Karena tidak kunjung dihubungi oleh Arumi,Saka akhirnya memutuskan untuk datang ke Aruna Caffe, selain untuk bertanggung jawab atas kecelakaan yang dia buat tapi Saka juga ingin melihat kembali Nauma, Saka masih memendam rindu untuk nya, yang dia tinggal selama 5 tahun tampa pamit dan kabar berita. Sampainya di caffe saka mendapatkan telfon dari Melisa, tunangan hasil perjodohan paksa dari ayahnya.
"Kamu dimana Mas?" tanya nya tampa salam, Saka berdecak kesal dengan menyugar rambutnya kebelakang. "Di caffe Aruna." jawab nya terlihat malas menjawab "Ngapain kamu kesana sepagi ini? jangan-jangan kamu mau menemui pelayan kemarin ya sampai kamu rela bertengkar dengan ku dimobil karena dia," cerocos melisa menyebalkan jika bukan karena paksaan Ayah aku tidak akan mau bertunangan dengan gadis manja sepertinya, umpat saka dalam hati. "Saya mau bertanggung jawab atas kerusakan mobil Arumi." haruskah setiap urusan ku dia mengetahui nya menyebalkan gumam saka dalam hatinya. "Tunggu aku, aku kesana sekarang." teriak Melisa diseberang telfon "Buat apa..Tut ..tut, sial!" teriak Saka saat Melisa memutuskan sambungan sepihak mau tak mau Saka menunggu nya supaya tidak ada lagi keributan yang dia buat, jika tidak Saka yang akan disalahkan Ayah. Saka menyapu pandangan ke setiap karyawan yang melayani pelanggan dicaffe Aruna,tapi tidak ada sosok yang dia cari. "Apa dia dipecat?" Gumam Saka sambil menikmati secangkir teh yang sudah dia pesan beberapa saat lalu. Melisa datang dengan tampilan mencolok, Saka menggelengkan kepala sangat risih melihatnya , tampa disadari dia jadi tontonan mata laki-laki untuk dijadikan sarapan pagi,dan saka merasa bodoh amat dan tidak peduli karena dinasihatipun dia tidak akan menurut. "Mas kenapa harus kesini sih, tinggal transfer uang nya kan bisa," cerocos nya duduk dihadapan Saka, yang tidak mendapatkan tanggapan dari Saka. "Apa kamu mau pesan sesuatu?" "Enggak, habis ini kamu temani aku shopping ya." ungkapnya, Saka sangat terlihat tertekan namun dia tetap terlihat tenang. "Mba..!" panggil saka ke arah seorang pelayan dengan mengangkat tangan kanannya. "Ia Mas, ada yang bisa saya bantu?" "Ehm saya mau jumpa dengan Bu Arumi,apa dia ada?" tanya Saka "Maaf mas, tapi apa sudah ada janji?" tanya nya tetap dengan senyum ramah "Belagu amat sih, baru aja owner caffe udah harus pakai janjian dulu." Melisa menimpali dengan mulut yang tidak disekolah kan nya. Saka harus memiliki stok kesabaran untuk jadi tunangan terpaksa nya. "Bilang aja Mba dari yang nabrak mobil bu Arumi." pelayan kelihatan agak kaget tapi dia mengangguk mengerti. "Baik Mas, tunggu sebentar ya." ucapnya sopan dan pergi berlalu dari hadapan Saka dan Melisa yang sedang sibuk membenahi tampilannya. Tidak berselang lama pelayan tadi,datang lagi dan meminta Saka untuk langsung menuju keruangan Arumi. "Silahkan Mas, sudah di tunggu didalam." pelayan itu pergi setelah mengantarkan Saka kedepan ruangan Arumi, sedangkan Melisa, lebih memilih menunggu diluar dengan memainkan handphone nya. "Assalamualaikum." saka mengucapkan salam, dan didalam Nauma kelihatan sangat sibuk didepan layar komputer nya. "Waa'alikumsalam." jawab Nauma dan memutar posisi nya mengahadap ke belakang "Deg.." jantung Saka berdetak kuat mungkin hal yang sama dengan gadis dihadapan dia bola matanya kelihatan membola dan raut wajah yang tegang. "Tak..tuk..tak..tuk.." hanya suara jam yang menggantikan keheningan diantara mereka beberapa saat. "Ehm, apa kabar dek Nauma?" tanya saka memecahkan ketegangan diantara mereka, dengan sedikit berdehem menetralkan degupan jantung nya. "Seperti yang kamu lihat Mas." jawab Nauma dengan memaksakan senyum mengembang di bibirnya, dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Saka. "Silahkan duduk Mas," kenapa aku tidak melihat cctv sebelum menyuruh nya masuk, ucap Nauma didalam hatinya. "Iya terimakasih." ah perasaan ini apa dia masih memiliki rasa yang sama setelah kutinggalkan begitu saja? bathin Saka. "Arumi nya ada dek Nauma?" tanya Saka to the poin karena melihat gelagat Nauma yang tidak nyaman atas kedatangan nya yang tiba-tiba. "Arumi hari ini libur, jadi aku yang menggantikan, apa ada yang bisa saya bantu Mas?" jawab Nauma terlihat tegar "Aku mau ganti rugi atas kecelakaan kemarin," Saka merasa formal sekali bicara dengan Nauma, karena selalu mengalihkan pandangan ke arah lain tidak menatap lawan bicaranya "Ooh, tapi mobilnya belum sempat diantar ke bengkel jadi nanti biar Arumi hubungi Mas Saka lagi." jawab Nauma berat menyebut Nama Saka. "Apa perlu aku yang antarkan mobilnya? soalnya Mas, ga enak sama Arumi sudah membuat mobilnya lecet." Nauma kelihatan tidak senang atas kehadiran Saka,padahal Saka terlihat sangat ingin bersamanya lebih lama. "Kayaknya ga perlu deh Mas, langsung hubungi Arumi saja, ini kartu nama nya, sekarang mas boleh keluar banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan." Nauma menyodorkan name tag Arumi dan mengusir Saka secara halus, Saka berfikir apa sebenci itu seakan Nauma tidak mengingat masa yang pernah kami lalui bersama belum ada kata usai. "Boleh aku juga meminta kartu nama mu dek Uma?" saka memberanikan diri untuk meminta nomor hp nya namun,wajah Nauma kelihatan menegang dan ada senyum sinis disana diwajahnya yang selalu jadi candu Saka sejak pertama mereka bertemu. "Lebih baik Mas keluar, saya tidak mau dilabrak sama tunangan Mas Saka itu," tunjuknya ke depan monitor LCD TV , disana terlihat Melisa sudah membuat ulah dan berjalan menuju keruangan mereka berada saat ini. Saka segera keluar dari ruangan Nauma, sebelum menutup pintu mata mereka kembali saling bersirobok ada kesedihan disana, jika boleh memilih hidup ku sendiri,aku akan merajut kembali cinta kita yang tertinggal dik, gumam Saka didalam hatinya. "Maasss...!!" Melisa datang mencak-mencak beruntung pintu sudah ditutup Saka jadi Dia tidak melihat keberadaan Nauma didalam, jika tidak sudah akan ada perang yang tidak bisa dielakkan. "Bisa gak kamu sekali saja bersikap lebih dewasa." bentak saka kesal dengan menekan intonasi suaranya "Salah kamu sendiri , ngapain lama kali aku kan dah bilang mau pergi shopping." nada suaranya merengek memang dasar anak manja apa-apa semuanya harus dituruti, bathin Saka. "Aku ga bisa, hari ini aku ada meeting sama klayen kamu pergi sama teman-teman sosialita kamu aja." tolak Saka dan menyodorkan kartu atm kehadapan Melisa, cuma ini cara ampuh menghindar darinya. "Terimakasih kasih Mas,cup." sebuah kecupan,mendarat dipipi kiri Saka bukan kah ini kesenangan untuk laki-laki tapi tidak untuk Saka, tapi Saka tetap harus tersenyum jika tak mau Melisa mengamuk dan membuat nya kerepotan. Disaat berjalan keluar, mereka bersirobok dengan Rendi laki-laki yang selalu mengejar cinta Nauma tampa ada kata lelah, Melisa tersenyum genit kearahnya.Saka bekerja dengan semangat, semua pekerjaan nya hari ini berjalan lancar, perusahaan nya kembali berjalan normal setelah teman Tante Melly menanamkan saham yang begitu besar, Saka belum sempat berterimakasih karena kondisi Nauma yang tidak mungkin dia tinggalkan sendiri."Bagaimana kalau aku undang mereka makan malam diluar bersama, Nauma pasti senang," fikirnya yang sedang duduk dikursi kebesarannya, semua pekerjaan nya telah selesai."Hallo, assalamualaikum!" "Waa'alaikumsalam, tumben telfon papa gimana kabarmu?" "Aku baik, nanti malam aku mau mengundang papa sama istri papa makan malam apa bisa?" Saka enggan menyebutkan nama Tante Melly meski dia sudah tahu kebenaran mengapa papa nya memilih bercerai dan menikahi Tante Melly."Kamu serius, tentu papa bersedia," terdengar suara bahagia diseberang telfon, anak satu-satunya yang dia rindukan"Baiklah nanti aku kirim lokasi nya!" Jawab Saka datar"Ia, papa tunggu!""Assalamualaikum,""Waa'alai
Saka ketakutan tubuhnya gemetar, melihat Nauma kembali tidak sadarkan diri, dia mondar mandir di depan ruangan Nauma diperiksa, dia selalu menyalahkan dirinya seandainya dia tidak meninggalkan Nauma sendiri semua ini tidak akan terjadi,selalu itu yang ada dalam pikiran nya. ini semua ulah Melisa dia harus diberi sedikit pelajaran agar jera, tapi sebagai anak orang yang berkuasa dia selalu bisa berlaku semena-mena."Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Tanya Saka melihat dokter yang memakai jas putih keluar dari ruangan Nauma "Banyak luka lebam ditubuhnya, kami sudah memberikan pertolongan dan Ibu Nauma sudah siuman namun sepertinya dia trauma atas kejadian yang menimpanya," dokter menjelaskan keadaan Nauma yang trauma atas kejadian penculikan nya"Tapi bapak tidak usah khawatir tidak ada luka serius, semoga ibu Nauma lekas sembuh." dokter melihat rasa khawatir diraut wajah Saka "Terimakasih Dok," Dokter tersenyum mengganggukan kepala dan meninggalkan nya sendiri, Sak
Nauma memegang gagang pintu hendak keluar dan kejadian hari itu terulang kembali, pintunya terkunci Nauma panik campur ketakutan"Tolong Anda jangan macam-macam dengan saya!" Teriak Nauma mengeluarkan keringat dingin"Hahaha sekarang tidak ada yang bisa membantumu Nona cantik," tawa sopir taksi kumisnya naik turun mengimbangi tawanya"Tolong!" Nauma berteriak sopir taksi semakin menambah kecepatanNauma mencoba melawan dengan memukuli sopir taksi tetapi itu tidak berpengaruh apa-apa hanya membuat tenaga Nauma semakin habis."Saya mohon lepas kan saya pak!" Nauma putus asa disaat dia memukul handphone nya terjatuh kedepan dia tidak bisa meminta pertolongan lagi"Saya akan memberikan berapapun uang yang bapak minta tapi tolong lepaskan saya," Nauma bernegosiasi dengan terisak namun sopir taksi tetap fokus mengemudi jauh kedalam jalanan yang sepi kearah pemakaman umum.Ditempat lain Saka sudah pulang ke apartemen dia merasa bersalah meninggalkan Nauma sendir
"Kenapa tidak terima, apa kata penghulu waktu itu kamu ingat? Badai akan selalu datang, saling menggenggam dan saling mempercayai tapi bagaimana sekarang aku bisa mempercayai kamu? Saka terlihat bimbang, dia tidak yakin Nauma akan tetap bertahan melalui badai ini bersama"Kamu tidak mempercayai ku?" Nauma memicingkan matanya seakan dia tau apa yang difikirkan Saka "Biarlah apa yang dalam fikiranmu itu menjadi benar," jawab Saka tetap memilih bungkam"Ini yang membuat kamu mudah dimanfaatkan Melisa, membiarkan orang memandang buruk tentang mu!" Seru Nauma membuat langkah Saka kembali terhenti, namun dia kembali berjalan tampa menoleh kebelakang, dia tidak sanggup mengungkapkan kebenaran nya.Nauma sudah berusaha membuat Saka menceritakan masalahnya yang mengancam biduk rumah tangga mereka, namun Saka tetap bungkam membuat Nauma dilanda kecewa.Kadang pilihan untuk diam itu tepat, tetapi setelah menikah kita sudah memiliki partner, jadi setiap masalah harusnya ki
"Kenapa wajah kamu ditekuk begitu?" Tanya Saka mengemudikan mobil nya, Nauma hanya melongos tidak mau menjawab"Maaf tadi aku membentakmu," Saka melirik Nauma yang membuang muka keluar jendela"Bagaimana kalau kita jalan-jalan." Nauma tetap diam, Saka menghela nafas panjangSampai di apartemen Nauma langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya, Saka mengikutinya dan duduk disisi ranjang."Bicaralah, jangan diamkan aku seperti ini!" Lirih Saka menatap punggung Nauma yang membelakangi nya.Satu menit,dua menit,tiga menit, tidak ada respon, yang ada terdengar dengkuran halus, Saka tersenyum melihat Nauma tertidur dalam keadaan marah, dia membetulkan posisi tidur Nauma dan mengecup keningnya."Maafkan aku sayang!" Saka menatap setiap inci dari wajah Nauma yang terlihat sangat cantik, ingin rasanya meminta hak sebagai seorang suami tapi Saka tidak ingin meminta melainkan Nauma juga menginginkan."Kita berjuang sama-sama ya!" Lirihnya membelai pelan wajah Nauma
Ditengah jalan raya yang ramai, Saka memacu kecepatan mobilnya menuju ke perusahaan nya, wajah tegang dan fikiran berkecamuk memenuhi kepalanya, tidak semudah itu lepas dari Melisa dan masa lalu nya, Saka memarkirkan mobil dan memasuki perusahaan yang telah didirikan kakeknya, karyawan disana menunduk menghormati nya."Bapak sudah ditunggu Bapak Bian didalam," ujar sekretaris nya, Saka menganggukkan kepala dan memutar handle pintu.Disana terlihat seorang laki-laki duduk dikursi kebesaran Saka."Akhirnya kamu datang juga!" Om Bian tersenyum sinis, Saka berdiri tegap menghadapnya"Kamu tahu kan maksud kedatangan saya, ehm sebelumnya sudah saya beritahu untuk tidak bermain-main dengan saya!" Ucapnya lantang"Menikahi Melisa dan ceraikan istri atau calon istri yang ditinggalkan Rendi, terserah apa namanya itu jika ingin tetap aku mendanai perusahaan kecil mu ini." Imbuhnya lagi dengan sombong"Saya tidak akan menceraikan nya atau pun menikahi Melisa." Jawab Saka