Setelah tiga hari berturut-turut, operasi pencarian dan penyelamatan tidak membuahkan hasil.Tim SAR dan polisi sudah melakukan semua yang bisa mereka lakukan."Di gunung, hutan, hilir sungai, semua tempat yang bisa kami cari sudah kami cari."Di pos komando SAR, kapten tim sedang melaporkan situasi kepada Alex dengan wajah serius.Victor sudah membawa tim medis lainnya kembali ke rumah sakit sore tadi.Alex bersikeras untuk tidak menyerah pada operasi pencarian.Kapten tampak kesulitan. "Berdasarkan pengalaman kami selama bertahun-tahun, kalau orangnya nggak ditemukan di hilir, kemungkinan besar dia sudah tertimbun longsoran lumpur.""Nggak mungkin ...." Alex menggelengkan kepala, menolak menerima kesimpulan itu."Ada kemungkinan lain," kata kapten. "Orang tersebut terseret ke hilir, lalu sudah diselamatkan sebelum kami melakukan pencarian."Wajah Alex terlihat sangat muram. Dia sudah tiga hari tiga malam tidak memejamkan mata."Kalau begitu, perluas area pencarian di sepanjang hilir
Sinyal di sana memang buruk. Situasi seperti ini juga pernah terjadi sebelumnya.Namun, Vanesa merasa hatinya tidak tenang.Dia menelepon Stella lagi.Masih tidak tersambung!Kelopak mata Vanesa mulai berkedut tanpa sebab.Pada saat itu, ponselnya bergetar.Alex yang menelepon.Perasaan tidak tenang di hati Vanesa menjadi makin kuat.Seakan merasakan sesuatu, Vanesa menekan tombol jawab dengan sedikit kaku, "Dokter Alex."Di ujung lain telepon, suara Alex terdengar serak, "Terjadi sesuatu pada Bu Stella."Napas Vanesa tercekat, ponselnya langsung terjatuh ke lantai ....…Steven sedang melakukan syuting program ketika ponselnya bergetar. Ternyata Noel yang menelepon.Noel paling mengetahui jadwal Steven. Jika bukan situasi yang sangat mendesak, dia tidak akan menelepon Steven.Steven menghentikan syuting, lalu mengangkat teleponnya."Pak Steven, terjadi sesuatu pada Bu Stella!" ujar Noel.Steven terkejut, lalu bertanya dengan suara berat, "Apa yang terjadi?""Sebaiknya kamu menanyakan
Karena keributan yang cukup besar, Victor juga keluar dari kamarnya. Ketika melihat semua orang memakai jas hujan, dia mengerutkan kening. "Ada apa?"Dia masih mengenakan piyamanya, hanya memakai jaket di luarnya. Wajahnya tampak seperti baru bangun tidur."Bu Stella menghilang!" kata seorang perawat wanita. "Hari ini dia merasa nggak enak badan, jadi Dokter Alex pergi untuk melihatnya. Waktu kembali setelah mengambil kotak obat, Bu Stella sudah menghilang!"Wajah Victor langsung berubah serius. "Apa maksudnya menghilang?""Dia nggak ada di mana-mana!" Alex terlihat sangat cemas. "Tapi aku melihat sepatunya masih di kamar, jadi aku menduga dia seharusnya nggak pergi sendirian."Victor tertegun, lalu mengerutkan kening sambil menatap Alex. "Maksudmu dia dibawa pergi oleh seseorang?"Alex menunjukkan wajah serius ketika menjawab, "Aku menduga begitu!"Setelah mendengar itu, suasana langsung menjadi tegang.Semua orang menjadi gugup!"Bukannya keamanan di sini katanya cukup bagus? Kenapa
Nyeri otot akibat demam tinggi membuat Stella tidak memiliki tenaga sama sekali.Pria itu mengangkat Stella di pundaknya. Bahunya menabrak tulang rusuk wanita itu hingga terasa sangat sakit.Ekspresi Stella tampak sangat kesakitan. "Alex, kamu .... Turunkan aku, tulang rusukku sakit sekali ...."Pria itu tidak mendengarkan sama sekali.Begitu keluar dari rumah, hujan deras masih turun.Hujan deras langsung membasahi seluruh tubuh Stella!"Sial!" Stella bergidik. Kesadarannya yang kabur karena demam langsung menjadi lebih jernih!Dia mengangkat tangan untuk menyeka wajahnya, lalu memukul punggung pria itu. "Alex, kamu mau mati, ya! Meskipun kamu ingin menurunkan suhu tubuhku, bukan begini caranya! Cepat turunkan aku!"Bukan saja pria itu tidak berhenti, tetapi langkahnya menjadi makin cepat.Stella terdiam. Akhirnya dia menyadari ada yang tidak beres!Orang ini pasti bukan Alex!Alex pasti sudah gila jika membawanya di tengah hujan saat sedang demam!"Siapa kamu?" Stella mulai memberont
Vanesa bagaikan seorang wanita cantik yang keluar dari lukisan kuno. Pinggangnya ramping, sikapnya anggun dan menawan. Saat menatap kamera, senyum simpul terukir di bibirnya. Matanya bersinar bagai bintang, memancarkan pesona klasik.Tatapan Steven dalam, jakunnya bergerak sedikit.Syuting video promosi sebenarnya cukup menuntut. Untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik, tuntutan terhadap pekerjaan ini akan lebih tinggi.Meskipun Vanesa baru pertama kali berhadapan dengan kamera, tanpa diduga dia tampil dengan sangat baik.Setelah pagi berlalu, Vanesa tampil dengan luar biasa. Dia menyelesaikan syuting bagian individualnya di pagi hari, lebih awal dari jadwal.Juru kamera sampai berkomentar, "Kalau Bu Vanesa masuk dunia hiburan dengan kemampuan seperti ini, dia pasti akan langsung terkenal! Dia sangat cocok berada di depan kamera!"Sutradara dan staf di samping sangat setuju dengan perkataan juru kamera.Pada saat itu, Vanesa sudah kembali ke ruang rias untuk menghapus riasannya.A
"Aku adalah gurunya Vanesa. Sekarang aku juga adalah ayah angkatnya. Sebagai orang yang lebih tua, kenapa aku nggak pantas?""Ada beberapa kesalahpahaman di antara aku dan Vanesa." Steven tetap tenang. "Aku memahami kalau Pak Marlon merasa kasihan pada Vanesa, tapi masalah ini sebaiknya diselesaikan secara pribadi antara aku dan Vanesa saja."Marlon mengerutkan kening, wajahnya berubah menjadi dingin. "Pak Steven, aku sudah mendengar alasan kalian bercerai. Ada beberapa hal yang nggak aku katakan karena ingin menghormatimu, tapi faktanya adalah kamu yang terlebih dulu mengkhianati pernikahan kalian. Kamu yang bersalah. Vanesa sudah benar-benar kecewa dengan pernikahan kalian ini. Kalau kamu masih punya hati nurani, cepatlah mengurus perceraian, lalu lepaskan Vanesa.""Pak Marlon, aku nggak perlu menjelaskan urusan pribadiku padamu."Steven menatap dengan mata hitamnya yang dingin, nada suaranya bahkan terdengar sedikit dominan."Apa yang kalian dengar dan lihat, belum tentu adalah keny