Kak bima membukakan pintu untuk ku dan membiarkan aku masuk terlebih dahulu , lalu kami memilih meja dengan empat kursi. Kak Bima juga menarik kursi untuk ku sehingga aku bisa duduk dengan nyaman sebelum dia memilih untuk duduk di kursi yang berada tepat di hadapan ku. Aku mulai membuka menu yang berada di atas meja waktu seorang pelayan datang sambil memberikan segelas air putih kepada kami.
“kamu mau pesan apa?” Tanya kak Bima padaku “Ehm , kamu bilang suka spaghetti kan.”
“Iya kak aku suka.”
“Baiklah, pesanlah itu , lalu kamu juga suka es krim ?” Tanya nya lagi , kali ini aku menjawab dengan anggukan dan senyuman paling manis yang pernah aku tunjukan “Oke , kamu imut sekali.” Kata nya kemudian membuat ku makin berdebar “Permisi, kami mau pesan Spaghetti Saus Tomat , Linguine Alle Vongole , Gelato , Tiramisu , dan ravioli.” Ucapnya kepada seorang pelayan wanita sambil memberikan buku menu kami
“Kak, apakah itu tidak terlalu banyak ?” Tanya ku ragu
“Ku pikir kamu butuh yang manis-manis setelah hal mengerikan yang terjadi tadi.” Katanya sambil tersenyum dan membuatku sedikit malu mengingat kejadian tadi. “Setidaknya harus ada makanan penutup untuk pencuci mulut kan.”
“Begitukah menurut kakak , sepertinya selera kita sama , ketika aku dan Sabrina makan kami pasti setidaknya memakan 2 jenis makanan berbeda seperti makanan pedas dan setelah itu makanan manis , atau makanan asin dan setelah itu makanan manis , berbeda dengan Karin dia selalu mengomeli kami kalau menurutnya kami terlalu banyak makan , dia selalu bilang kami akan sakit perut , dia memang gadis kejam yang mendoakan temannya sakit perut.” mulutku terus mencerocos bagaikan rem blong , aku baru sadar ketika Kak bima tertawa mendengar ceritaku. “Ah , maaf sepertinya aku terlalu banyak bercerita hal yang ga penting.”
“Tidak , justru aku memesan beberapa makanan untuk bisa berdua dengan mu dan mendengar cerita lebih banyak dari mu.” Katanya sambil menutup mulutnya yang tersenyum dengan punggung tangan “teruskan ceritamu , sepertinya teman-teman mu orang yang menyenangkan , aku jadi ingin mengenal mereka.”
“Tentu, mereka sangat menyenangkan , aku juga ga pernah bisa menyangka akan bisa sedekat ini dengan mereka pada awalnya.”
“benarkah, cukup mengejutkan kalau sekarang kalian bisa seakrab itu.”
Tidak lama kemudian makanan pesanan kami pun datang , kami asyik mengobrol sambil makan merupakan hal benar-benar tidak dapat kupercaya. Aku makan dan ngobrol berdua bersama seorang cowok , bukan cowok biasa tapi dia merupakan kakak kelas tampan yang juga anggota klub basket , maksudku , aku yang terlahir biasa-biasa saja ini bisa berdua dengannya benar-benar suatu keajaiban. Aku sampai berharap momen ini tidak berlalu dan akan terus seperti ini.
Setelah kami menyelesaikan makanan kami , Kak Bima mengantarku pulang dan karena cukup susah mendapatkan taksi jadi kami berjalan berdua lalu tanpa sengaja sesekali tangan ku menyenggol tangannya , entah apakah dia menyadarinya tapi hal ini membuat jantungku seperti berhenti sesaat. Setelah berjalan kira-kira 1 jam akhirnya kami telah sampai kedepan rumah ku.
“Kita sudah sampai, ini rumahku.” Kataku sambil memutar badanku yang kini berhadapan dengannya
“Rumahmu terlihat manis , seperti anak perempuan dari pemilik rumah ini.” Jawabannya benar-benar membuatku tak bisa berkata-kata. Dengan tersenyum tiba-tiba wajahnya mendekat ke wajahku lalu tangan kanannya mengarah ke kepala bagian belakang ku seperti akan mengelus rambutku , dengan gugup dan panik aku menahan nafas dan memejamkan mata hingga beberapa saat ku buka mata ku lagi lalu melihat wajahnya masih tepat berada di depan wajahku dengan tersenyum dan menunjukkan daun yang di pegang dengan tangan kanannya. Lalu dia berkata “Ada daun menempel di rambutmu , aku ga tahan untuk tidak mengambilnya.” Senyumnya terlihat jelas dan manis dengan jarak sedekat ini.
“aya, Kamu barusan pulang? Kenapa ga masuk , ga dingin di luar?” tiba-tiba terdengar suaran Lendra dari arah belakangku membuat Kak Bima merubah posisi berdirinya nya
“masuklah Aya , selamat malam.” Kata kak bima sambil melambaikan tangan kanannya
“iya Kak, berhati-hatilah di jalan.” Jawabku sambil menatapnya yang mulai melangkah pergi. “Ngapain kamu disini malam-malam.” Kataku sambil memelototkan mata ku pada Lendra yang sekarang ada di sebelahku
“Hati-hati di jalan ya Kak.” Dia berbicara menirukan ku sambil memonyongkan mulutnya lalu tertawa menyebalkan “Nih buatmu.” Katanya sambil memberikan bungkusan berwarna coklat dengan tulisan chocolate.
“Apa ini, sogokan sebagai permintaan maaf karena kamu sudah bertindak menyebalkan barusan.” Kataku sambil merengut dan memandangi bungkusan coklat darinya
“Bukan dong , makanlah itu biar kamu makin gendut.” Jawabnya sambil tertawa puas
“Apa Sih maksudmu.” Kali ini bukan hanya dengan mulut tapi tangan ku juga mulai ikut berbicara kepadanya, aku memukuli punggungnya sampai dia berteriak “Aduh” lalu dia memegang tanganku dengan tangan kanannya hingga aku tertarik selangkah mendekat ke tubuhnya dan wajah kami pun berhadapan , selama bertahun-tahun aku mengenalnya inilah pertama kalinya wajah kami sedekat ini. Jika saja aku seperti ini dengan Kak Bima mungkin aku sudah pingsan hingga tak sanggup untuk bernapas tapi karena ini dengan Lendra , entah kenapa aku tidak merasakan apapun mungkin juga karena aku sudah terbiasa bersama dengannya sejak kecil.
“Sudah , aku pulang.” Katanya sambil melepaskan genggaman tangannya lalu melangkah pergi meninggalkan aku yang masih berdiri terdiam hanya bisa menatap punggung nya makin menjauh.
***
Sudah seminggu sejak kencan terakhir kami dan sampai sekarang aku sama sekali belum bertemu dengan kak Bima. Dia susah dihubungi dan sudah 3 hari ini tidak masuk sekolah sedangkan aku tidak tahu dimana rumahnya , membuatku makin mengkhawatirkannya. Siang ini pun aku sengaja datang ke lapangan basket tempat dia biasa Latihan dan aku sama sekali tidak melihatnya. “Kamu ngapain?” terdengar suara Karin menyadarkan lamunanku “Aku ga bisa menemukan kak Bima , bahkan disini dia nggak ada.” “udah kamu hubungi hp nya ?” “Hp nya mati , membuatku khawatir , 3 hari ini dia ga masuk sekolah katanya ada urusan , tapi aku ga tahu urusan apa itu.” Jawabku sambil melihat ke Hp yang ada di genggaman ku
Sudah beberapa hari ini sejak kejadian waktu itu setiap pagi aku tidak lagi bertemu dengan kak Bima , aku masih memikirkan tentang bagaimana hubungan mereka sebenarnya tapi tetap saja tidak berani bertanya pada mereka. Mungkin , karena aku takut jika ternyata mereka punya hubungan spesial yang tidak aku ketahui atau bisa juga karena aku memang seorang pengecut dan memilih untuk memendamnya sendiri , meskipun ini terasa tidak benar. Aku merasa malas dan tidak bertenaga untuk ke sekolah tapi meskipun begitu mungkin karena sudah terbiasa aku tetap datang sepagi ini. Ruangan kelas masih setengah kosong waktu aku datang tapi kulihat sudah ada Karin dan Sabrina disana , sepertinya mereka lagi ngobrolin hal yang serius karena mereka ga sadar aku datang. “jadi sampai sekarang kam
Meskipun aku setuju dengan yang dikatakan Lendra , tapi aku masih belum mengajak karin berbicara sepatah kata pun saat ini. Sabrina yang ada di tengah-tengah kami dalam posisi yang sulit , dia bahkan tidak berani mengalihkan pandangannya dari papan tulis dan pak guru yang sedang mengajar , bisa kukatakan terlihat bukan dia yang sebenarnya. “Baiklah , untuk tugas biologi kali ini kita lakukan kerja kelompok ya , silahkan tentukan kelompok masing-masing , bekerjasamalah , bapak ga pengen ada yang cuma dompleng nama , mengerti.” Kata pak guru “Iyaa pak … “ jawab kami serempak “Aya, kita sekelompok yah.” Kata Sabrina sambil memutar badannya menghadapku “Oke.” Jawabku singkat “Karin , kamu mau gabung sama kami ?” Tanya ku kemudia
Aku terdiam seperti orang bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa saat ini , aku hanya berdiri mematung dan Sabrina yang melihat itu memelukku untuk menenangkanku. Lendra hampir saja maju untuk meninjunya sebelum Karin akhirnya menampar Kak Bima , Lendra juga mencoba menangkan ku dengan menepuk-nepuk punggung ku saat ini. “Aku pikir kakak sudah berubah tapi ternyata masih sama saja , masih suka seenaknya.” Karin mulai berbicara setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri sambil memegang telapak tangan kanan nya yang terlihat kemerahan. “Kenapa , kamu bahkan masuk ke sekolah ini karena aku juga sekolah disini kan , itu sebabnya aku memancingmu untuk memastikan perasaan mu kepadaku dengan mendekati anak ini.” Kata Kak Bima sambil melirik kearah ku “Baiklah , awalnya aku berniat mendekati Sabrina saja karena dia juga lebih lu
Suasana sore ini serasa cocok sekali dengan perasaanku , seakan langit pun tahu kalau aku sedang galau. Hujan rintik-rintik di saat senja dan mood ku yang buruk sekali membuatku malas melangkahkan kaki untuk keluar rumah. Seandainya saja aku ga perlu les hari ini dan seandainya saja tidak ada ujian semester dalam waktu dekat ini mungkin aku akan lebih memilih untuk berdiam diri dirumah , menonton Netflix sambil makan camilan di atas kasur dan bersembunyi di balik selimut. Tapi yang lebih penting adalah seandainya aku ga jatuh ke perangkap Kak Bima , aku menangisi kebodohanku karena sudah percaya sama orang sepertinya. Berbunga-bunga sendiri , berdebar sendiri , terlalu bersemangat sendiri padahal aku hanya dimanfaatkan agar dia bisa lebih dekat Karin dank arena malu aku melampiaskannya ke Karin , aku benar-benar gadis jahat. “Ayana , kamu tidur ya , ga berangkat
Akhirnya setelah lelah berkeliling sambil melihat-lihat barang yang dijual kami memutuskan untuk berhenti di salah satu penjual sate. Daging ayam yang sedang di bakar dan aroma yang tercium benar-benar menggugah selera di tengah suara perutku yang telah keroncongan. Mungkin saja Izzar mendengar suara music keroncong dari dalam perutku tapi aku ga begitu memperdulikannya , mungkin juga saat ini liurku sudah menetes karena mencium aroma sate yang tengah dibakar tapi aku tidak punya waktu untuk benar-benar memikirkan tentang pandangan Izzar terhadapku. Hanya rasa ingin makan yang memenuhi setiap lekukan otak ku saat ini. Kami sudah duduk berhadapan saat sate yang telah matang sepenuhnya di hidangkan di hadapan kami. Kami duduk di bangku kayu layaknya warung makan pada umumnya dan
Ku baringkan tubuhku di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar , lalu kupeluk boneka beruang seukuran tubuhku pemberian dari Izzar tadi. Sebelum pulang kami sempat melihat ada game berhadiah dan Izzar mencoba melakukannya lalu dengan keberuntungan kami berhasil mendapatkan boneka beruang sebesar ini. Boneka ini terasa begitu lembut di dalam dekapanku , dan anehnya malam ini kegalauan ku secara otomatis menghilang. Pagi tadi aku memang mengalami hari yang buruk tapi ajaibnya malam ini mood ku berubah seratus delapan puluh derajat. Berjalan-jalan , makan , dan melakukan banyak hal yang menyenangkan memang sangat membantu memulihkan kondisi jiwa dan pikiran. Kupandangi lagi tattoo kupu-kupu yang kubuat bersama dengan Izzar tadi , dan entah mengapa tanpa kusadari bibirku tersenyum dengan sendirinya “ini bagaikan obat buatku , semoga ga cepet ilang jadi tiap aku ngalamin bad mood aku hanya perlu melihat tat
Ketika aku berkata akan menjaga jarak dengan Karin , aku benar-benar tidak menyangka akan merasa kesepian seperti ini. Tentu aku masih mengobrol dengan Lendra dan Sabrina seperti biasanya tapi suasana antara kami sangat canggung hari ini. Saat ini aku sedang menjalankan hukuman karena terlambat datang kesekolah pagi tadi , dan berada di Gudang sendirian seperti ini membuatku banyak memikirkannya lagi. Apakah lebih baik aku membicarakannya dengan Karin sebelum ujian agar perasaan ku bisa lebih tenang dan bisa lebih fokus ke belajar , tapi seharian ini pun Karin juga tidak berusaha mengajakku berbicara. Aku tahu dia anak yang pendiam dan sulit memulai pembicaraan tapi ini juga sulit buat ku. “Aaah , sudah selesai , aku hanya harus membuang sampah-sampah ini lalu mengambil sepatuku dan pulang.” Aku berbicara pada diriku sendiri sambil meluruskan punggung ku