Share

Chapter 4

“Kenapa kau terlihat begitu senang, apa kau berhasil mengambil hati si gadis es itu?” ujar Ben penasaran.

Andrew menggeleng, “Itu tidak mungkin, Raynelle adalah satu-satunya gadis yang sangat sulit untuk di dekati dibalik kepintarannya yang memukau itu.” sahut nya dengan yakin. Chris menatap Andrew sembari tertawa pelan.

“Kita akan lihat besok malam apa yang sudah aku dapatkan,” jawab Chris.

“Wah wah, jangan bilang kau sudah berhasil membujuknya.” sahut Martin.

Chris mengedikkan bahu, “Bukan membujuk tapi lebih ke arah sebuah kesepakatan.” jawabnya membenarkan.

“Ini tidak adil, bukan kesepakatan yang kita inginkan dari taruhan ini tapi kau harus mengencaninya.” ujar Andrew tidak terima.

“Andrew C’mon, kau harus mengaku kalah setelah ini dan memberikan koleksi terbarumu itu untukku,” Chris terkekeh melihat wajah kesal Andrew.

Martin mengusap dagunya sendiri, “Kesepakatan seperti apa yang membuatnya setuju untuk menerimamu?” tanya nya.

Chris menoleh, benar juga apa yang Martin katakan kenapa Chris tadi menerima kesepakatan begitu saja tanpa mendengar tujuan Raynelle menerimanya? Bagaimana jika kesepakatan yang dimaksud Raynelle adalah nyawa Chris? Terlebih Raynelle tadi mengatakan untuk membalas seseorang, sekarang Chris juga mulai penasaran rencana apa yang Raynelle persiapkan.

Pemikiran orang pintar itu jauh lebih sulit untuk ditebak membuat Chris semakin bertanya-tanya.

“Hei kenapa kau diam saja?” Ben menepuk bahu Chris.

Chris sedikit terkejut, “Ini kesepakatan kami berdua jadi kalian tidak boleh mengetahuinya.” jawab Chris kemudian, lagi pula dia juga tidak tau kesepakatan timbal balik jenis apa yang Raynelle maksud.

Chris terlalu terburu-buru menerima tawaran gadis itu tanpa berpikir ke depan, yang Chris pikirkan adalah cara memenangkan taruhan itu dari Andrew, tapi apa yang bisa di lakukan gadis lemah seperti Raynelle? Chris sedikit lega jika gadis kutu buku itu tidak bisa apa-apa selain hanya belajar.

_____

Raynelle berlatih diruangan yang terisi oleh banyak peralatan olahraga, Raynelle memilih berlatih bersama samsak diruangan tersebut, keringat mengucur deras di wajah dan tubuhnya namun tak membuat semangat dalam dirinya luntur.

Di zaman sekarang mungkin para gadis seusinya sudah sibuk untuk berpacaran atau merias diri agar terlihat cantik, namun bagi Raynelle nyawanya lebih penting dari kecantikan apapun. Perut yang dimilikinya pun memiliki otot-otot seperti pria bahkan otot tangannya pun menonjol menandakan kekuatan dalam dirinya tidak main-main.

Dilatih dari usia empat tahun tentu saja latihan keras yang diterimanya selama ini sudah menjadi hal biasa untuk Raynelle lakukan. Ia di tempa dengan keras untuk menjadi sosok yang kuat.

Raynelle hanya memakai tank top dan celana karet diatas lutut berwarna hitam, rambut di ikat kuncir kuda agar tidak menyusahkan ketika latihan. Raynelle sengaja selalu menutupi otot tangan dan perutnya dengan menggunakan pakaian kedodoran saat pergi ke sekolah, tidakkah kalian berpikir apa yang mereka semua pikirkan ketika melihat gadis nerd yang selama ini mereka kenal memiliki tubuh yang hampir mirip dengan hulk?

Itu pasti akan menjadi boom trending seketika.

“Mau sampai kapan kau terus berlatih?”

Gerakan Raynelle berhenti, gadis itu berbalik yang langsung di hadapkan sebotol air mineral melayang kearahnya, Raynelle segera menangkap botol tersebut sembari menatap Laurent, sepupunya.

“Kapan kau tiba di LA?” tanya Raynelle sembari meneguk air yang diberikan oleh Laurent.

Pria yang dua tahun lebih tua dari Raynelle itu duduk diatas salah satu alat latihan Raynelle. “Aku baru tiba tadi pagi, tapi ...oh, lihat dirimu, kau sangat jelek memiliki tubuh kekar seperti itu.” Laurent menutupi matanya untuk sesaat sebelum Raynelle mengambil handuk kecil untuk mengusap keringat di wajahnya.

Raynelle mendengus, “Apa lagi yang bisa aku lakukan selain menjadi berbeda dari kebanyakan gadis yang kau lihat?” jawab Raynelle lalu duduk di pangkuan Laurent melingkarkan tangannya di leher pria itu.

Lauren berdecih sambil menahan pinggang Raynelle yang duduk di pangkuannya, “Aku heran denganmu kenapa kau lebih suka bermain dengan semua peralatan yang ada disini ketimbang kehidupan yang di dambakan oleh banyak orang? Kau telah menggilai latihan keras tapi kenapa tidak sekalian saja ikut terjun ke dalam dunia militer?”

Raynelle tertawa rendah beranjak dari pangkuan Laurent, “Kau hanya tidak mengerti, tapi kehidupanku jauh lebih menegangkan dari pada bergabung pada dunia militer.” Raynelle menyeka keringatnya.

Laurent menyilangkan tangannya di depan perut menatap Raynelle, “Dengan tubuh seperti itu kau tidak pantas memakai pakaian sexy sebagai seorang perempuan.” katanya mencibir.

“Aku tidak butuh hal itu,” sahut Raynelle cepat kemudian berbalik menatap Laurent, “Aku jauh lebih sexy dan tidak semua wanita bisa mendapatkan ke sexy-an seperti tubuhku ini.” lanjutnya membanggakan diri.

Laurent menggeleng, “Aku sebagai pria sama sekali tidak tertarik denganmu.”

“Itu bukan urusanku karena kau bukan satu-satunya pria di dunia ini.” jawab Raynelle masa bodoh. Laurent berdesis, ia tidak akan menang melawan Raynelle, mulut gadis itu selalu mengatakan hal yang tidak pernah membuatnya merasa tersanjung sedikitpun.

“Aku akan pindah ke sekolahmu mulai besok.”

Raynelle menoleh, “Kau terlalu tua untuk menginjakkan kaki sebagai pelajar.” jawab nya.

“Itu tidak benar, tapi aku akan menghabiskan tahun terakhirku untuk menemanimu.” kata Laurent, Raynelle berdecih tidak suka. “Oh ya, tapi sebelum itu gantilah cara berpakaianmu, aku tidak suka melihatmu memakai pakaian jelek itu lagi.” saran nya pada Raynelle atau lebih tepatnya mengejek penampilan Raynelle.

“Jika aku mengubah tampilanku, mereka akan langsung terpesona dengan kecantikanku yang sempurna ini.” Raynelle berbicara dengan begitu percaya diri membuat Laurent berlagak ingin muntah.

Laurent berdiri, “Aku akan kembali dan sampai jumpa besok di sekolah, aku kira di hari pertamaku kita memiliki satu kelas yang sama.” katanya.

Kedua bola mata Raynelle membola, “Sialan kau! Ini pasti rencanamu untuk mengikutiku!” umpat Raynelle. Laurent terkekeh berjalan keluar dari ruang latihan Raynelle. Raynelle berdecih, “Kenapa dia tiba-tiba datang kemari? Pasti ada sesuatu yang Laurent rencanakan.” gumam nya.

Raynelle turun ke lantai utama setelah berpakaian, di ruang utama terlihat beberapa maid yang sedang bersih-bersih, Raynelle tidak memiliki keluarga selain ayahnya, ibu Raynelle meninggal saat mempertahankan nyawa Raynelle ketika gencatan senjata beberapa tahun lalu.

Kakek dan nenek Raynelle juga telah meninggal saat usia 40 tahun sebelum Raynelle dilahirkan, keluarga Raynelle tidak ada yang memiliki nyawa panjang, semua nyawa mereka berakhir dengan tembakan peluru.

Semoga saja ayah Raynelle satu-satunya keluarga yang di milikinya tetap bisa menemani Raynelle puluhan tahun lagi dan menyaksikan putrinya mengusai semua mega bisnis dunia.

Raynelle meraih helm hitam sebelum menghampiri motor besar yang juga berwarna hitam, saat ini ia ingin pergi ke suatu tempat untuk bersenang-senang. Motor melaju cukup cepat membelah jalanan yang panjang dan cukup padat.

Motor berhenti tiba-tiba hingga bagian belakang motor sedikit terangkat, Raynelle turun dari kendaraannya melepaskan helm dan melemparnya ke arah seseorang yang berdiri di depan Raynelle.

Langkah kaki Raynelle masuk ke dalam bangunan, tak lupa memakai masker hitam untuk menutupi sebagian wajahnya. Kedatangan Raynelle di hormati oleh orang-orang yang berada di sana, sekitar empat orang ajudan mengikuti Raynelle memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya berisi beberapa orang yang akan menjadi teman bisnisnya malam ini.

Raynelle duduk bagaikan bos lalu salah satu ajudannya memberikan berkas pada orang yang dituju Raynelle. “Kontrak bisnis kita malam ini cukup sederhana kau tinggal memberikan tanda tangan persetujuan di atas kertas tersebut.” ucap Raynelle dengan nada entengnya.

Beberapa orang menatapnya sinis bahkan ada yang langsung berdiri dan menggebrak meja. “Perempuan sialan dari mana ini, berani-beraninya berkata seenak jidatnya, dia pikir ini area bermain anak!” ujar pria itu.

Raynelle tersenyum dibalik maskernya. “Aku tidak ingin basa basi, sebelumnya aku sudah berbaik hati menawari pekerjaan yang menguntungkan pada kalian, tapi kalian menolak. Jika kau menanda tangani kontrak maka perusahan kecilmu ini akan menjadi salah satu bagian dari perusahaan Jackinson.”

“Bocah kurang ajar!”

Ajudan Raynelle mencegah orang yang ingin menyerang Raynelle, Raynelle mengangkat tangannya. “Aku datang dengan cara yang baik, kau tinggal mencoretkan tanda tanganmu apa itu susah?” katanya lagi.

Beberapa orang di ruangan itu mengepalkan tangannya, “Jadi kau adalah utusan jackinson?” tanya nya.

“Bisa dibilang begitu,” jawab Raynelle sambil tersenyum miring, “Kalian tahu kan semua utusan jackinson bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah untuk diremehkan, kau bekerja sama dengan kami atau kami hancurkan bisnismu.” lanjutnya.

____

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status