Jakun Victor bergerak naik turun. Matanya yang berwarna cokelat dipenuhi kesedihan. "Hanna, aku nggak pantas menerima semua perlakuan seperti ini darimu ….""Pantas."Bulu mata Hanna bergetar. Dia berkata dengan suara yang melembut dan nada yang melambat, "Kakak yang sudah menyelamatkan Hanna yang berusia 17 tahun. Berkat Kakak, Hanna yang berusia 17 tahun bisa tetap hidup."Victor menatap Hanna dengan pikiran kosong."Regan selalu bilang kalau paman sangat baik pada ibu. Regan bilang, kalau dia sudah besar nanti, dia juga ingin melindungi ibu seperti paman."Hanna masih terus menatap mata Victor. Suaranya begitu lembut dan halus. "Kakak, Regan akan tumbuh besar dengan sehat. Dia akan melindungiku seperti yang Kakak lakukan. Steven juga akan sangat baik pada kami. Jadi Kakak, Kakak nggak perlu mengkhawatirkan kami."Pupil mata Victor bergetar."Maksudmu …." Victor membuka mulutnya, seolah menebak sesuatu, tetapi tidak yakin."Kakak, aku tahu nggak akan pernah ada orang lain di dunia in
Barbara tersenyum manis. "Aku tahu, pergilah."Edward tersenyum tipis, lalu berbalik dan langsung berjalan keluar.Barbara menoleh memandangi punggung suaminya. Dia tersenyum sambil bergumam, "Hari ini kenapa pakai parfum juga, ya …."Setelah puluhan tahun menikah, Barbara tahu jika suaminya sangat memperhatikan penampilan. Jadi, dia pun tidak terlalu memikirkan hal itu.…Di Mansion Burla.Hanna baru saja menerima kabar jika Victor sudah dibawa pergi.Hanna tidak menyangka jika Stella akan membuat Keluarga Lorian dan Keluarga Dallas khawatir.Hanna sudah memperhitungkan segalanya dengan cermat. Akan tetapi, dia sudah melewatkan satu hal.Yaitu, Alex jatuh hati pada Stella.Begitu Hanna mengetahui jika Alex rela melakukan apa saja demi menemukan Stella, dia pun langsung menyadari jika kali ini dia sudah salah mengambil langkah.Namun, karena situasinya sudah seperti ini, sudah terlambat bagi Hanna untuk menyesalinya.Selama tiga hari terakhir, Hanna terus mengamati situasi secara diam-
Kabar jika Victor dibawa pergi oleh polisi kriminal dengan cepat menyebar di kalangan kelas atas Kota Amari.Camelia sedang minum teh sore bersama para nyonya sosialita, ketika tiba-tiba Gwen berteriak kaget."Nyonya Camelia, bukankah ini putra sulung Keluarga Brandson?"Camelia buru-buru mengambil ponsel itu.Foto di ponsel itu memperlihatkan Victor yang dibawa pergi oleh dua polisi kriminal.Tangan Victor ditutupi dengan jaket. Namun, orang yang paham mengetahui jika ada borgol di balik jaket itu."Ini, ini bagaimana mungkin?" Camelia menatap Gwen. "Nyonya Gwen, siapa yang mengirimkan ini?""Dari grup ibu-ibu." Gwen menarik kembali ponselnya. "Foto ini asli. Nyonya Camelia, sebaiknya kamu segera pulang dan lihat sendiri. Putra sulung Keluarga Brandson adalah orang yang bertanggung jawab atas Keluarga Brandson. Kalau benar dia melakukan kejahatan, Keluarga Brandson bisa dalam masalah besar."Wajah Camelia langsung berubah. Dia buru-buru berdiri, mengambil tasnya dan bergegas pergi.Be
"Setelah menceraikanku …." Steven dengan matanya yang dingin dan tajam, menatap Vanesa dengan serius. "Lalu langsung menikah dengan Felix?""Kalau menikah dengan Felix bisa menyelamatkan Stella, aku nggak akan ragu sedikit pun.""Vanesa." Steven tertawa marah. "Demi Stella, kamu benar-benar berani mengambil risiko.""Ya, karena Stella pantas untuk diperjuangkan," kata Vanesa dengan nada tegas.Ketegasan seperti itu justru membuat dada Steven dipenuhi dengan amarah yang tidak bisa dijelaskan.Wajah Steven tampak muram. Dia menatap Vanesa tanpa berkedip dengan matanya yang hitam.Tampak badai yang sedang mengamuk di matanya.Namun, Vanesa sama sekali tidak takut. Dia menatap lekat-lekat mata Steven.Keduanya menemui jalan buntu.Setelah beberapa saat, Steven mengerucutkan bibirnya dan berkata dengan lembut, "Kita bercerai atau nggak, bukan urusan orang luar untuk ikut campur."Vanesa tertawa kesal. "Steven, jangan terlalu menganggap dirimu penting. Sudah lama nggak ada lagi 'kita', sekar
Vanesa mencengkeram ponselnya erat-erat. "Aku tahu. Aku nggak percaya Felix bisa begitu kebetulan menyelamatkan Stella. Menurut yang dikatakan Dokter Alex dan yang lain, malam saat Stella menghilang, dia sedang demam tinggi. Dia jelas-jelas dibawa pergi orang lain. Mungkin justru Felix yang menyuruh orang membawa Stella pergi!"Jake merasa semua itu masuk akal. Jadi, dia menyalakan kembali mobilnya, lalu berkata, "Ayo kita pergi ke kantor polisi sekarang."Tok, tok.Kaca jendela kursi penumpang diketuk.Begitu Vanesa menoleh, dia langsung melihat Steven melalui kaca jendela mobil.Steven memberi isyarat padanya agar turun dari mobil.Setelah ragu sejenak, Vanesa menurunkan kaca jendela, lalu berkata, "Kalau ada yang ingin disampaikan, langsung katakan saja.""Ini tentang Stella," ujar Steven.Ketika mendengar itu, Vanesa terkejut."Hujan mulai turun. Bagaimana kalau kita masuk ke kafe untuk berbicara?" kata Steven.Karena ini menyangkut Stella, Vanesa tidak berani menunda.Dia membuka
Kabar baik?Setiap kali Felix menghubunginya, dia selalu memiliki tujuan yang sangat jelas.Vanesa tidak berharap apa-apa pada "kabar baik" yang dimaksud Felix.Suara Vanesa terdengar dingin, "Kalau ada yang ingin kamu katakan, langsung saja.""Bu Stella ada di tempatku," ujar Felix.Napas Vanesa tercekat. "Felix, kamu sebaiknya nggak bercanda tentang hal seperti ini.""Apa aku terlihat seperti orang yang akan bercanda tentang sesuatu yang mengancam nyawa seperti ini?" balas Felix.Felix menghela napas, lalu melanjutkan, "Sepertinya Nona Vanesa sudah salah paham padaku!"Jantung Vanesa berdetak cepat, tangannya yang memegang ponsel mengerat. "Apa Stella benar-benar ada di tempatmu?""Aku nggak perlu berbohong padamu," kata Felix.Mata Vanesa memanas, suaranya bergetar, "Dia …. Apa dia baik-baik saja?""Dia nggak akan mati untuk saat ini." Felix berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Tapi kalau dalam seminggu nggak dilakukan operasi kraniotomi, dia mungkin akan tidur selamanya.""Operasi