"Kamu mengenalnya Mas, oh ia bukan kah kamu pemilik Aruna Caffe tadi?" tanya perempuan dalam mobil yang bersama Saka , wajahnya sangat berantakan dan rambutnya acak-acakan, entah apa yang mereka lakukan.
"Jadi kita impas saja, tadi pelayan kamu membuat saya rugi atas kecerobohan nya." imbuhnya lagi, namun sekarang Arumi bukanlah orang saat dicaffe yang memiliki jiwa tenang, dengan tegas ia katakan untuk ganti rugi jika tidak dia akan laporkan ke pihak berwajib, dengan sedikit gertakan akhirnya Melisa terdiam. "Kalau kalian mau bertengkar jangan dijalanan, kalian bisa membahayakan nyawa orang lain." tegasnya lagi menatap tajam kedua pasangan tersebut dan meminta kartu nama saka untuk dia hubungi nanti. Arumi tidak ingin berlama disana, ia takut nanti Nauma keluar dan melihat keberadaan Saka. "Kok lama sekali sih Mi?" tanya Nauma saat Arumi masuk dan duduk dibalik kemudi mobilnya "Apa kamu baik - baik saja? tanya Arumi melihat dahi Nauma memerah. " Oh ini gapapa, cuma perih sedikit apa mereka tidak mau bertanggung jawab?" tanya Nauma saat Arumi sudah melajukan kembali kuda besi mereka. "Tidak, tentu saja mereka akan bertanggung jawab." jawabnya "Oh ya kita, ngemall dulu atau nonton dulu nih?" tanya Arumi mengalihkan pembicaraan, Nauma yang merasa aneh dengan gelagat Arumi mengerutkan kening namun dia tidak mengambil pusing. "Nonton dulu lah,aku udah pesan tiket nih." jawabnya dan kembali sibuk dengan gadgetnya. Sampai di bioskop, Nauma mengajak Arumi duduk paling depan, Arumi sempat menolak karena itu sangat menakutkan, membayangkan hantu nya keluar di depan layar tancap. Astaga itu sangat mengerikan baginya, tapi duduk sendiri pun dia tidak berani. "Jujur deh,apa sih Uma yang seru dari film horor ni? yang ada sering - sering nonton film horor kaya gini bisa bikin aku sakit jantung." Arumi ngedumel, sambil memakan pop corn yang udah ia pesan sebelum masuk tadi. "Tidak ada yang menakutkan, jika kamu takut ini pasang earphone ku, supaya jantung nya tetap baik - baik saja" Nauma tersenyum dan memasang kan earphone ke telinga Arumi. Ia tahu, ini kali pertama sahabatnya nonton film horor di bioskop, lihat di hp saja dia tidak akan berani ke kamar mandi sendirian dan selalu menggangu tidur Nauma. Semenjak ditinggal lagi sayang - sayang nya Nauma jadi menyukai menonton film horor, jika film romantis ia malah akan sedih dan ikut menangis. Dia yang ceria kesemua orang sekarang lebih suka menyendiri, seperti orang introvert, namun senyum manis dan keramah tamahan nya tetap akan sama. ~ Hari ini Nauma bangun lebih pagi, setelah melakukan kewajibannya sebagai umat muslim, ia hendak berolahraga keliling ditaman kompleks, ini adalah rutinitas setiap pagi hari untuk menjaga badan nya agar lebih sehat dan bugar, biasanya Arumi juga ikut untuk menemani, tapi pagi ini tiba-tiba dia diserang demam tinggi, mungkin akibat nonton film horor semalam. "Uma..!" seru Arumi dibalik selimut tebalnya dia masih kelihatan kedinginan "Hmmm, ya," jawab Nauma sedang mengikat tali sepatu nya dan melirik Arumi sekilas terlihat kedinginan, semalam dia telah memberikan obat pereda demam untuk Arumi. "Gak apakan kalau hari ini kamu yang handle di Aruna caffe?" tanya nya dengan posisi masih didalam selimut tebalnya. "Iya, kamu istirahat aja biar aku yang handle. aku pergi dulu bye." Nauma bergegas keluar untuk jogging di taman sekitar apartemen nya. Arumi kembali tertidur dikamar Nauma, persahabatan mereka sudah begitu lama dan sudah seperti saudara, mereka akan melindungi satu sama lain. Mereka sangat cocok karena kemandirian mereka akhirnya sekarang sudah memiliki caffe sendiri. untuk pasangan Arumi sudah memiliki pacar namanya Dion. mereka sudah merencanakan untuk menikah, tapi karena Nauma masih belum membuka hatinya untuk pria baru jadi mereka menunda sampai Nauma ada yang menjaganya. Setelah memastikan Arumi sarapan dan meminum obat , Nauma bergegas pergi ke caffe. Sampai di caffe ternyata sudah ramai pengunjung sepagi ini, caffe memang sudah buka sejak pukul 7: 30 WIB , semua diurus kepala pelayan. Nauma disana hanya memantau kinerja pegawainya. "Selamat pagi Bu Nauma." sapa pelayan cafe nya yang siap membersihkan ruangan nya. "Selamat pagi ." jawab Nauma dengan senyuman manis terpatri di sudut bibirnya Nauma memulai kerja dengan berdoa didalam hatinya semoga hari ini Allah melancarkan segala urusannya dan memberikan keberkahan untuk usahanya, setelah berkutat cukup lama didepan komputer menghitung pemasukan dan pengeluaran, Nauma sedikit kesulitan karena sebelumnya ini adalah ranahnya Arumi. "Tok..tok..tok." ketukan di pintu menghentikan pergerakan Nauma dari pekerjaan nya di depan layar komputer. "Masuk." jawab Nauma karena hanya karyawan dari caffe Aruna yang boleh masuk ke ruangan nya, kecuali ada izin terlebih dahulu. "Permisi Bu Nauma,diluar ada yang mencari ibu Arumi.!" "Siapa yang mencari bu Arumi Din?" tanya Nauma ke karyawan nya yang bernama Dini "Mereka bilang yang mau bertanggung jawab sudah menabrak mobil ibu Arumi Bu.!" jelasnya "Oh, suruh masuk aja Din." angguk Nauma saat mendapat jawaban dan meminta pelayan caffe nya menyuruh masuk orang yang dimaksud. "Baik Bu, permisi." Sembari menunggu Nauma kembali fokus dilayar komputer nya, sebenarnya dia terfikir siapa gerangan orang yang menabrak mobilnya kemarin dan kenapa tidak menghubungi Arumi langsung, bagaimana bisa dia tahu Arumi bekerja dicaffe.Saka bekerja dengan semangat, semua pekerjaan nya hari ini berjalan lancar, perusahaan nya kembali berjalan normal setelah teman Tante Melly menanamkan saham yang begitu besar, Saka belum sempat berterimakasih karena kondisi Nauma yang tidak mungkin dia tinggalkan sendiri."Bagaimana kalau aku undang mereka makan malam diluar bersama, Nauma pasti senang," fikirnya yang sedang duduk dikursi kebesarannya, semua pekerjaan nya telah selesai."Hallo, assalamualaikum!" "Waa'alaikumsalam, tumben telfon papa gimana kabarmu?" "Aku baik, nanti malam aku mau mengundang papa sama istri papa makan malam apa bisa?" Saka enggan menyebutkan nama Tante Melly meski dia sudah tahu kebenaran mengapa papa nya memilih bercerai dan menikahi Tante Melly."Kamu serius, tentu papa bersedia," terdengar suara bahagia diseberang telfon, anak satu-satunya yang dia rindukan"Baiklah nanti aku kirim lokasi nya!" Jawab Saka datar"Ia, papa tunggu!""Assalamualaikum,""Waa'alai
Saka ketakutan tubuhnya gemetar, melihat Nauma kembali tidak sadarkan diri, dia mondar mandir di depan ruangan Nauma diperiksa, dia selalu menyalahkan dirinya seandainya dia tidak meninggalkan Nauma sendiri semua ini tidak akan terjadi,selalu itu yang ada dalam pikiran nya. ini semua ulah Melisa dia harus diberi sedikit pelajaran agar jera, tapi sebagai anak orang yang berkuasa dia selalu bisa berlaku semena-mena."Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Tanya Saka melihat dokter yang memakai jas putih keluar dari ruangan Nauma "Banyak luka lebam ditubuhnya, kami sudah memberikan pertolongan dan Ibu Nauma sudah siuman namun sepertinya dia trauma atas kejadian yang menimpanya," dokter menjelaskan keadaan Nauma yang trauma atas kejadian penculikan nya"Tapi bapak tidak usah khawatir tidak ada luka serius, semoga ibu Nauma lekas sembuh." dokter melihat rasa khawatir diraut wajah Saka "Terimakasih Dok," Dokter tersenyum mengganggukan kepala dan meninggalkan nya sendiri, Sak
Nauma memegang gagang pintu hendak keluar dan kejadian hari itu terulang kembali, pintunya terkunci Nauma panik campur ketakutan"Tolong Anda jangan macam-macam dengan saya!" Teriak Nauma mengeluarkan keringat dingin"Hahaha sekarang tidak ada yang bisa membantumu Nona cantik," tawa sopir taksi kumisnya naik turun mengimbangi tawanya"Tolong!" Nauma berteriak sopir taksi semakin menambah kecepatanNauma mencoba melawan dengan memukuli sopir taksi tetapi itu tidak berpengaruh apa-apa hanya membuat tenaga Nauma semakin habis."Saya mohon lepas kan saya pak!" Nauma putus asa disaat dia memukul handphone nya terjatuh kedepan dia tidak bisa meminta pertolongan lagi"Saya akan memberikan berapapun uang yang bapak minta tapi tolong lepaskan saya," Nauma bernegosiasi dengan terisak namun sopir taksi tetap fokus mengemudi jauh kedalam jalanan yang sepi kearah pemakaman umum.Ditempat lain Saka sudah pulang ke apartemen dia merasa bersalah meninggalkan Nauma sendir
"Kenapa tidak terima, apa kata penghulu waktu itu kamu ingat? Badai akan selalu datang, saling menggenggam dan saling mempercayai tapi bagaimana sekarang aku bisa mempercayai kamu? Saka terlihat bimbang, dia tidak yakin Nauma akan tetap bertahan melalui badai ini bersama"Kamu tidak mempercayai ku?" Nauma memicingkan matanya seakan dia tau apa yang difikirkan Saka "Biarlah apa yang dalam fikiranmu itu menjadi benar," jawab Saka tetap memilih bungkam"Ini yang membuat kamu mudah dimanfaatkan Melisa, membiarkan orang memandang buruk tentang mu!" Seru Nauma membuat langkah Saka kembali terhenti, namun dia kembali berjalan tampa menoleh kebelakang, dia tidak sanggup mengungkapkan kebenaran nya.Nauma sudah berusaha membuat Saka menceritakan masalahnya yang mengancam biduk rumah tangga mereka, namun Saka tetap bungkam membuat Nauma dilanda kecewa.Kadang pilihan untuk diam itu tepat, tetapi setelah menikah kita sudah memiliki partner, jadi setiap masalah harusnya ki
"Kenapa wajah kamu ditekuk begitu?" Tanya Saka mengemudikan mobil nya, Nauma hanya melongos tidak mau menjawab"Maaf tadi aku membentakmu," Saka melirik Nauma yang membuang muka keluar jendela"Bagaimana kalau kita jalan-jalan." Nauma tetap diam, Saka menghela nafas panjangSampai di apartemen Nauma langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya, Saka mengikutinya dan duduk disisi ranjang."Bicaralah, jangan diamkan aku seperti ini!" Lirih Saka menatap punggung Nauma yang membelakangi nya.Satu menit,dua menit,tiga menit, tidak ada respon, yang ada terdengar dengkuran halus, Saka tersenyum melihat Nauma tertidur dalam keadaan marah, dia membetulkan posisi tidur Nauma dan mengecup keningnya."Maafkan aku sayang!" Saka menatap setiap inci dari wajah Nauma yang terlihat sangat cantik, ingin rasanya meminta hak sebagai seorang suami tapi Saka tidak ingin meminta melainkan Nauma juga menginginkan."Kita berjuang sama-sama ya!" Lirihnya membelai pelan wajah Nauma
Ditengah jalan raya yang ramai, Saka memacu kecepatan mobilnya menuju ke perusahaan nya, wajah tegang dan fikiran berkecamuk memenuhi kepalanya, tidak semudah itu lepas dari Melisa dan masa lalu nya, Saka memarkirkan mobil dan memasuki perusahaan yang telah didirikan kakeknya, karyawan disana menunduk menghormati nya."Bapak sudah ditunggu Bapak Bian didalam," ujar sekretaris nya, Saka menganggukkan kepala dan memutar handle pintu.Disana terlihat seorang laki-laki duduk dikursi kebesaran Saka."Akhirnya kamu datang juga!" Om Bian tersenyum sinis, Saka berdiri tegap menghadapnya"Kamu tahu kan maksud kedatangan saya, ehm sebelumnya sudah saya beritahu untuk tidak bermain-main dengan saya!" Ucapnya lantang"Menikahi Melisa dan ceraikan istri atau calon istri yang ditinggalkan Rendi, terserah apa namanya itu jika ingin tetap aku mendanai perusahaan kecil mu ini." Imbuhnya lagi dengan sombong"Saya tidak akan menceraikan nya atau pun menikahi Melisa." Jawab Saka