Raynelle adalah putri tunggal dari keluarga Jackinson, dia tak memiliki saudara yang lain sedangkan ayahnya adalah seorang yang sangat disegani baik dalam dunia klan hitam atau dunia terbuka.
Ayah Raynelle, Thony Jackinson, adalah pria 50 tahun, namun karena sudah tidak bisa memiliki keturunan lainnya Thony menjadikan Raynelle sebagai satu-satunya penerus yang dia harapkan untuk melanjutkan bisinis.
Saat usia Raynelle baru empat tahun Thony sudah mengajarkan bagaimana kejamnya dunia yang dinaungi oleh keluarga mereka sejak turun temurun, banyak musuh berkeliaran di sana sini dan Thony tidak ingin keturunan terakhirnya dihabisi oleh musuh.
Alhasil Raynelle kecil sudah dilatih dengan keras bagaimana caranya bertahan hidup di dunia yang dijalani oleh ayahnya, keras dan penuh bahaya.
Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai putih menjadi peringatan untuk orang-orang agar menyambut suara langkah kaki penuh kekuasaan. Raynelle berdiri di depan ayahnya sedangkan di kanan kirinya pria-pria berseragam hitam berdiri tegak.
“Apa kau senang bisa belajar dengan baik hari ini.” ucap Thony.
Raynelle melepaskan ikat rambutnya dan memainkannya. “Tidak begitu buruk, hanya ada beberapa semut-semut kecil pengganggu.” jawab Raynelle santai.
“Apa kau membiarkannya begitu saja?” Thony duduk di kursinya menatap putri tunggalnya.
“Tidak akan seru jika aku langsung menghabisinya sekarang.” Raynelle menyeringai kemudian mengikat kembali rambutnya dan berdiri di tengah matras hitam setinggi dua senti yang cukup luas di tengah ruangan tersebut, pria-pria kekar yang mengelilingi tempat itu menatap Raynelle.
Raynelle melakukan perenggangan tangan dan leher, di tempat itu hanya dia satu-satunya perempuan, kemudian pria kekar yang hanya memakai singlet hitam sebagai atasan mendekati Raynelle dan berdiri di depan Raynelle.
Thony menuangkan minuman ke gelasnya untuk menonton latihan putri kebanggan nya. Tidak masalah tidak memiliki putra sebagai calon penerus karena seorang putri pun juga dapat membuat keinginan nya tercapai dengan cara melatih Raynelle dengan keras.
Raynelle mengambil ancang-ancang sebelum perkelahian antar Raynelle dan pria yang menjadi lawannya di mulai.
“Kerahkan semua kekuatan kalian, jangan karena Raynelle adalah perempuan kalian tidak tega untuk menyakitinya.” ucap Thony dengan santainya mengadu putri kandungnya sendiri pada para pria untuk bertanding kekuatan berkelahi.
“Apa yang ayahku katakan benar jangan menahan kekuatanmu untuk menyerangku.” Tambah Raynelle tidak keberatan.
Pria di depan Raynelle mengangguk kemudian latihan pun di mulai layaknya pria sesama pria tanpa memandang jika Raynelle adalah seorang gadis 20 tahun. Raynelle sudah biasa dengan latihan kasar sejak kecil, bahkan patah tulang pun sering dirasakannya sehingga Raynelle terbiasa dengan rasa sakit yang pernah dia terima.
Pertarungan satu lawan satu terjadi sangat sengit, saling melayangkan pukulan satu sama lain, namun Raynelle dengan gampang melumpuhkan pria tadi, Thony yang duduk di singgasana menyuruh beberapa orang yang lebih kuat untuk menyerang Raynelle sekaligus.
Bukannya menolak Raynelle malah tersenyum dan semakin tertantang, dia menganggap ini adalah permainan paling seru yang pernah ia mainkan, gerakan yang dilakukan oleh Raynelle sangat cepat dan kuat namun tetap saja Raynelle sempat mendapatkan beberapa pukulan.
Tiga orang menyerang Raynelle sekaligus, dua pukulan dari mereka berhasil membuat Raynelle jatuh tapi tidak sepenuhnya kalah, gadis itu segera bangkit dan melanjutkan latihan untuk menunjukkan pada Thony jika Raynelle adalah gadis yang kuat.
Nafas Raynelle terengah-engah dengan posisi sedikit bersimpuh setelah berhasil menjatuhkan semua pria lawan nya sambil tersenyum lalu menatap Thony, “Apa aku sudah memberikan pertunjukan yang bagus di depanmu?” kata Raynelle sembari mengusap darah yang keluar dari ujung pelipis.
Thony meletakan gelas ke meja untuk menghampiri Raynelle, “Kau tidak pernah mengecewakan ayahmu Raynelle, karena kau sudah berlatih dengan baik, mari ikut dengan ayahmu ini yang akan memberikan hadiah istimewa untuk hari besarmu.” kata Thony.
Raynelle mengangguk mengikuti ayahnya yang akan menunjukan hadiah yang sebenarnya di sebuah ruangan khusus dipenuhi oleh banyak senjata, Raynelle terlihat takjub dengan ruangan tersebut pasalnya baru kali ini ia diperbolehkan masuk kesana.
“Sekarang kau bisa bebas keluar masuk untuk memilih senjatamu sendiri, kini kau resmi berumur dua puluh tahun dan berhak memiliki ruangan ini juga.” ucap Thony.
Raynelle mengambil salah satu senjata api yang cukup besar. “Apa ini hadiah ulang tahunku?” katanya, Thony mengangguk mengusap kepala Raynelle.
“Kau tau apa yang ayah lakukan selama ini bukan. Dunia yang kita jalani berkali lipat lebih kejam jika tak pandai menjaga diri dari musuh maka kita akan berakhir seperti keluarga yang lainnya, yaitu tewas oleh senjata para musuh jika tidak berusaha untuk bertahan.”
“Ayah sudah memperingatiku untuk terus berhati-hati pada siapapun dan itu tidak akan pernah terlupakan olehku.” Raynelle memegang senjata apinya seakan ingin membidik sesuatu.
“Identitasmu sebagai putriku jangan sampai bocor setidaknya untuk saat ini,” Thony mengambil benda berbahaya dan diarahkan ke depan kening Raynelle, “Atau mereka akan menarik pelatuknya di depan kepalamu seperti ini.”
Klick.. Thony menarik pelatuk senjata api yang tidak berpeluru itu, “Saat ini mungkin senjata mereka belum terisi oleh peluru, tapi kau harus tetap waspada karena orang di sekitar kita lebih mudah berkhianat untuk menjatuhkan kedudukan kita,” katanya sembari menyimpan senjata api tadi ketempatnya semula.
“Keluarga Jackinson hanya kau yang tersisa, tidak ada yang bisa ayah andalkan hal lainnya selain dirimu atau para sepupumu itu akan ikut bertindak untuk merebut kekuasaan yang harusnya kau miliki,” Thony menepuk lengan Raynelle, “Jangan biarkan siapapun mengambil kedudukanmu, bunuh mereka yang berani mengusik ketenaranmu, bagi kita nyawa bukan masalah yang harus dipikirkan untuk menyingkirkan cacing pengganggu.”
Raynelle mengangguk paham.
“Akan kulakukan yang terbaik untuk mempertahankan klan Jackinson.” jawab Raynelle.
________
Raynelle menatap pantulan dirinya di depan cermin melihat ujung bibir dan pelipisnya yang membiru akibat latihan yang kemarin dia lakukan, hari ini Raynelle ada kelas lagi jadi untuk menyamarkan luka di wajahnya, Raynelle menggunakan krim khusus atau geng Claire akan lebih semangat untuk membulinya.
Saat ini Raynelle masih membiarkan Claire dan kawan-kawan melakukan keinginan mereka sesukanya, yang jelas identitas Raynelle jangan sampai terbongkar.
Saat tiba di sekolah tiba-tiba ada seorang pria yang menghadang, Raynelle tidak mengenal pria itu dan lebih memilih untuk mengabaikan dengan terus berjalan.
“Untuk apa kau mengikutiku!” ujar Raynelle tidak senang ketika Chris mengikutinya.
Chris melompat di depan Raynelle, menghentikan langkah gadis itu untuk kedua kalinya, “Apa aku salah mendekati siswa yang ada disini?” jawab Chris dengan senyum menyebalkan di depan Raynelle.
Raynelle memutar bola matanya malas, “Tentu tidak salah tapi kenapa harus aku yang kau dekati?” Jawab Raynelle ketus.
“Aku ingin mengenalmu. Aku Chris, Christian Daughlas.” Chris mengulurkan tangan. Raynelle menatap tangan Chris kemudian mengabaikannya.
“Apa untungnya aku mengenal namamu dengan tidak?” kemudian melewati Chris begitu saja, Chris masih bertahan di tempat namun matanya melihat bahu Raynelle yang semakin menjauh, tak lama Andrew dan Ben datang ikut melihat Raynelle yang mulai menjauh.
“Kau diabaikan?” tanya Ben.
“Dia bukan hanya siswa yang pintar tapi juga dingin,” tambah Andrew sembari tersenyum senang, “Siap-siaplah mobilmu akan jadi milikku.” lanjut Andrew bangga.
Chris melirik Andrew kesal, “Aku belum kalah karena ini hanya percobaan pertama dan masih banyak percobaan lain untuk mendekatinya.” jawab Chris.
Andrew mengedikan bahu, “Kalau begitu berusahalah untuk mempertahankan mobil itu tetap jadi milikmu.” kata Adrew kemudian pergi bersama Ben sambil tertawa.
Chris sedikit geram dengan Ben dan Andrew tapi Chris justru merasa tidak yakin akan sesuatu, apa benar perempuan tadi tidak mengenalnya? Apa kepopuleran Chris selama ini masih kurang? Perempuan itu pasti sangat ketinggalan informasi sampai-sampai tidak mengenal pria yang paling populer di sekolah ini.
“Tapi tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk bisa mendapatkannya, ini menarik karena dia satu-satunya gadis yang tidak mengenalku.” gumam Chris dengan yakin.
____
BERSAMBUNG...
Kantin selalu ramai seperti biasanya dan kebetulan satu jam lagi Raynelle masih memiliki kelas terakhir yang harus dia ikuti, alhasil dari pada keluar gedung hanya untuk mencari makanan mengisi perut Raynelle lebih memilih menuju ke kantin bersama siswa lainnya.Segerombolan pria datang bergabung di satu meja yang sama bersama Raynelle termasuk salah satu pria yang menghadangnya tadi pagi. Raynelle mengabaikan ke empat orang yang tidak di kenalnya itu dengan memakan makanannya lalu segera pergi.“Aku dengar kau adalah Raynelle, gadis yang sangat disukai oleh para pengajar karena kepintaranmu kan?” tanya Martin, sedikit memuji tapi tidak berpengaruh apa-apa untuk Raynelle.Raynelle pura-pura tidak mendengar tapi salah satu diantara mereka ikut berbicara, “Rumor yang mengatakan mengenai sikap dinginmu itu memang benar, tidakkah kamu ingin mengatakan sesuatu pada kami?” kata Andrew.“Hhh...,” Raynelle menghela nafas, ia kehilangan nafsu makannya, ia tidak mengerti kenapa para pria tak di
“Kenapa kau terlihat begitu senang, apa kau berhasil mengambil hati si gadis es itu?” ujar Ben penasaran.Andrew menggeleng, “Itu tidak mungkin, Raynelle adalah satu-satunya gadis yang sangat sulit untuk di dekati dibalik kepintarannya yang memukau itu.” sahut nya dengan yakin. Chris menatap Andrew sembari tertawa pelan.“Kita akan lihat besok malam apa yang sudah aku dapatkan,” jawab Chris.“Wah wah, jangan bilang kau sudah berhasil membujuknya.” sahut Martin.Chris mengedikkan bahu, “Bukan membujuk tapi lebih ke arah sebuah kesepakatan.” jawabnya membenarkan.“Ini tidak adil, bukan kesepakatan yang kita inginkan dari taruhan ini tapi kau harus mengencaninya.” ujar Andrew tidak terima.“Andrew C’mon, kau harus mengaku kalah setelah ini dan memberikan koleksi terbarumu itu untukku,” Chris terkekeh melihat wajah kesal Andrew.Martin mengusap dagunya sendiri, “Kesepakatan seperti apa yang membuatnya setuju untuk menerimamu?” tanya nya.Chris menoleh, benar juga apa yang Martin katakan k
“Kau memang gadis yang tidak mau mendengarkan.” ujar Laurent begitu ia melihat Raynelle kembali memakai pakaian kedodoran seperti biasanya ketika meninggalkan statusnya sebagai putri Jackinson.Raynelle melirik Laurent. “Kau pikir kau siapa, kenapa aku harus mendengarkan kata-katamu?” sahunya masa bodoh.“Hei Girl, look! Dengan tampilan seperti ini mana ada pria yang mau denganmu.” cemooh Laurent terang terangan, Raynelle berdecih.“Raynelle kau sudah datang.” Chris menghampiri Raynelle yang berjalan bersama Laurent, Laurent menatap Chris lalu ke arah Raynelle bergantian.“Apa hubunganmu dengan Raynelle?” tanya Laurent.Chris membuka bibirnya bersiap untuk menjawab namun Raynelle lebih dulu menyahut, “Dia kekasihku, orang yang baru saja kau katakan tidak ada yang mau dengan gadis nerd sepertiku.” sahut Raynelle kemenangan begitu ia menatap wajah Laurent yang terkejut.“Benarkah?”Chris menatap Raynelle kemudian teringat perjanjian mereka kemarin, Chris ikut ke dalam sandiwara yang dib
Chris bersandar di luar pintu menunggu Raynelle selesai dengan kelasnya hari ini, Chris melakukan itu bukan karena taruhannya dengan Andrew tapi Chris melakukannya karena dia ingin.“Chris, kau menungguku?” ujar Claire manja sembari memeluk lengan pria itu, Chris melepaskan tangannya dari Claire membuat Claire protes tidak terima. “Ada apa kenapa kau mengabaikanku beberapa hari ini?” ucap Claire.“Aku sedang ada urusan.” Chris meninggalkan Claire untuk menemui Raynelle yang ternyata masih bercengkrama dengan pria yang tadi pagi.Laurent menoleh menyadari kehadiran Chris, “Aku tidak mengerti kenapa kau menargetkan pria itu untuk menjadi alatmu.” ucap Laurent.“Aku hanya sedang ingin bermain dengan cara yang berbeda, bukan dengan otot, Chris bisa membantuku menyelesaikan rencanaku.” Jawab Raynelle.“Kau memperalatnya tapi apa kau tidak takut jika sandiwaramu ini nantinya akan menjadi bomerang untukmu?” kata Laurent memperingati.“Itu tidak akan pernah terjadi.” sahut Raynelle sebelum Ch
Raynelle dan Chris berlari dan terus berlari namun empat orang tadi terus mengejar mereka bahkan saat mobil Chris yang melaju kencang pun tetap mereka ikuti.“Sebenarnya siapa mereka kenapa mengikuti kita?” ujar Chris.“Dia mengincarku.” jawab Raynelle.Chris menoleh sebentar sebelum menambah kecepatan laju mobilnya, “Sebenarnya siapa kau sampai membuat mereka mengejarmu seperti ini, aku yakin kau bukan orang sembarang sampai pria-pria tadi ingin membawamu.”Raynelle melipat tangannya dengan santai sembari menatap laju mobil membelah jalanan, “Kau akan mengetahuinya, tapi sekarang kau tidak bisa lepas dariku, mereka sudah melihatmu tentu mereka juga akan mengincarmu.” Raynelle berkata dengan santai seolah mereka tidak sedang dalam pengejaran orang bersenjata.“Sh*t! Aku baru mengenalmu tapi kau sudah membawa masalah untukku!” umpat Chris, Raynelle hanya tersenyum lalu melihat kaca spion mobil Chris dimana sebuah mobil hitam di belakang mereka berusaha untuk menyalip.Raynelle tidak pe
Forum sekolah hari itu kembali digemparkan mengenai berita jika ternyata putri dari pemilik bangunan besar itu juga sekolah di sana, banyak dari semua penghuni bangunan tersebut bertanya-tanya siapakah gerangan orang tersebut dan kenapa sampai saat ini tak ada yang mengetahui jika putri Jackinson menuntut ilmu di tempat itu.“Apa kau mengenalnya? Aku dengar dia adalah seorang gadis.” ucap Claire sembari menatap layar ponsel membaca berita dari forum sekolah.Harper dan Emma menggeleng secara kompak pasalnya mereka juga baru tahu jika putri Jackinson ada di tempat sama dengan mereka.“Aku tidak akan membiarkan gadis itu merebut posisi gadis terpopuler di tempat ini, aku adalah ratunya, tak peduli jika gadis itu putri pemilik sekolah, yang aku tahu aku jauh lebih pantas menduduki tempat sebagai yang tercantik di tempat ini.” Kata Claire dengan begitu percaya diri.“Tapi aku masih bertanya tanya mengenai gadis itu, kenapa dia menyembunyikan identitas sebagus ini?” sahut Harper.“Omong-om
Sekolah masih cukup di gemparkan oleh kedatangan Raynelle, tapi sebagian besar dari para siswa tidak tahu jika Si kaca mata yang selalu mereka buli dan putri dari pemilik sekolah itu adalah orang yang sama.Claire meletakan ponsel di meja cukup keras sampai-sampai Emma berjingkrak kaget karena suara yang ditimbulkan oleh Claire.Harper sendiri terihat santai sembari melihat kuku tangannya yang cantik, “Gadis itu merebut ketenaranmu dalam waktu yang begitu singkat Claire, dia hanya butuh waktu satu hari untuk membuat semua perhatian tertuju padanya, sedangkan kau butuh bertahun-tahun untuk melakukan itu.”“Berhenti menyulit emosiku, Harper! Aku sangat marah hari ini hingga rasanya ingin mencakar wajah perempuan itu sampai Chris tidak sudi mendekatinya lagi!”“Masih banyak Chris di dunia ini tapi kenapa kau hanya menginginkan satu Chris yang sudah memiliki pasangan secantik itu?” Sahut Emma, Harper sedikit mendongak menatap Emma kemudian menggelengkan kepala karena jawaban yang Emma lon
Pegangan Chris pada pinggang Raynelle semakin kuat agar dirinya tidak jatuh terpelanting akibat kecepatan motor yang dikendarai oleh Raynelle. Chris belum bisa memahami sosok Raynelle itu seperti apa, dan untuk apa kemarin Raynelle berpakaian nerd jika aslinya Raynelle adalah gadis yang sangat keras dan pemberani.Motor di rem mendadak oleh Raynelle tapi Chris tak juga melepaskan tangannya dari Raynelle meskipun mereka sudah benar-benar berhenti, Raynelle berbalik melihat Chris yang seperti orang ketakutan.“Apa kau sengaja terus memelukku seperti itu atau kau ternyata takut naik kendaraan bermotor?” ucap Raynelle.Chris buru-buru turun dari motor Raynelle sembari melepaskan helm dia memperbaiki tata rambutnya, “Bagaimana bisa pria setampan diriku takut menaiki kendaraan beroda dua ini.” sahut Chris.Raynelle berdecih mendengar kenarcisan yang dimiliki oleh Chris. “Tapi ini dimana?” Chris celingukan, tapi segera berlari ketika Raynelle telah berjalan beberapa meter di depannya, “Hei