah pergi, tak lupa Ayda bersalaman dengan Marisa dan mengecup sekilas pipinya. “Ayda tidak akan melupakan kebaikan ibu,” ujarnya dan langsung berlari ke tepi jalan. Mencari kendaraan yang bisa membawanya pada Arya. Dengan penuh semangat, Ayda menunggu taksi yang lewat. Hingga akhirnya, setelah menunggu

  • Cinta Dibalik Kesepakatan   Sangat Mencintai Arya

    “Tidak Ayah. Ayda sudah tidak memiliki hak atas hubungan ini.”Dengan tatapan penuh keyakinan, Rahman berusaha menggapai tangan Ayda yang terkepal kuat. “Kamu selalu memiliki hak atas hubungan ini, Ayda. Ego yang membuat kamu membatasi sesuatu yang tak terbatas. Selama ini kalian terpisah dengan jarak yang diciptakan oleh Marisa, tapi sekarang Tuhan telah memberikan jalan.” Rahman menjeda kalimatnya.Tatapan terus tertuju pada Ayda yang terlihat kehilangan arah. “Sampai kapan Ayda? kamu akan berbohong pada diri kamu sendiri? Apalagi yang harus kamu pikirkan. Saat ini Arya sudah menyerah. Lalu apa kamu akan melakukan hal yang sama?” sambungnya penuh dengan tanya.Sementara itu, pikiran yang kembali berkecamuk membuat Ayda merasa tertekan. Kenyataan dan perasaan berjalan tak beriringan. Ingin rasanya Ayda berlari ke tempat jauh tanpa masalah dan kembimbangan hati yang mengikutinya. Setelah berpikir keras, Ayda pun mendongakkan wajah menatap ke arah Rahman yang berdiri di hadapannya.Ber

  • Cinta Dibalik Kesepakatan   Belum Terlambat

    “Sudah tidak ada yang harus dipertahankan. Hubungan ini hanya akan saling menyakiti. Saya sudah cukup banyak belajar dari kisah ini. Terima kasih Mas … atas kenangan indah yang telah kamu berikan beserta kehadiran Amara di dalamnya.”Dengan raut penuh luka, Arya mengulum senyuman. “Tidak saya sangka hubungan kita akan berakhir dengan cara ini Ayda. cinta dibalik kesepakatan harus berakhir di atas sebuah keputusan yang sangat menyakitkan. Saya sadar hubungan ini berawal dari sisi egois saya. Namun, satu hal yang saya yakini. Saya tidak akan pernah menyesal.”Tanpa mengatakan apapun, Ayda hanya mengepal kuat kedua tangannya.“Terima kasih untuk kehadiran kamu dan Amara dalam hidup saya. titip putri kecil saya. Saya berikan kebebasan sepenuhnya pada kamu untuk mengurus perceraian kita. Saya tidak akan menghalangi kebahagiaan kamu yang sudah tidak memiliki tempat untuk saya di dalamnya,” sambung Arya yang lebih terlihat pasrah.Sementara itu, Ayda yang merasakan hatinya semakin hancur han

  • Cinta Dibalik Kesepakatan   Tidak Ingin Memaksakan Hati

    [“Apa yang kamu bicarakan Ayda? Mana mungkin ibu kamu melakukan hal seburuk itu.”]Ayda mengernyitkan dahinya saat Rahman mengelak dari pembicaraan yang mengarah pada masa lalu. Ia bahkan tak kunjung mendapatkan jawaban pasti tentang apa yang sebenarnya terjadi. Hanya ada pertanyaan yang terus terlontar sebagai bahan untuk menghindar.Rasa curiga yang sudah ada pun semakin berkembang nyata. Ayda hanya bisa meratapi nasib yang kini terasa kembali memburuk. Namun, kehadiran sang buah hati di dunia ini seakan memberikan semangat baru dalam hidup Ayda. Ia tak akan pernah menyerah. Masa lalu tak akan mempengaruhi apa yang saat ini sedang ia alami.“Baiklah. Ayda tunggu kehadiran ayah,” ucap Ayda pasrah saat Rahman masih belum siap untuk terbuka padanya.Setelah menutup panggilan telepon, Ayda pun hendak beristirahat sejenak. Menenangkan pikiran sambil menatap sendu ke arah bayi mungil yang tertidur sangat lelap. Situasi yang sulit ditebak membuat Ayda bahkan belum sempat memikirkan nama ya

  • Cinta Dibalik Kesepakatan   Apa Benar?

    “Saya bukan berasal dari keluarga kaya. Saya tidak sepadan dengan keluarga Arya yang bergelimang harta. Dengan latar belakang saya ini, Tante membenci saya dan bahkan menyuruh saya untuk meninggalkan Arya meskipun saya sedang mengandung anaknya,” ungkap Ayda yang tidak ragu untuk mengungkapkan perasaanya.Sudah cukup selama ini dirinya diam. Sekarang tidak lagi, Ayda harus berani menyuarakan isi hati dan pikiran di akhir statusnya sebagai seorang istri. “Benar ‘kan Tante? Itu alasan dibalik rasa benci yang Tante rasakan pada saya.” Ayda mengangkat wajahnya dengan penuh keberanian.Menatap Marisa yang terlihat sangat serius menanggapi perkataannya. Suasana pun mulai terasa menegangkan. Saat yang dinanti akhirnya tiba, Ayda berharap bisa melepaskan semua rasa sesak di dada yang disebabkan oleh sikap ibu mertuanya.“Sudah berani ya kamu sekarang? Baiklah. Saya akan memberitahu kamu alasan dibalik rasa benci yang selama ini saya miliki untuk kamu,” sahut Marisa dengan tatapan yang sulit d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status