Share

05 : From Italia to Swiss

Milan, Italia

Pagi ini Arka bangun lebih awal, ia segera membuka tirai jendela kamar hotel, menyaksikan jalan yang mulai rame oleh pejalan kaki. Sebagian orang tampak berjalan membungkuk menahan hawa dingin yang menerpa tubuh mereka meski sudah mengenakan pakaian hangat.

Masih ada tiga jam sebelum rapat dengan investor di kantor yang berada tak jauh dari hotel ini, Arka segera mandi dan menyeduh kopi, cahaya silau dari jendela dan aroma kopi membangunkan Ara yang sebelumnya masih tertidur pulas, ia merenggangkan tubuhnya dan duduk dengan rambut yang berantakan.

“Ck ck ck, apa kamu pergi ke Italia hanya untuk pindah tidur, orang lain pergi berlibur sengaja bangun pagi dan segera berwisata tapi kamu malah masih bermalasan di tempat tidur,“ sindir Arka

Ara menatapnya sinis, “Kamu bawel sekali seperti mertua yang melihat menantunya bangun kesiangan!”

“Lap dulu air liurmu itu baru membantah!“ Arka tersenyum simpul sambil menyeruput kopi hitamnya.

Ara yang malas berdebat segera merapikan rambut dan menuju kamar mandi. Mereka kemudian menuju restoran hotel untuk sarapan bersama.

“Jadi hari ini kamu akan jalan ke mana aja?“ tanya Arka.

“Eemm,, pagi ini ke museum Leonardo da Vinci, siangnya belanja,“ jawab Ara sambil menyantap pancake ke dalam mulutnya.

“Dasar wanita always not far from shoping wherever she goes!

But Wait, mana kartu kreditmu, ingat kamu sudah berjanji semalam membayari belanjaanku!“ Ara menodongkan telapak tangannya ke arah Arka yang sedang mengelap bibirnya seusai menghabiskan sarapannya .

Wajah Arka pasrah, ia terpaksa merogoh dompetnya dan memberikan kartu kredit pada Ara. Gadis itu mendaratkan kecupan pada pipi kanan Arka dan melenggang pergi.

“Gadis nakal!” hardik Arka setelah Ara melenggang pergi membawa kartu kreditnya.

Rapat Arka hampir selesai setelah 3 jam lebih, ia segera berpelukan dengan Steave  yang akan bekerja sama dengan perusahaan make up miliknya. Arka menggandeng Steave yang seorang desainer terkenal Italia untuk berkolaborasi pada event peragaan busana di Asia tenggara dengan menggunakan brand make up milik perusahaan Arka. Sebelum keluar kantor Steave, ia melihat GPS pada handphone miliknya dan memastikan keberadaan Ara. Sebuah SMS penggunaan CC miliknya juga keluar dengan total lebih 200 juta. Arka menghela nafas panjang, “Untuk tidur semalam di sofa ia harus mengeluarkan uang sebesar 200jt,” keluhnya sambil menghentikan taksi menuju Via Devante, sebuah pusat perbelanjaan terkenal di kota ini yang di apit katedral Duomo dan kastil corso vittorio emanuelle II.

Sesampainya di sana Arka berkeliling mencari keberadaan Ara. Tak butuh waktu lama ia menemukan sosok Ara yang masih mengitari pusat perbelanjaan dengan sweater berwarna putih menutupi hingga leher pada bagian luar di lapisi jaket kulit hitam sepinggang, ia menggunakan celana jeans hitam dan sepatu boots hitam. Arka segera menghampiri Ara dan merangkul pundaknya dari belakang.

“Mau beli apalagi dengan kartu kreditku?” tanya Arka

Ara yang terkaget sempat menjatuhkan empat tas belanjaan yang ia tenteng. Tak berapa lama kemudian dering handphone Ara berbunyi itu adalah panggilan dari Gavin.

“Ya.. Ada apa lagi kak? Arka baru saja menyusulku sekarang, aku baik-baik saja.“

“Benarkah, apa rapat Arka sudah selesai? Berikan teleponku padanya!” perintah Gavin

“heemmm...“ jawab Arka singkat.

“Kenapa suaramu terdengar kesal?“ tanya Gavin.

“Adikmu tersayang ini sudah memakai 200juta dari kartu kreditku!” jawabnya ketus

Gavin tertawa “Anggap saja sebagai kado ulang tahunnya besok, kapan rencanamu kembali?“ tanya Gavin

“Besok siang.“

“Kalau Ara? Apa ia ikut pulang?“ lanjut Gavin.

Arka segera memberikan telepon genggam kembali pada Ara, gadis itu segera menjawab pertanyaan kakaknya itu, “Tidak kak, aku masih harus ke Swiss besok seperti rencana bulan madu semula. Aku sudah menyewa penginapan dan juga ingin bermain ski.”

No, siapa yang akan menemanimu di sana? Ini bukan Singapura atau Malaysia di mana aku bisa membiarkanmu berkeliaran sendirian?  Jika Arka tidak bisa menemanimu berlibur di Swiss lebih baik kau pulang saja!”

What? Kenapa harus aku yang jadi pengasuh untuk Ara?” sahut Arka

Ara segera menutup telepon Gavin, ia tahu akan memakan waktu lama untuk perdebatan yang tidak berujung. Sekarang ia harus memastikan agar Arka bersedia ikut dengannya ke Swiss jika tidak ingin semua kartu kredit dan ATM yang ia punya dibekukan oleh Sang Kakak. Ara tersenyum simpul ke arah Arka, bahasa tubuh dan senyum itu sudah jelas memiliki maksud tersembunyi yang dengan cepat bisa di artikan oleh Arka.

No, don’t say anything!“ Arka mundur beberapa langkah dari hadapan Ara. Gadis itu justru melangkah semakin maju mendekati Arka.

“Kak Arka, please!“ Ara segera bertingkah manja dengan mengatupkan kedua tangan memelas. “Menyedihkan sekali jika di hari ulang tahunku harus merayakan sendirian kedinginan di Swiss. Bagaimana jika aku lupa menyalakan pemanas dan mati hipotermia atau jika aku terjatuh dan patah tulang saat bermain ski?“ Ara meraih kedua tangan Gavin yang terbalut sarung tangan kulit tebal berwarna coklat tua. Arka tampak berpikir panjang dan pertahanannya  mulai runtuh.

“Aku tidak membawa banyak baju yang lebih hangat untuk ke Swiss yang dingin, kau tahu aku paling tidak kuat terhadap dingin apalagi negara bersalju,” ucap Arka, ia memang hanya mengenakan  baju coat panjang yang hangat  dan bukan jaket tebal dengan bulu angsa di dalamnya seperti parka.

“Taraaa...” ucap Ara sambil menaikkan ke atas empat tas belanjaan yang ia bawa. Arka mengernyitkan dahi tak mengerti apa yang di maksud gadis cantik dengan tinggi semampai yang ada di depannya itu.

“Ini semua adalah baju hangat yang aku beli untukmu tadi!”

“Jadi kamu sudah merencanakan semua? Licik sekali!“

Ara tersenyum, “Ayolah kita tahu seperti apa kak Gavin, sudah jelas ia akan melakukan apa saja agar aku kembali jika kamu tidak ikut diperjalanan ini bersamaku, aku juga sudah mengganti reservasi pesawat dari Ferdi ke namamu.“

Arka lemas, ia seperti terjebak dan tak punya jalan keluar. Selain karena permintaan Gavin, ia juga menyimpan rasa sayang ke Ara dan khawatir jika gadis itu harus berlibur sendirian dengan kondisi luka hati setelah pernikahannya di batalkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status