Share

POV FEBRI

Author: Widia
last update Huling Na-update: 2024-08-05 15:17:45

POV : FEBRI

Aku mencoret beberapa nama hasil usulan dari teman-teman rapat "yang ini... sama yang ini...diganti aja!" Kataku mengamati dengan cermat barisan nama-nama anak kelas X jurusan multimedia 1 yang akan diikutsertakan dalam kegiatan.

"Satu..dua..tiga.. ini masih kurang nih, kok cuma delapan orang!" Hitungku, kemudian mengalihkan perhatian pada data-data siswa di buku agenda sekolah.

"Anak multimedia 1 susah diajak kompak, udah kaya buyut-buyutnya nih!" Tukas ari nyinyir, melirik siska dihadapannya.

"Sorry aja ya! Kelas kita sih kompak-kompak, beda sama adik kelas kita" Timpalnya membela.

"Gue baru inget, ini si dinda kok belum masuk list? Dia anak multimedia 1 juga kan?" Tanyaku, sambil menuliskan namanya dalam daftar list dengan huruf kapital semua. DINDA!

"Loe yakin mengikutsertakan dinda diacara ambalan besok, feb?" Tanya wito ragu setelah mendengar pendapatku.

"Iya" jawabku cepat, masih berkutat dengan tumpukan kertas-kertas dimeja yang berantakan.

Hari itu, para panitia untuk kegiatan ambalan yang sudah terbentuk sedang mengadakan rapat membahas susunan acara dalam kegiatan ambalan, juga menentukan siapa-siapa saja siswa yang akan kami ikutsertakan dalam kegiatan tersebut.

"Tapi fisik dinda gak bakal kuat, feb. Mengingat dia kemarin baru mengalami sakit perut melilit kayanya itu bukan sakit perut biasa" Wito bersuara lagi, orang ini memang sering beda pendapat denganku.

"Ya terus kenapa? Justru fisiknya harus dilatih biar lebih kuat! Gue gak suka orang menye-menye" Jawabku, tanpa melihatnya.

Wito tiba-tiba menggebrak meja, bangkit dari duduknya membuatku tersentak. "Gue gak mau ambil resiko yang malah membahayakan dinda!"

Wow! Luar biasa reaksinya.

"Siapa juga yang mau buat anak orang celaka!" Melatih fisik beda sama mencelakai. Loe ketua osis, tapi bahkan, bedain dua hal itu aja loe gak bisa!" Tatapku sinis pada wito yang sudak mendelik lebih dulu padaku.

Wito murka, menarik kerah seragamku. "Apa maksud loe?"

"Eh, udah-udah!" Teman-teman lain yang berada diruang yang sama berusaha memisahkan kami, hingga wito menarik lagi tangannya.

"Lagipula, kenapa loe mesti semarah ini?" Tatapku curiga "loe suka sama dinda?" Tanyaku masih dengan tatapan yang sama.

"Iya" Jawab wito cepat, pengakuannya membuat teman-teman yang berusaha memisahkan kami kaget, "Gue suka sama dinda!"

"Loe serius wito?" Tanya teman-teman kompak

Aku hanya mampu tersenyum getir mendengarnya,

"Gue gak mau beda-bedain siapapun, sekalipun orang itu adalah kekasih dari ketua osis kita. Bagi gue, kita semua disini sama aja. Wajib belajar dan mendapat pengajaran." Kataku, kembali duduk berusaha untuk tetap tenang.

"Ingat febri!" Katanya sambil menunjuk wajahku. "Kalau terjadi sesuatu sama dinda diacara besok, loe adalah orang pertama yang bakal gue persalahkan!" Lanjutnya lagi, lalu pergi meninggalkan rapat kami.

Hah! Memang siapa dia berani mengancamku begitu? Ketua osis yang bisa mengatur segalanya? Enak saja! Sekarang aku ketua panitia di kegiatan ini, jadi semua keputusan bergantung atas persetujuanku. Dia gak berhak mengaturku sesukanya.

"Buset rame banget di toilet!" Kata dicky yang baru saja masuk ruangan, orang ini emang kebiasaan seenaknya gara-gara sahabat ketua osis. Mereka sama saja!

"Ada apa lagi sih?" Tanya siska yang duduk disebelahku, dia teman sekelas wito yang ikut menjadi panitia untuk kegiatan ini. Anak multimedia memang lebih banyak diikutsertakan sebagai panitia daripada anak akuntansi yang hanya ada aku dan ari. Taulah, gimana pelajaran anak kelas akuntansi sampai mereka lebih banyak menolak untuk dilibatkan dalam kegiatan apapun.

"Biasa genknya si amel lagi ngelabrak anak baru!" Kata dicky

"Anak baru?" Sahut siska bingung karna gak ada siswa pindahan baru-baru ini.

"Maksudnya anak yang dari jakarta itu!"

Dinda!!!

Aku meletakkan pulpenku dengan kasar, lalu berlari terburu meninggalkan teman-teman yang saling berbisik bingung melihat kepanikanku. Tentu, mereka pasti aneh melihat reaksi spontanku yang gak biasa, sementara selama ini aku cuek dengan kelakuan absurd cewe-cewe di sekolah ini. Ah! Aku gak peduli dengan mereka. Yang penting aku harus menyelamatkan dinda sekarang.

Lagian, anak itu! Kenapa harus berurusan dengan genk cewe bar-bar seperti mereka sih? Aku bergumam sendiri, kesal.

Suara sepatuku berdecit, mengerem langkah kakiku begitu aku mendapati dia disana. Anak yang aku khawatirkan itu, sudah selamat! Dan ia bersama wito sekarang, bergandengan.

Sekali lagi, aku terlambat,

Aku tersenyum kecut, merasakan hatiku yang tiba-tiba berdenyut nyeri. Wito kembali berhasil mendahuluiku. Sesigap itu ketua osis kita, sementara aku tak berdaya dan lagi-lagi harus menjadi orang yang hanya ada diantara mereka.

Aku terpaku, masih di tempatku berdiri saat ini, menyaksikan mereka melewatiku begitu saja, bahkan dinda...

Ya, dia! Orang yang aku khawatirkan itu, hingga membuatku berlari sampai kemari dan meninggalkan rapatku, hanya melirikku sebentar dengan pandangan datar.

Aku cemburu,

***

"Dinda, loe gak apa-apa kan?" Sambut manda panik, ia kebetulan tadi sedang bersamaku saat genk bar-bar menyerang, namun ia gak berani melawan mereka sampai harus membiarkan aku dibawa begitu saja.

"Iya gak apa-apa kok!"

"Eh alif ngapain loe disini!" Kak wito menepuk tangan temannya yang duduk disebelah amanda. Kak wito memang mengikutiku sampai ke dalam kelas.

"Ganggu aja nih wito, gue kan lagi pdkt!" Jawabnya blak-blakan.

Wito mencolek lengan amanda " Jangan mau sama alif, dia suka makan orang. Emang kamu gak tau?" Katanya serius.

"Apa iya?" Tanya amanda dengan kaget yang gak dibuat-buat, anak ini emang polos.

"Iya, tanya aja teman-teman sekelasnya kalau kamu gak percaya" ledek kak wito, ia nampak menahan senyum.

"Ya udah sana ah kamu pergi!" Usir amanda pada ka alif.

"Bohong itu si wito! Buat apa gue makanin orang. Dagingnya keras!" Kata kak alif keceplosan.

"Tuh bener kan dia udah makan orang sampe tau dagingnya keras!" Kak wito masih terus meledek amanda. Aku hanya bisa terkekeh melihat tingkah mereka.

"Udah sana pergi! Pergi!" Amanda mendorong kak alif untuk keluar dari kelasnya.

"Nggak... bohong itu, manda!" Elak kak alif.

"Udah manda, udah!" Cegahku, sambil menahan tawa.

"Nyebelin tuh mereka berdua ya!" Umpatnya kesal. "Tapi untunglah ada kak wito!"

"Maksudnya gimana?" Tanyaku bingung,

"Sebenarnya, yang ngasih tahu soal loe dilabrak kakak kelas itu gue. Kebetulan aja tadi kak wito ada didepan kelasnya, jadi gue minta tolong aja sama dia. Habis, mau minta tolong sama nia jadi sungkan, gara-gara kemarin dia cerita kalau di ruang konseling dia sempat ditampar bu eni, gue jadi kasian sama dia. Lagian kak wito perhatian juga kan sama loe!" Kata manda mengakhiri pidatonya.

Aku syok mendengar ucapan amanda, "Nia ditampar bu eni?"

"Iya. Emang nia gak cerita sama loe?"

Aku menggeleng,

"Kayanya si ita juga ditampar deh, makanya dia gak masuk hari ini, mungkin dia malu!"

Nia gak cerita sejauh itu padaku, kalau amanda gak bilang tentang masalah ini, mungkin aku gak akan pernah tahu. Pantas saja, begitu keluar dari ruang konseling kemarin, ia sangat kesal. Jadi ini sebabnya...

Bodohnya aku, sampai gak tahu kalau sahabatku dalam kesusahan akibat dari ulahku.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Manis Masa Sekolah   EPILOG

    Perpisahan itu nyata adanya. Kehilangan orang - orang dalam hidup adalah kebiasaan yang tidak pernah membuatku terbiasa.Aku hanya orang biasa yang tidak mampu menahan beban kerinduan dari sebuah kata yaitu PERPISAHAN.Aku menulis buku ini sebagai sebuah penghormatan juga pengenang untuk orang - orang yang pernah hadir dengan baik dihidupku.Memberiku suka dan duka, tawa dan tangis yang sampai 16 tahun ini masih aku ingat dengan baik.Alur ceritanya memang tidak semuanya sama. Karena aku hanya mencoba mengulang yang ada dalam ingatanku yang sudah tidak terlalu baik ini.Mungkin bagi yang lain, di sepanjang hidup mereka, Tuhan masih menyisakan beberapa sahabat terbaik untuk bersama mendampingi hingga akhir usia. Berbeda denganku yang benar - benar harus kehilangan semuanya tanpa tersisa.Aku harap dengan buku ini, aku dapat mengingat semua orang - orang terbaik dalam hidupku terutama saat aku berada di masa peralihan dari anak - anak menuju dewasa.Sejujurnya dari masa SMK lah semua ke

  • Cinta Manis Masa Sekolah   63

    Malam itu setelah aku kembali dari tahlilan 40 harian mendiang kak wito, aku baru ingat kalau malam ini ada janji bertemu dengan Gugun. Begitu sampai rumah aku kembali berpamitan kepada mama untuk pergi menemui Gugun yang mungkin sudah menungguku di halte.Aku sedikit berlari agar dapat cepat sampai di halte. Aku melirik pada jam tanganku dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Sedikit gak yakin jika Gugun masih menungguku di halte bis yang aku janjikan.Nafasku terengah - engah karena sudah berlari cukup jauh, tetapi usahaku gak sia - sia karena ternyata Gugun memang masih menungguku di sana."Maaf gue baru datang, udah lama nunggunya?" Tanyaku begitu sampai di halte."Saya nunggu kakak dari jam 7 malam di sini. Saya kira kakak gak akan datang""Loe gila nungguin gue sampai 2 jam? Kenapa loe gak pulang aja sih?""Saya takut saat saya pulang kakak malah datang dan ngira saya bohong karna gak menemukan saya di sini. Jadi saya tunggu, saya fikir saya akan tetap menunggu sampai jam 12 m

  • Cinta Manis Masa Sekolah   62

    "Loe bener - bener ya, masa minta mantan gue buat traktir kita" aku mendumel kesal begitu kami berjalan kembali masuk ke sekolah."Ya biarin aja sih lagian Esha juga ikhlas kok traktir kita. Kali aja loe jadi bisa mempertimbangkan buat dia jadi pacar loe lagi" jawab Eka santai."Gak ya klo harus balikan lagi sama mantan. Kecuali....""Zendra? Ah bosen gue dengernya""Perasaan gue masih banyak banget buat dia, Ka""Udahlah lupain soal dia. Mending loe pacarin tuh adik - adik kelas biar loe makin populer" Eka menjeda ucapannya sebentar, membuatku penasaran "Populer dengan total mantan terbanyak haha" Eka terbahak meledekku."Sialan loe" Aku mengeplak lengan Eka.Memang dia pikir semudah itu aku bisa berganti hati, meskipun aku memang bisa melakukannya apa bisa menjamin dengan memacari sembarang orang sebagai pelampiasan bisa membuatku cepat move on."Oh iya loe nanti ikut kegiatan pramuka enggak?" Tanyaku teringat bahwa hari ini sudah hari jumat dan sekolah kami rutin mengadakan kegiata

  • Cinta Manis Masa Sekolah   61

    Matahari siang cukup terik membakar tubuhku. Perjalanan dari sekolah menuju rumahku gak melulu dipayungi oleh pepohonan. Terkadang aku juga melewati lapang gersang dan trotoar yang banyak kios tanpa ada satu pun pohon yang tumbuh di sana.Hari itu aku pulang bersama Eka dan beberapa teman lain. Dan otakku hampir mendidih karena mereka yang terus membahas masalah Gugun yang dihukum berkeliling kelas untuk meminta maaf."Menurut gue parah sih si hendrik. Dia udah kelas XII pikirannya masih aja lemot" Ucap Nina yang saat itu berjalan bersama kami. Dia adalah siswi dari kelas akutansi."Iya jahat banget si Hendrik apalagi ya ampun gue gak tega liat cowok ganteng dihukum begitu" Sahut Eka dengan nada manja."Tapi menurut gue ada benernya juga kok Hendri hukum adik kelas begitu biar gak ngelunjak" Mira malah mengompori."Gak bisa gue gak terima kalau hukumannya dengan cara begitu. Dulu aja waktu angkatan kita gak ada tuh kakak kelas yang menghukum adik kelasnya begitu" Balas Nina.Aku yang

  • Cinta Manis Masa Sekolah   60

    Aku menuju kantin dan memesan sesuatu di sana. Sejak kelulusan Kak Febri, aku gak kesulitan memesan makanan di kantin meskipun kondisi kantin dalam keadaan penuh sesak. Pelayan kantin selalu mendahulukan pesananku untuk tiba lebih dulu. Kemudahan yang aku dapat itu, aku yakin gak lepas dari campur tangan kak Febri, karena hanya dia yang selalu didahulukan oleh penjaga kantin saat memesan sesuatu. Sambil menunggu aku duduk di kursi tempat biasa kak Febri duduk di sana. Ajaibnya sejak dia gak ada di sekolah ini pun kursi itu selalu kosong gak ada yang berani menempati."Hai kak... akhirnya kita dipertemukan lagi" Gugun berdiri di depanku."Eh... iya...kita udah beberapa kali ketemu yaa hari ini""Tiga kali kak, mungkin sampai kita pulang nanti akan bertambah" Katanya tersenyum padaku."Mm mungkin. Gue sering mondar - mandir di sekolah ini jadi wajar kalau loe bakal sering ketemu gue. Siap - siap aja buat bosen ngeliat muka gue""Saya gak mungkin bosen lihat wajah kakak, justru sebalikn

  • Cinta Manis Masa Sekolah   59

    Angin di awal bulan juli berhembus dengan sejuk. Desirannya menggoyahkan dedaunan dan pepohonan yang tumbuh di sekitar gerbang sekolahku. Sinar mentari hadir ke permukaan bumi dengan leluasa tanpa penghalang, membentuk bayang - bayang di atas jalan berbatu tempat yang aku pijak kini.Aku berdiri di sini, di atas jalan berbatu beberapa meter di depan gerbang sekolah. Melihat beberapa motor melintas memasuki gerbang sekolah. Beberapa hari yang lalu, tempat ini menjadi tempat untuk saling berucap sampai jumpa dan salam perpisahan dengan orang - orang yang pernah dekat denganku. Di sini tempat pertama kali aku bertemu dengan Kak Wito dan di tempat ini pula lah kami mengakhiri pertemuan kami untuk selama - lamanya.Hari perpisahan memang hari paling menyakitkan sedunia. Satu hari yang amat berharga dari 365 yang ada dalam setahun. Beberapa jam yang mewakili keakraban yang terjalin selama ini dan sekarang mereka sudah benar - benar pergi.Aku berdiri di sini, berusaha mengingat segala hal y

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status