Share

Bab 2

Author: Lestari
"Itu rumahku." Emosi Elara mulai tak terkendali. Dia berusaha keras menahan diri, lalu dengan bahasa isyarat mengatakan pada Darren bahwa itu adalah rumahnya.

Darren tidak mengerti bahasa isyarat. Sama seperti mereka sekarang. Meski begitu dekat, tetap terasa asing dan jauh.

Perlahan, suasana menjadi sunyi. Elara harus menanggung semua sakit itu seorang diri.

Lima tahun ini, dia sudah terbiasa menelan luka dalam diam.

Air mata jatuh tak terkendali ke punggung tangannya. Dengan jari yang gemetar, Elara meraih pena dan menulis dengan goresan berantakan. "Aku ingin pulang sebentar, ambil beberapa barang…"

Darren hendak mengatakan sesuatu, tetapi begitu melihat Elara menangis, dia hanya membuka mulut lalu mengangguk pelan. "Baiklah…"

Sepanjang perjalanan, Elara hanya diam menatap keluar jendela mobil.

Dulu, dia percaya kursi penumpang di samping Darren selamanya akan menjadi miliknya. Namun, kini… di sana menempel stiker kartun dan ada pajangan kecil milik istri Darren.

Pria yang dulu berjanji satu per satu kata penuh cinta, bersumpah tak akan pernah mengecewakannya seumur hidup… ternyata di tahun ketiga setelah ia menghilang, sudah menjadi milik orang lain.

Dibandingkan dengan gurun tandus di Timur Tengah, gemerlap malam Kota Hadata terasa begitu mewah, hingga membuatnya linglung.

Dia hanya pergi lima tahun. Hanya lima tahun.

Mengapa seakan seluruh dunia meninggalkannya?

"Apakah… Ayah dan Ibu juga tidak menginginkanku lagi?" Akhirnya dia tak sanggup menahan diri, menuliskan pertanyaan itu di kertas.

Di tim medis yang ikut diculik bersamanya, ada enam orang.

Sang guru yang sudah tua segera dijemput anak-anaknya.

Senior perempuannya, yang bahkan sebelum menghilang selalu bertengkar ingin bercerai dengan suaminya, baru pulang saja sudah dijemput sang suami di bandara.

Semua orang ada yang menjemput.

Kecuali Elara.

Nomor telepon yang selama ini dia hafalkan luar kepala, tak satu pun bisa dihubungi.

Darren tidak datang menjemput, dia mencoba menenangkan diri. Mungkin rumah sakit terlalu sibuk.

Orang tuanya tidak datang, dia masih mencoba berpikir positif. Mungkin karena sudah tua, tidak tahu berita, tidak melihat kabar di televisi.

Namun kenyataan terlalu kejam, hingga dia sulit menerimanya.

"Elara… soal orang tuamu, bisakah kita bicarakan besok?" Darren menghentikan mobil di area parkir, menatap Elara dengan wajah tegang.

Elara merasakan firasat buruk. Dia cepat-cepat menggeleng, ingin tahu kondisi ayah ibunya sekarang juga.

"Ayo kita naik dulu… Istriku sudah menyiapkan makan malam." Darren buru-buru keluar, menghindari tatapannya, lalu membukakan pintu untuk Elara.

Kebiasaan Darren tidak berubah. Saat Elara turun, dia masih refleks menundukkan badan, menutupi kepalanya agar tidak terbentur.

Dulu, Elara percaya kasih sayang kecil seperti itu hanya miliknya seorang.

Namun, kini dia sadar semua bisa berubah.

Cinta tidak hanya bisa hilang, tetapi juga bisa berpindah.

"Kamu… juga mengenalnya." Mungkin agar Elara tidak terlalu terkejut, Darren kembali bicara di dalam lift. "Dia putri Pak Rinto. Waktu kamu menghilang, aku hampir gila mencarimu. Hidupku hancur. Dialah yang menarikku keluar dari jurang dan selalu menemaniku."

Elara menunduk, kedua tangannya terkepal kuat.

Putri Pak Rinto, Evelyn Marvella.

Adik tingkat mereka yang dulu terang-terangan mengejar Darren, bahkan pernah menantang Elara secara terbuka. "Aku tidak peduli dia punya pacar atau tidak. Selama dia belum menikah, cepat atau lambat dia akan jadi milikku."

Saat itu, Elara sama sekali tidak menanggapinya. Dia terlalu yakin, terlalu percaya pada cinta Darren padanya.

Namun kenyataannya, yang kalah justru dirinya.

Lift berhenti di lantai 19. Elara masih terdiam di dalam.

Dulu mereka membeli apartemen di lantai ini karena Elara menyukai ketinggian, dan lantai 19 menghadap langsung ke sungai Kota Hadata dengan pemandangan yang indah.

Karena itu rumah dengan pemandangan sungai, harganya jauh lebih mahal. Elara bahkan meminta orang tuanya menambah uang 560 juta demi meringankan keluarga Darren.

Itulah rumah mereka. Rumah pernikahan yang setengahnya adalah miliknya.

Namun kini, dihuni oleh wanita lain.

Bip. Darren memasukkan kode. Pintu terbuka.

Elara menatapnya. Lima tahun berlalu, ternyata Darren tidak mengganti kode sandi.

Apakah ini yang disebut cinta yang menyedihkan? Karena kode itu adalah tanggal lahirnya.

"Ayah!" Sebelum Elara sempat bereaksi, seorang gadis kecil berlari keluar, langsung memeluk Darren.

Darren menatap Elara dengan gugup, lalu melotot marah ke arah Evelyn di pintu.

"Bukankah sudah kubilang, bawa anak kita ke rumah orang tuamu…"

Evelyn tidak menjawab, hanya menatap Elara.

Namun, tatapan Elara terpaku pada anak itu.

Darren memang menikah lagi di tahun ketiga setelah dia menghilang. Akan tetapi, anak ini jelas bukan berusia satu atau dua tahun, melainkan sekitar empat atau lima tahun.

Elara terkejut, mendongak menatap Darren dengan penuh amarah. Dia menuntut penjelasan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 100

    "Cepat panggil orang untuk buka kunci. Ini rumah kita. Dia tidak bisa seenaknya! Perempuan macam itu kalau tidak dipukul, tidak akan mau menurut. Kamu harus hajar dia sekali, biar dia tahu siapa sebenarnya kepala rumah tangga ini." Ibu Darren marah sambil mengeluarkan ide.Fesilia menangis sambil memeluk Darren. "Ayah, pukul dia. Dia jahat sekali."Darren mengernyit sambil menatap ibunya. "Ibu, jangan bicara seperti itu di depan anak."Ibu Darren menjawab dengan nada kesal, "Lalu sekarang harus gimana?""Panggil saja orang dari komunitas perempuan untuk bantu menengahi." Darren mengusap pelipisnya, lalu menelepon komite perempuan di komunitas setempat.Ketika ketua wanita datang, wajahnya tampak tidak enak, tatapannya pada Darren pun penuh ketidaksenangan. "Istrimu kemarin sudah datang melapor dan menceritakan semuanya padaku. Kamu diam-diam selingkuh di Kota Hadata saat dia tidak ada, bahkan sampai punya anak. Kamu yang salah duluan. Jadi kalau sekarang dia tidak mengizinkanmu masuk r

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 99

    Lani menelepon. Dia sudah menyerahkan bukti video tentang Darren yang terus mengganggu Elara dalam pernikahannya, bahkan sampai memaksanya, kepada tim investigasi kriminal. Akibatnya, Darren harus bekerja sama dengan polisi dan menjalani pemeriksaan. Meskipun sudah menyewa pengacara, dia tetap akan ditahan selama 48 jam.Selama 48 jam itu, ibu Darren menangis histeris ke mana-mana, mencoba mencari kenalan dan meminta pertolongan.Sayangnya, Keluarga Marvella sama sekali tidak menganggap Darren layak, bahkan dari lubuk hati mereka, mereka juga merendahkan ibu Darren. Oleh karena itu, Rinto, demi menjaga dirinya sendiri, memilih untuk mengacuhkan ibu Darren. Ibu Darren pun hanya bisa membawa anaknya tinggal di hotel.…Arseta Residence.Elara sudah akrab dengan semua orang di grup chat komplek. Dia mengirimkan hadiah, bahkan menaruh permen di setiap lantai dan menjelaskan bahwa dia adalah istri dari Darren.Sementara itu, kabar bahwa Evelyn adalah pelakor sudah tersebar luas di kalangan

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 98

    Ibu Darren ketakutan. Dia buru-buru melindungi Fesilia di belakangnya. "Kamu mau apa...""Aku gila dong... Bukannya putramu tahu aku gila?" Elara tersenyum, lalu mulai mengayunkan pisaunya tak beraturan di dalam rumah. "Ini rumahku, aku bebas mau melakukan apa saja.""Jangan sentuh boneka rubahku!" teriak Fesilia sambil menangis menatap Elara.Baru saat itulah Elara menyadari boneka rubah di kakinya. Dengan seringai dingin, dia meraih boneka itu dan berdiri, lalu di depan mata Fesilia, dia mengayunkan pisaunya, memotongnya menjadi beberapa bagian."Ah!" teriak Fesilia ketakutan. Tangisnya makin histeris.Ibu Darren merasa marah, tetapi tak berani mendekati Elara yang kini di luar kendali. Dia mendekap Fesilia, membujuknya dengan penuh kasih sayang. "Fesilia, jangan nangis, Sayang. Ada Nenek di sini," bisiknya lembut.Elara mencibir, menatap Ibu Darren dengan dingin. "Kena batunya, ya? Giliran cucu kesayanganmu yang terancam, baru pura-pura peduli," gumamnya sinis.Fesilia terus terisak

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 97

    Lukas... ya, Lukas."Lani, aku pinjam ponselmu sebentar!" Elara mengambil ponsel Lani dengan tergesa-gesa, lalu menelepon Ferdian.Urusan Lukas adalah rahasia militer. Satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Nathaniel hanyalah Ferdian."Aku... Elara." Elara menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri sebaik mungkin."Ponsel Nathaniel ada di tangan Darren. Darren bilang, ponsel itu dikasih Rinto. Anak buah mereka mengincar Nathaniel," ujar Elara cemas.Ferdian terdiam sejenak sebelum akhirnya bersuara, "Nathaniel hilang. Kami tidak bisa menghubunginya, tapi kami akan menemukannya secepat mungkin."Tubuh Elara bergetar. Air matanya tak terbendung saat memohon, "Kumohon..."Cepat temukan dia.Sudah lebih dari sepuluh jam dia menghilang. Dia pasti sudah mati."Kami sudah melacak posisi terakhir ponselnya. Dia... akan baik-baik saja."Pria di seberang telepon tidak bisa berkata lebih banyak, dan sambungan pun terputus.Sambil menangis, Elara mengembalikan ponsel itu ke Lani, dalam hat

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 96

    Elara menyeringai sinis, menatap Rinto. "Sangat mudah membuat orang waras jadi gila, bukan? Karena Pak Rinto tidak bisa menyelesaikan masalah, jadi lebih baik menyingkirkan orang yang menciptakan masalah, begitu?"Elara melihat Sena hendak menyelinap pergi, lalu berseru, "Dokter gadungan, kamu mau ke mana? Kamu sebagai staf humas rumah sakit, tapi malah menyuntikkan obat penenang dosis tinggi secara ilegal. Ditambah lagi, rumah sakit jiwa yang mengeluarkan resep obat penenang ilegal. Semua perbuatan ini adalah pelanggaran hukum pidana."Polisi selesai memeriksa rekaman CCTV rumah itu, lalu menatap Sena dengan wajah muram. "Apa kamu punya izin praktik?"Sena mengernyitkan dahi dan menoleh ke arah Rinto.Rinto saat itu tentu saja tidak berani banyak bicara."Dari video, memang benar pria ini yang sengaja memprovokasi wanita ini. Kalian terlibat dalam penahanan ilegal dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Ikut kami ke kantor polisi, dan kalian juga. Apa-apaan soal operasi lobotomi?""

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 95

    "Pihak psikiatri RS 456 sudah memberikan diagnosis yang sangat jelas. Elara hanya mengalami afasia. Tidak ada gejala lain, dan dia juga tidak menunjukkan adanya sikap agresif seperti yang kalian sebutkan. Dengan kata lain, dia baik-baik saja, hanya tidak bisa bicara." Lani mengeluarkan surat diagnosis Elara. "Aku punya alasan kuat untuk mencurigai kalian. Kalian memakai kedok rumah sakit jiwa, ini adalah penjara ilegal. Aku akan menuntut kalian dan bawa Elara pergi.""Tidak bisa!" Rinto dan dokter rumah sakit jiwa itu berseru bersamaan.Suara Rinto terdengar berat saat menatap Sena. "Dia memang tidak pernah bertindak agresif sebelumnya, tapi bukan berarti sekarang tidak. Luka di kepala Darren adalah buktinya. Lagi pula, Darren adalah walinya. Kalian tidak punya hak." Dia melanjutkan, "Tanpa izin Darren, Elara harus dibawa ke rumah sakit jiwa.""Kalau begitu, panggil Darren ke sini!" teriak Lisa, matanya menyorot tajam ke arah Rinto. "Hari ini, kalau Darren tidak datang untuk memberikan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status