Share

Chapter 3

Kantin selalu ramai seperti biasanya dan kebetulan satu jam lagi Raynelle masih memiliki kelas terakhir yang harus dia ikuti, alhasil dari pada keluar gedung hanya untuk mencari makanan mengisi perut Raynelle lebih memilih menuju ke kantin bersama siswa lainnya.

Segerombolan pria datang bergabung di satu meja yang sama bersama Raynelle termasuk salah satu pria yang menghadangnya tadi pagi. Raynelle mengabaikan ke empat orang yang tidak di kenalnya itu dengan memakan makanannya lalu segera pergi.

“Aku dengar kau adalah Raynelle, gadis yang sangat disukai oleh para pengajar karena kepintaranmu kan?” tanya Martin, sedikit memuji tapi tidak berpengaruh apa-apa untuk Raynelle.

Raynelle pura-pura tidak mendengar tapi salah satu diantara mereka ikut berbicara, “Rumor yang mengatakan mengenai sikap dinginmu itu memang benar, tidakkah kamu ingin mengatakan sesuatu pada kami?” kata Andrew.

“Hhh...,” Raynelle menghela nafas, ia kehilangan nafsu makannya, ia tidak mengerti kenapa para pria tak dikenalnya ini tiba-tiba bersikap mengenalnya, Raynelle benci orang yang pura-pura seperti mereka. Sendok yang dipegang diletakkan di atas wadah makanannya kemudian menatap pria di depannya itu satu persatu.

“Apa aku mengenal kalian?” tanya Raynelle.

Ke empatnya secara kompak menggeleng lalu Raynelle kembali bicara, “Itu cukup menjadi jawaban dariku untuk tidak menjawab apapun pertanyaan dari kalian.” ujar Raynelle sembari berpindah tempat.

Chris menatap ketiga teman nya kemudian menggelengkan kepala pelan sebelum ikut duduk di samping Raynelle kembali.

“Maaf jika teman-temanku tidak membuatmu nyaman.” ucap Chris.

Raynelle mengabaikan Chris, Chris duduk menghadap gadis itu. “Apa aku tidak boleh mengenalmu?” katanya lagi.

Sejenak Raynelle memejamkan matanya, geram, kemudian menoleh untuk balas menatap Chris, “Aku tidak peduli taruhan apa yang sedang kalian mainkan tapi perlu aku tegaskan, apapun taruhan itu jangan pernah mengikut campurkan masalahmu denganku.” Raynelle berdiri meninggalkan Chris, minat Raynelle untuk menyantap makanan sudah hilang entah kemana.

Chris sedikit tercengang dengan jawaban Raynelle, “Dia benar-benar sangat dingin, tapi bagaimana bisa dia tau jika aku membuatnya masuk kedalam taruhan?” gumamnya.

“Dia mengabaikanmu lagi?” kekeh Ben bernada mengejek.

Chris berdecih, “Jika bukan karena taruhan itu aku juga tidak sudi mendekati perempuan sepertinya, meskipun dia terkenal sangat pintar namun cara berpakaiannya sangat membosankan.” Ujar Chris merendahkan, Martin dan Andrew tertawa di belakang Chris.

Ben menepuk bahu Chris, “Kami masih menunggu usahamu untuk mendapatkan hati Raynelle.” Ben berucap menyemangati.

Chris terdiam, ia masih tidak mengerti kenapa gadis seperti itu menolaknya dengan mudah, padahal banyak gadis lain yang dengan mudah Chris dapatkan, tapi dengan gadis pintar yang satu ini kenapa sulit sekali? Kata-kata yang Raynelle ucapkan tadi juga terdengar seperti ancaman ketimbang peringatan.

Kenapa Chris merasa ada sesuatu yang besar di balik sifat Raynelle yang tidak terbaca? Mungkin hanya firasatnya saja. 

“Kau mengikutiku sampai kesini?” ujar Raynelle.

Chris menggeleng, “Hanya kebetulan aku memiliki kelas yang sama denganmu, apa kau pikir ini adalah takdir kita?” Chris mengedipkan sebelah mata, Raynelle memutar bola matanya malas memilih untuk tak menanggapi pria disampingnya ini lagi. Chris tersenyum sembari menatap Raynelle dari samping.

“Aku pikir aku mulai tertarik denganmu,” kata Chris mencoba menggoda Raynelle tapi gadis itu bahkan tidak peduli sedikitpun, “Aku merasa kau jauh lebih cantik dari gadis yang pernah aku lihat.” katanya lagi, jelas kalimat itu hanyalah bualan.

Raynelle mendengus menoleh menatap Chris, “Apa kau sudah selesai berbicara?” tanya Raynelle mulai jengah dengan Chris.

Chris menggeleng, “Aku tak akan bisa berhenti untuk menatapmu.” jawab Chris.

“Baiklah, terserah kau saja.” Raynelle kembali fokus pada seorang pengajar di depan sana sedangkan Chris terus menatap Raynelle nyaris tanpa berkedip.

Namun, di beberapa baris bagian belakang yang ditempati oleh Raynelle, Claire terlihat kesal sembari menusuk nusukkan pena nya diatas buku. Disamping Claire ada Harper yang juga menyadari arah pandang Claire kali ini.

“Berani sekali si nerd itu mendekati Chris, apa dia tidak tau jika Chris hanya bisa dimiliki olehku.” geramnya.

“Kau harus segera bertindak Claire atau dia akan merebut Chris darimu.” kata Harper membumbui.

“Itu tidak akan pernah terjadi!” Claire menekan pena diatas buku tak peduli buku yang ia tusuk itu akan berlubang karena ulahnya.

Raynelle segera keluar dari kelas setelah pelajaran yang di berikan selesai. Namun, Chris justru ketiduran yang diabaikan oleh Raynelle begitu saja, tapi seperti biasanya Claire beserta minion nya menghalangi langkah Raynelle untuk maju.

“Apa kau tidak puas selalu menggangguku?” tanya Raynelle lebih dulu.

Harper tersenyum miring, “Bagaimana kami bisa puas mengganggumu jika kehadiranmu saja telah mengganggu mata kami.”  jawabnya. Raynelle berdecih pelan.

“Kalau begitu jangan gunakan matamu untuk melihat, kau bisa mengeluarkan bola matamu dari tempatnya agar tak membuatmu merasa terganggu lagi.” Raynelle kemudian melewati ketiga perempuan itu.

Claire bersama Harper menarik paksa Raynelle untuk mengikuti mereka sedangkan Emma mengambil buku-buku Raynelle yang berjatuhan kemudian menyusul kedua temannya yang membawa Raynelle.

Claire mendorong kasar Raynelle sampai menghantam dinding cukup keras, “Kenapa kau tidak pindah ke sekolah lain, kenapa harus disini yang membuatku selalu muak melihat wajahmu jelek ini!” ujarnya sembari mendorong kepala Raynelle.

Raynelle mulai kesal, dia mengepalkan tangannya ingin menghajar Claire namun Raynelle tetap berusaha menahan amarahnya.

“Ingatlah, kau itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kami, kau juga tidak pantas mendekati Chris karena hanya aku yang boleh dekat dengan nya, kau paham!”

Raynelle tersenyum tipis, tidak akan seru jika menghajar Claire, mungkin akan lebih seru jika mempermainkan perempuan satu ini dengan memperalat Chris untuk membalas tindakan Claire yang seenaknya, Claire merasa dialah perempuan paling cantik dan berkuasa di sekolah itu, tapi tidak akan lama lagi anggapan itus egera berubah.

Claire mencengkeram rahang Raynelle dengan kuat, “Jangan coba-coba mendekati Chris-ku lagi atau aku tidak akan tinggal diam.” ancam Claire dengan mata bulatnya.

‘Lakukan hal sesukamu biitch karena aku juga tidak akan membiarkanmu menang dan bahagia setelah ini’.  Batin Raynelle tersenyum sinis, Claire menghempaskan cengkramannya dari rahang Raynelle kemudian meninggalkan gadis itu sendirian namun Harper masih sempat mendorong kepala Raynelle sebelum mengikuti Claire.

Emma memberikan buku Raynelle kemudian mengikuti kedua temannya yang sudah pergi.

“Aku mencarimu tapi ternyata kau bersembunyi di sini?” tiba-tiba Chris datang terlihat seperti habis berlari.

“Untuk apa aku bersembunyi darimu?” Raynelle menyahut, pria itu mengedikkan bahunya. “Tapi aku ingin mengatakan sesuatu padamu,” imbuh Raynelle.

Chris tersenyum, “Katakan saja aku akan memikirkan jawabannya dengan cepat,” ujarnya dengan semangat.

Raynelle menarik salah satu sudut bibirnya, “Apa yang membuatmu mendekatiku dari tadi pagi, apa itu karena kau bertaruh pada teman-temanmu?”

“Itu benar, aku mempertaruhkan mobilku agar dapat berkencan denganmu,” jawab Chris jujur.

Sesuai dugaan Raynelle, ini akan menjadi lebih mudah, “Aku bisa membantumu mempertahankan mobilmu jika kau juga bisa membantuku.”

“    Wah, secepat ini? Aku pikir akan sulit mendekatimu karena sejak tadi kau terus mengabaikanku.”

“Tadinya aku tidak peduli, tapi sekarang kurasa aku ingin sedikit melakukan sesuatu untuk membalas seseorang.” jawab Raynelle.

“Apa kau ingin hubungan timbal balik?” tanya Chris.

Raynelle menatap Chris. “Aku bisa membantumu mempertahankan mobil itu dan memenangkan taruhanmu. Tapi dengan satu syarat, hanya aku yang bisa memutuskan hubungan timbal balik ini kapan akan berakhir, jadi apapun yang kau putuskan itu tidak akan berlaku padaku.”

Chris mengernyitkan keningnya, “Aku tidak pernah tunduk dibawah perintah seseorang.” katanya.

“Kalau begitu kau harus tunduk dengan perintahku atau kau serahkan mobilmu pada sahabatmu karena kau kalah dari taruhan.” Raynelle dengan santai berucap, ia yakin tipe orang seperti Chris tidak akan mau mengalah dari taruhan bersama teman-temannya. “Jika kau menolak tawaranku, maka selamat menerima kekalahanmu.” Raynelle melewati Chris namun Chris menahan tangan Raynelle.

Gadis itu menoleh kembali, “Apa kau berubah pikiran?” tanya nya.

“Baiklah aku setuju dengan tawaranmu,” jawab Chris karena dia tidak tau dihadapkan dengan urusan seperti apa setelah mengenal Raynelle. Keduanya berjabat tangan sebagai tanda kerja sama yang siap dimulai. Raynelle tau akan semudah ini bekerja sama dengan Chris.

_____

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status