Share

12. Terpergok

Author: RedSky Note
last update Last Updated: 2023-04-10 12:36:24
Agni langsung membawanya pergi ke tempat yang agak jauh dari gudang itu. Mereka kini berdua di depan sebuah ruangan pribadi milik seorang petugas gudang yang memang sudah Agni kenal sejak kecil.

Saat pria seusia Danureja itu melihat Agni datang dengan terburu-buru diikuti seorang pemuda tampan, helaan napas iba terlihat di wajah pria itu.

"Om Bimo, ini temen Agni. Aku mau bicara penting sama dia," Agni separuh berbisik pada pria bertubuh agak tambun itu.

Bimo menghela napas panjang, lalu diam-diam mengamati pemuda itu. Bertubuh tinggi tegap, dengan kulit kecoklatan dan paras tegas yang terlihat gagah dan rupawan. Yah, selera yang unggul, namun akan sulit untuk diperjuangkan sepertinya.

Bimo mengernyit iba melihat keduanya. Setidaknya, jika tak berakhir baik. Dia bisa memberi mereka kenangan untuk mereka simpan.

"Ya sudah, masuk aja. Om mau ambil kopi dulu. Kuncinya ada di pintu." Ujar Bimo.

Dia percaya pada kemampuan Agni menjaga diri dan kehormatannya karena sudah sedari gadis itu k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Dingin Sang Pewaris   13. Adu Nasib?

    "Sejak kapan hubunganmu dengan Agni Aryatama?" David melontarkan pertanyaan yang membuat Pasai berjengit diam-diam."Kami nggak ada hubungan apa-apa, Pak," elak pemuda desa itu dengan ekspresi keras.David menarik nafas panjang melihat pemuda itu terus menghindari tatapannya.David, Ihsan dan Pasai sedang berada di restoran hotel Green Orion milik keluarga Agni untuk makan siang setelah kejadian mengejutkan ketiganya di ruang staf hotel itu. Tentu saja David yang nyaris harus menyeret dua orang desa nelayan itu agar mau ikut makan di tempat yang tergolong mewah itu."Pasai, saya bertanya serius. Tolong dijawab, apa arti gadis itu untuk kamu?" tanya David membuat Pasai mengernyit bingung."Bukan urusan Pak David. Saya tidak wajib mengungkapkan hal pribadi pada orang yang baru saya kenal," jawab pemuda itu dengan tegas.David mengembuskan nafas kasar. Entah kenapa dia tidak kaget dengan sikap defensif dan keras kepala keponakan kandungnya itu, karena mendiang ayah Pasai juga keras kepa

  • Cinta Dingin Sang Pewaris   12. Terpergok

    Agni langsung membawanya pergi ke tempat yang agak jauh dari gudang itu. Mereka kini berdua di depan sebuah ruangan pribadi milik seorang petugas gudang yang memang sudah Agni kenal sejak kecil. Saat pria seusia Danureja itu melihat Agni datang dengan terburu-buru diikuti seorang pemuda tampan, helaan napas iba terlihat di wajah pria itu."Om Bimo, ini temen Agni. Aku mau bicara penting sama dia," Agni separuh berbisik pada pria bertubuh agak tambun itu.Bimo menghela napas panjang, lalu diam-diam mengamati pemuda itu. Bertubuh tinggi tegap, dengan kulit kecoklatan dan paras tegas yang terlihat gagah dan rupawan. Yah, selera yang unggul, namun akan sulit untuk diperjuangkan sepertinya.Bimo mengernyit iba melihat keduanya. Setidaknya, jika tak berakhir baik. Dia bisa memberi mereka kenangan untuk mereka simpan."Ya sudah, masuk aja. Om mau ambil kopi dulu. Kuncinya ada di pintu." Ujar Bimo. Dia percaya pada kemampuan Agni menjaga diri dan kehormatannya karena sudah sedari gadis itu k

  • Cinta Dingin Sang Pewaris   11. Tak Sengaja

    "Dia apa kabarnya, Tuhan?" gumaman lembut Agni memecah keheningan malam.Dia berbaring telentang di sofa yang berada di ruang kantornya yang berada di lantai 4 sebuah gedung perkantoran besar.Sudah sebulan sejak dia meninggalkan desa nelayan dan Pasai beserta kenangan mereka. Tapi rasa rindunya masih berdenyut perih seperti baru kemarin saja mereka berpisah. Yah, seharusnya perasaan sesaat tidak berlangsung selama ini, bukan?'Aku emang bodoh, bisa-bisanya naksir sama orang asing,' Agni membatin menyesali nasibnya sendiri.Sekarang malam-malamnya sering terisi lamunan tentang sosok tegap yang pernah mendekapnya begitu erat, namun semu dan tak mungkin dia dapat."Ah, sial! Sama aja kayak aku jatuh cinta sama hantu kalau kayak gini," rutuk Agni kesal sendiri."Agni!" Tiba-tiba suara Danureja, sang ayah menerobos ruang kerjanya dengan nada kesal.Agni tersentak dan langsung duduk dengan waspada. "Kamu sudah dua hari tidur di kantor. Ayah sampai bolak-balik periksa kamar kamu di rumah

  • Cinta Dingin Sang Pewaris   10. Kabut Rahasia

    Wedari Suryadiningrat memeluk ponsel di dadanya dengan tangan nyaris gemetaran. Air mata haru bahkan terus mengalir di pipinya yang sudah keriput termakan usia.Kabar bahagia yang dinantikannya selama lebih dari 20 tahun membuat perasaannya membuncah tak percaya."Oma?" Suara bariton terdengar cemas memasuki ruang pribadi Wedari.Jendra, salah satu cucu dari anak angkatnya itu lalu duduk dengan perlahan di kursi beludru yang berhadapan dengan neneknya itu."Oma kenapa? Ada yang sakit?" Raut khawatir Jendra bahkan begitu terlihat di wajah tampannya.Sekilas, rasa takut dan ragu hinggap di benak Wedari. Firman dan Jendra sudah belasan tahun membantunya mengelola seluruh aset keluarga mereka yang cukup banyak. Dan sekarang, kehadiran tiba-tiba orang yang seharusnya mewarisi seluruh aset itu justru dirasa akan mengerikan. Wedari takut cucu kandungnya itu celaka, karena bagaimanapun Firman memang sangat berjasa bagi keluarganya meski dia bukan darah dagingnya sendiri.Wedari, yang tahun i

  • Cinta Dingin Sang Pewaris   9. Batas Tak Terlihat

    Agni terpaku menatap sesosok pria yang kini tampak duduk dengan wajah pucat. Tanpa terasa, kakinya yang jenjang melangkah ke arah tempat orang itu beristirahat."Kok bisa gini?" Kecemasan gadis cantik itu membuat Pasai yang masih menunduk seraya memegangi kepalanya mendongak seketika.Tak ada jawaban dari nelayan muda yang kabarnya tengah terluka itu. Hanya saja sorot kaget dan kesal sudah cukup membuat Agni tahu jika Pasai tidak terluka parah."Kecelakaan, Mbak." Ujar Pasai singkat dan nyaris tanpa ekspresi.Mata cantik Agni meredup mendengar sebutan Mbak yang kembali disematkan oleh laki-laki itu. Kemudian dia sadar tidak datang kesana sendirian. Gama bersamanya, bergandengan dengan rasa cemas yang bisa saja sama meski tak setara. "Kalian akrab?" Suara bernada dingin membuat Agni sedikit terperanjat.Gama baru saja masuk ke kamar tamu Haji Baron tempat Pasai berbaring."Enggak, aku cuma nyapa. Gimanapun kami pernah melaut bareng seharian," jawab Agni dengan tegas.Hatinya berjengit

  • Cinta Dingin Sang Pewaris   8. Tikungan

    Pasai membeku merasakan sentuhan hangat nan lembut di bibirnya. Jantungnya berdebar kencang dengan perasaan memanas yang muncul ke permukaan. Tangannya tanpa sadar terulur dan balas mendekap tubuh Agni yang memeluknya begitu dekat Keduanya tenggelam dalam sentuhan sederhana namun terasa begitu mengikat. Mereka seakan lupa pada segala alasan yang menghalangi perasaan satu sama lain.Sebuah kesadaran tiba-tiba menelusup di benak Pasai. Pemuda itu perlahan melepas ciuman hangat yang tak seharusnya mereka lakukan."Agni," Pasai berbisik di bibir gadis yang masih mendekapnya begitu erat.Agni membuka matanya perlahan. Sepasang mata jernih meredup menatap Pasai penuh kesedihan."Itu ciuman pertamaku, milik kita." Gadis itu balas berbisik dengan senyum sendu terukir di bibirnya yang terlihat sedikit bengkak kemerahan.Pasai terhenyak seolah kembali disadarkan pada kenyataan, sekelumit sesal perlahan mulai mengganggu nuraninya. Dia tidak pernah menyentuh wanita manapun terlalu dekat selain k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status