Share

Cinta Gak Pake Salah Alamat
Cinta Gak Pake Salah Alamat
Penulis: Aliceara Takumi

Dios, Diona dan Friska

“Ayooooo Dios ! cetak golnya ! Go Dios ! Go Dios ! Go ! Go Dios ! Go Dios ! Go !” sorak sekumpulan siswi perempuan di SMA Nusa Kasih dengan penuh semangat memeriahkan acara Pekan Olahraga yang sedang berlangsung di siang hari itu. Beberapa dari mereka berteriak teriak melihat kelincahan kaki idola mereka dalam menggocek bola, si Raja Bola yang selalu mencetak gol dalam setiap permainan yang ia jalani. Bahkan kehadirannya di dalam tim sepak bola SMA Nusa Kasih memberikan sekolah tersebut piala kejuaraan sepak bola hingga ke tingkat nasional. Kebanggaan guru olahraga. Tidak hanya itu saja yang membuat ia menjadi idola banyak siswa khususnya siswa perempuan di sekolahnya, karena jika hanya berdasarkan prestasi, maka mereka juga memiliki Jaka yang selalu membawa piala kejuaraan di bidang olahraga basket, namun sayangnya Jaka tidak sepopular Dios dan bahkan ia tidak memiliki sekolompok siswi yang mengidolakannya, yang akan rela berpanas-panasan untuk menyemangati dia seorang selama pertandingan di lapangan. Ya, mau bagaimana lagi…Jaka tidak setampan Dios, Dios yang selalu dipanggil Arab karena wajahnya yang mirip dengan orang Arab. Kulit putih, hidung dan dagu yang lancip, mata yang berbentuk almond dengan warna coklat terang, alis yang tebal dan hitam serta bulu mata yang lentik. Fisiknya benar-benar merupakan definisi dari ketampanan yang hakiki. Bahkan para guru magang pun selalu berhasil dibuat meleleh hatinya oleh paras Dios seorang.Ya, memang benar bahwa paras yang rupawan selalu berhasil menguasai segalanya, khusunya menguasai hati banyak orang.

Di sisi lain ada Friska, si ahli matematika yang introvert, ia tidak menyukai keramaian, ia tidak suka berbicara dengan banyak orang, ia juga tidak suka dengan orang yang terlalu ramah, ia tidak suka anak nakal, ia juga tidak suka dengan makanan manis. Ah, terlalu banyak hal yang tidak disukai oleh gadis berkacamata itu. Sifatnya yang dingin dan tertutup membuatnya tidak memiliki banyak teman, bahkan saat inipun dia malah menghabiskan waktunya sendirian di perpustakaan, berkutat dengan soal-soal matematika, meskipun di luar sana ramai dikarenakan orang-orang berkumpul di lapangan untuk mendukung teman-temannya, fokusnya sama sekali tidak terganggu, ia seperti sudah berada di dunianya sendiri. Meskipun sifatnya tidak terlalu bagus dan temannya tidak banyak, namun ia memiliki banyak fans juga di sekolah, fans dari kalangan laki-laki maupun perempuan, kesemuanya mengidolakan Friska karena kecerdasannya, kemandiriannya, serta sifat misterius yang ada pada dirinya. Ya, meskipun ia tidak senang bergaul dengan banyak orang, namun ia juga bukan tipe yang senang mencari gara-gara dengan orang lain. Karena motto hidup gadis itu hanya satu yaitu hidup damai, aman, tentram dan sejahtera. Terlepas dari itu semua, Friska adalah seorang bidadari ketika ia melepaskan kaca mata tebalnya, semua orang mengetahui hal itu saat secara tidak sengaja dirinya menabrak Friskan hingga kacamata gadis itu terlepas dari tungkai hidungnya.

 Friska dan Dios adalah teman semasa kecil, bertetangga, hubungan mereka harmonis-harmonis saja ketika berada di rumah, namun berbeda saat berada di dalam sekolah atau ketika ada banyak orang yang memperhatikan mereka. Itu semua karena permintaan dari Friska. Melihat ketampanan Dios yang membuat gila para kaum hawa hingga tercipta fans club untuk Dios dari sekolah maupun luar sekolah mereka, membuat Friska tidak nyaman berada di dekat teman kecilnya tersebut. Hingga akhirnya gadis itu meminta Dios untuk bersikap seolah mereka tidak saling mengenal ketika sedang berada di luar. Dios menyetujuinya karena ia sendiri tidak merasa akan dirugikan dalam hal apapun selama Friska masih mau mengajari dan membantu dirinya mengerjakan soal matematika yang merupakan titik lemah dari laki-laki itu.

 “Yeaaaay Gooooool !” sorak banyak orang di lapangan sambil bertepuk tangan karena lagi-lagi Dios berhasil mencetak gol, kemenangan telak untuk kelas 11 IPA 2. Kebahagian tersebut tidak hanya dirasakan oleh teman-teman di 11 IPA 2 melainkan juga oleh para fans club Dios, begitu pula dengan Dios sendiri. Cowok itu melepaskan kaos olahraganya dan menyiram dirinya dengan air mineral, seperti yang sering dilakukan oleh para pesepak bola lainnya, dan tentu saja hal tersebut membuat para fans Dios semakin histeris. Ah, entah apa yang ada dalam pikiran mereka semua. Untung saja tidak ada fans yang centil dan mendekati Dios di saat seperti itu. 

 Pertandingan pun selesai, para murid diberikan waktu untuk beristirahat selama 30 menit.Kerumunan siswi tidak bisa beranjak dari tempatnya karena masih ingin mengagumi sosok idola mereka, sedangkan Dios yang sudah terbiasa dengan tatapan para fansnya hanya diam saja, cuek, ia tidak ingin menyapa atau tersenyum pada mereka karena sudah ia ketahui bahwa hal tersebut hanya akan menambah kehisterisan yang ada.

“Ayo kita makan dulu lah, ditraktir nih sama bos Dios” ucap John, wakil kapten tim sepak bola kelas  IPA 2, Dios hanya menggeleng sebari menjawab “Kalian duluan aja deh, gue masih mau ngadem” 

“Yah….gak asik nih bos” celetuk Yosep yang merupakan teman sebangku sang raja bola

“Capek gue bro, perut kayaknya masih belum bisa memproses makanan hehe” balas Dios sambil cengengesan

“Yauda deh kalau gitu, gue aja yang traktir, come on !!!” balas John, para anggota tim pun bersorak ria karena selain menang lomba, mereka pun dapat makanan gratis dari sang wakil kapten

“Eh tapi, jam 2 langsung kumpul ya depan kelas kita, oke bos ?” ucap John

“Siap…udah sana makan” perintah Dios. Selagi teman-temannya berjalan menuju kantin, dirinya berjalan ke belakang perpustakaan, karena hanya di bagian sana ia tidak bisa bertemu dengan para fansnya, jangankan fans, ketua OSIS saja tidak akan diam disana karena sangat sepi dan banyak rumput liar.

Sesampainya disana, ia menempelkan wajahnya ke jendela untuk memeriksa ke dalam ruang perpustakaan dan benar saja dugaannya, orang yang ia cari ada disana. Diona, pujaan hati Dios, sang primodana sekolah yang selalu memenangkan kontes kecantikan, bukan hanya paras yang cantik, namun ia juga ramah pada semua orang, keluarganya merupakan pemilik yayasan sekolah, yang artinya ia berasal dari keluarga kaya, meskipun begitu, Diona tidak tinggi hati serta tidak malas belajar, ia selalu bisa membagi waktu antara waktu belajar, bermain, bekerja dan lainnya. Tuhan seakan menunjukan ketidak adilannya melalui sosok Diona. 

‘Tok…tok…tok” Dios mengetuk jendela, menarik perhatian orang yang ada di dalamnya. Diona dan Friska melirik ke sumber suara dan menemukan wajah Dios yang absurd karena terlalu menempel ke jendela. Diona tersenyum melihat sosok Dios, berbeda dengan Friska yang hanya menggelengkan kepala sebentar dan kembali focus berkutat dengan buku, seolah ia sudah terbiasa dengan apa yang dilihatnya.

Diona berjalan ke arah jendela Dios dan membuka jendela tersebut, gadis itu tersenyum sebari bertanya “Mau kemana, kok jalan sini ?”

“Mau ke perpustakaan dong, sayang” balas Dios menggoda. Diona hanya tertawa kecil dan menyentil dahi Dios

“Lewat depan dong kakak…masa lewat belakang” balas Diona dengan nada bergurau.

“Males yang, banyak fansku yang bikin risih” jawab Dios sambil cengengesan. 

“Dasaar… yaudah ayo masuk, nanti keburu Bu Leli datang terus malah marah ke kamu loh” balas Diona

“Bu Leli sih masih salah satu fansku yang bisa diajak kerjasama” ucap Dios membanggakan diri. Namun Diona malah mencubitnya “Gak usah banyak gaya… ayo cepetan masuk”

“Iya sayang, pegangin dong jendelanya” pinta Dios, manja.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Pria Agung
Bagus ceritanya. Semangat authorku sayaang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status