Share

04 : Mari Tidur di Kamar yang Sama

Rumah pagi ini dibuat gempar atas kepergian Ara yang tiba-tiba dan hanya meninggalkan secarik kertas berisi izin keberangkatan ke Italia

Selamat pagi Tante Geby dan Kak Gavin,, Ara akan tetap pergi ke Italia sesuai rencana awal meski tanpa Ferdi. Aku rasa sangat disayangkan jika tiket pesawat bahkan hotel harus hangus, lagi pula aku juga butuh penyegaran. I’m fine jadi jangan khawatir.

“Aku harus menyusul Ara ke sana, dia tidak pernah keluar negeri sendirian,” tegas Gavin di depan tante Geby dengan raut khawatir.

No Vin, Just leave her to calm down! Ara sudah dewasa Vin, kamu tidak harus selalu membayangi dia. Ara juga butuh me time,” bantah Tante Geby

Gavin terdiam, lagi pula ia memiliki jadwal padat di kantornya. Sangat mustahil membatalkan beberapa jadwal penting demi menyusul Ara. Meski begitu ia masih mencemaskan Ara. Ia merasa bersalah karena menjadi alat balas dendam Ferdi padanya.

Setiba di kantor ia menceritakan semua pada Dava yang tengah bersiap untuk pemotretan sampul video klip terbaru.

“Ara, tetap pergi bulan madu sesuai rencana awal ke Italia sendirian. Bagaimana kalau kususul saja dia?“ tanya Gavin berdiri di sebelah Dava yang tengah dirias oleh seorang perempuan muda berusia 25 tahunan.

“Dia bukan anak kecil lagi, bahkan hampir menikah dan kamu masih saja mencemaskan dia. Aku rasa Ara bukan gadis yang ceroboh  dia tidak akan membahayakan dirinya sendiri,“ jawab Dava.

“Tetap saja aku masih khawatir, masalahnya bukan tentang dia sendirian saja, tapi kondisi mentalnya setelah pernikahan batal.“

“Telepon saja Arka, dia hari ini juga berangkat ke Italia untuk urusan bisnis.“

“Benar, bagaimana aku bisa lupa. Bahkan keberangkatan mereka juga sama itu berarti mereka di pesawat yang sama,” mata Gavin berbinar ia segera mengeluarkan Handphone mencoba menelepon Arka.

“Pesan text sajalah Vin, pesawatnya pasti masih dalam penerbangan dan bisakah kau mengetik pesan itu di luar ruangan rias. Jangan lupa tutup pintunya ya!“ perintah Dava sambil mengedipkan mata dibalas dengan tatapan kecut Gavin ia tahu betul apa yang dimaksud Dava adalah untuk memberi ruang dengan dia bersama perias yang hendak di rayunya.

“Sheila, apa kamu tidak lelah merias sambil berdiri?“ tanya Dava pada perias yang baru dikenalnya itu.

“Sheiva, bukan Sheila Kak! “

“Ups maaf belum ada satu jam dan aku sudah lupa, aroma harum di tubuhmu membuyarkan konsentrasiku,” balas Dava, sebagai playboy yang sudah mumpuni ia tahu betul parfum yang digunakan perias itu adalah jenis parfum untuk menggoda lawan jenis, Dava juga tahu aroma parfum yang masih kuat telah disemprot kan pada tubuh sexy itu sesaat sebelum ia masuk ruang rias. Kancing bajunya juga sengaja dibuka satu tingkat lebih bawah daripada seharusnya, dengan cekatan tangan Dava menarik lengan gadis itu hingga membuat ia terduduk secara menyamping di sebelah kanan paha Dava.

“Nah merias secara dekat seperti ini bukankan lebih leluasa hingga bisa melihat secara detail pori-pori mana yang belum tertutup,“ ucap Dava sambil melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Sheiva dan dibalas  senyum tipis oleh Sheiva. Tangan yang semakin lama semakin menjelajahi ke semua tubuh wanita itu bahkan membuat semua kancing terburai.

“Lipstikmu terlalu tebal, biarkan aku sedikit menghapusnya,“ ucap Dava sembari memegang dagu Sheiva, tanpa menunggu jawaban terlebih dulu Dava sudah mendaratkan ciuman panasnya. Tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu diikuti oleh suara asisten Dava.

“Sudah waktunya pemotretan!“

Dava menarik nafas panjang, Sheiva segera merapikan bajunya kemudian mengecek ulang wajah Dava sembari menghapus lipstik merah Sheifa yang menempel di bibir Dava.

“Hotel Wiston nomor 103, tunggu aku jam 10 malam disana!“  perintah Dava sambil menyerahkan kunci hotel pada genggaman tangan Sheiva.

***

Awan di sepanjang penerbangan terlihat menakjubkan, bukan awan Cumolonimbus yang hitam pekat melainkan awan Cirrus yang berbaris cantik. Pada penerbangan kelas satu orang tak banyak bicara sebagian besar dari mereka menikmati perjalanan sambil bekerja baik menggunakan tablet atau laptop sehingga ruangan tampak sunyi hanya pramugari berbadan tinggi dengan wajah cantik yang hilir mudik tanpa lelah menawarkan bantuannya.

“Maaf, apa kamu tahu hotel terbaik yang ada di Milan? “

Tiba-tiba Ara mendengar suara yang tak asing dari arah belakang tempat duduknya, ia refleks memutar tubuh dan melihat siapa yang memulai percakapan itu. Tampak seorang pria dewasa tengah berbicara dengan wanita di sebelah tempat duduknya. Ara menyeringai, ia tahu betul lelaki itu adalah Arka yang tengah mencari mangsa seorang wanita cantik  berambut seleher dengan dandanan  elegan. Tak butuh lama gadis itu menyebutkan 3 hotel terkenal yang berada di Milan, bahkan salah satunya adalah hotel yang sudah Ara pesan jauh hari sebelumnya sebagai tempat bulan madu bersama Ferdi.

“Terus, kamu nginap di mana?“ selidik Arka

No, aku menginap di tempat saudaraku.“

Strike!“ ucap Ara pelan sambil tersenyum melihat usaha Arka yang sepertinya menemui jalan buntu. Ara kemudian melambaikan tangannya ke arah pramugari saat melangkah di depannya. Membisikkan pesan yang  harus ia sampaikan pada Arka. Pria itu masih belum menyadari bahwa ada Ara duduk tak jauh di depannya.

“Permisi, istri anda menanyakan apakah anda mau pindah posisi duduk di sampingnya?“ tanya pramugari itu pada Arka sambil menunjukkan letak duduk Ara yang berada di sebelah kirinya berbeda dua baris lebih depan dari pada tempat duduk Arka. Saat Arka melihat ke arah Ara, gadis itu melambaikan tangan sambil mengedipkan mata dan melukai harga diri Arka di depan wanita yang hendak ia rayu. Arka berjalan menuju arah Ara sambil merentangkan kedua tangan dan berkata,

“Istriku!“ ia sengaja memeluk Ara sekuat mungkin hingga terbatuk, membuat Ara memukul punggung belakang Arka agar menyudahi pelukan yang menyesakkan itu.

“Gadis nakal, kenapa kamu menggagalkan usahaku, padahal aku berharap wanita itu bisa menemaniku selama dua hari di Milan, dan kamu kenapa bisa di sini? “

Honey moon!“ jawab Ara singkat

Arka menoyor kepala gadis yang ia telah saksikan pertumbuhannya lebih dari sedasawarsa, “Sendirian?”

“Iya, aku sudah reservasi semuanya terlalu disayangkan jika hangus,” jawab Ara singkat.

Menuju Italia mereka harus melewati penerbangan panjang selama 10 jam lebih, mereka sampai pada tengah Malam waktu Milan dan segera bergegas menghentikan taksi.

“20 panggilan dari Gavin, sepertinya dia sangat mengkhawatirkanmu,“ cerita Arka setelah mengaktifkan kembali handphone yang sengaja ia mode pesawat selama penerbangan.

“Mungkin dia sudah tahu kalau kita berada dalam satu penerbangan,“ tegas Ara

Arka mulai menghubungi Gavin, tak butuh lama panggilan dengan biaya internasional itu pun terhubung.

“Hallo, apa di pesawat kamu sempat melihat Ara? Dia satu penerbangan denganmu cepat cari dia sebelum ia menghilang!“ perintah Gavin bahkan sebelum sempat menyapa temannya itu.

I'm here!“ sahut Ara yang duduk di samping Arka di dalam taksi.

“Ara kamu baik-baik saja? Apa perlu kakak susul?“

“Aku sudah besar kak, aku juga sedang ingin menikmati liburan sendiri.“

“Oke, tapi kamu harus jaga diri baik-baik ya. Sering telepon dan cepat kembali ke Indonesia.“

“yaaaaa... yaaa... yaaa,” sahut Ara  sambil menghela nafas

“Arka, awasi Ara baik-baik, jaga jarak maksimal 1 meter. Jangan sampai ia terluka atau di dekati pria brengsek,“ perintah Gavin pada sahabatnya itu.

“Padahal yang kakak suruh adalah pria brengsek juga,“ guman Ara di balas dengan tatapan Sinis Arka.

“Kamu fikir aku kesini untuk jadi bodyguard Ara. Aku ada urusan kerja bro, dan lusa juga harus segera kembali,“ jawab Arka

“Ya setidaknya selesai kerja segera ikuti Ara ke mana pun ia pergi, dan saat kau kembali bawa juga Ara pulang bahkan jika terpaksa ia tidak mau pulang temani ia hingga hari kepulangannya.“

“Kamu gila? Aku orang sibuk bukan pengangguran, bahkan jika waktuku senggang lebih baik aku mencari gadis Italia bertubuh seksi yang bisa kukencani!”

“Arka, bukankah kamu butuh investor di proyek barumu? Aku hanya tinggal merayu kakek dan investasi akan segera mengalir ke rekening perusahaanmu. Juga akan kuaturkan jadwal makan malam bersama artis pendatang baru di Stone,” ucap Gavin yang tahu betul cara menaklukkan Arka.

“Siap Komandan, perintah dilaksanakan!!!“ jawab Arka tegas

Ara mendengus mendengar percakapan itu, “Kalian sudah dewasa dan masih saja bertingkah seperti anak kecil,” guman Ara

“Sini hapemu!“ Arka merebut handphone Ara, dengan sigap ia memasang GPS yang ia koneksikan langsung pada HP miliknya,  “Jika kau putuskan sambungannya, awas saja! Aku akan segera ke kantor polisi Italia dan melaporkanmu sebagian orang hilang,“ ancam Arka sambil menyerahkan kembali HP Ara, gadis itu pun menatap sinis pada Arka. Taksi menurunkan mereka di Loby Hotel bintang lima Kota Milan.

I'm sorry sir, but room is full booked tonight” jelas resepsionis dengan rambut pirang dan bermata biru.

Arka menghela nafas, “do you know where is hotel near from here? I mean like Hotel five stars.”

Almost hotel  full booked in this week because match football between AC Milan and barcelona tomorrow.

Arka mulai kebingungan, kebetulan pertemuan bisnisnya besok adalah di dekat hotel ini, namun keteledoran sekretaris yang lupa untuk memesan kamar hotel  membuat ia kini kehabisan kamar. Sementara Ara tersenyum lega karena sudah pesan kamar untuk bulan madu satu bulan sebelum kedatangannya ke Italia. Ia melenggang meninggalkan Arka yang kebingungan, namun sejurus kemudian koper Ara ditarik oleh Arka. Senyum Arka penuh dengan maksud terselubung.

“Izinkan aku menginap di kamarmu ya? Sekali ini saja, aku akan tidur di Sofa! “ rayu Arka. Ara tak menjawab dan hanya tersenyum simpul kemudian melepaskan tangan Arka yang menahan kopernya, ia melanjutkan langkah kaki meninggalkan lobi menuju lift.

“Bagaimana kalau kubayar dengan tas Dior atau merek apapun itu!“ teriak Arka merayu Ara sedetik kemudian langkahnya terhenti dan menoleh ke belakang.

“Baik, aku sendiri yang pilih kau tinggal bawakan kartu kreditmu saja.“ 

“Sepakat!“ jawab Arka sambil menyusul Ara yang beberapa langkah di depannya. Mereka menaiki lift menuju kamar yang sama.

Pintu kamar dibuka, baru beberapa langkah tampak di atas ranjang tidur berwarna putih itu dihiasi oleh taburan bunga mawar. Kamar ini sengaja dihias seperti ranjang pengantin sesuai pesanan Ara jauh hari sebelum pesta pernikahannya gagal. Ara yang melihat itu mulai padam wajahnya, langkahnya yang ceria tadi kini berubah menjadi berat, teringat semua bayangan rencana bulan madu yang akan ia jalani bersama Ferdi. Arka menangkap jelas perasaan sedih Ara, membuat ia segera menarik seprai yang dihiasi bunga mawar dan membuyarkan bentuk hati yang indah itu.

“Apa ini! Kekanakan sekali, aku tidak tahu hal seperti ini juga dilakukan oleh hotel bintang lima di negara maju,” gumanya.  Kini kelopak bunga-bunga itu bertebaran di lantai setelah di kibaskan oleh Arka.

“Nah sekerang kau bisa istirahat!“ ucap Arka sambil tersenyum, lelaki itu kemudian menuju kursi yang berada tak jauh dari ranjang. Sebuah kursi panjang dekat jendela yang menghadap Kota Milan.

“Aku mandi dulu.“ ucap Ara setelah merapikan koper miliknya di sebelah tempat tidur.

Gadis nakal kenapa mandi saja harus bilang! Membuat pikiran liarku terbangun dari tidurnya, sial!” keluh Arka dalam hati setelah mendengar perkataan Ara yang sudah sering ia dengar tiap kali check-in dengan teman kencannya .

Ara menghabiskan waktu satu jam lebih dikamar mandi, ketika keluar ia sudah melihat Arka tengah tertidur di kursi dengan laptop menyala pada meja depannya. Ara mengambil selimut dari tempat tidur dan meletakkannya di atas tubuh Arka. Suhu Milan mencapai 14° C malam ini, suhu yang sudah cukup membuat kedinginan untuk  orang negara tropis. Ara menyetel suhu pemanas ruangan sebelum tidur, sebenarnya gadis itu cukup bersyukur dengan keberadaan Arka di sisinya, setidaknya ia tidak begitu teringat pada Ferdy dan kegagalan pernikahan yang menyakitkan .

Meskipun menyebalkan, tapi keberadaanmu di sini membuat lukaku terlupakan” guman Ara dalam hati sebelum menutup matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status