Share

CHAPTER IX

       

Kak bima membukakan pintu untuk ku dan membiarkan aku masuk terlebih dahulu , lalu kami memilih meja dengan empat kursi. Kak Bima juga menarik kursi untuk ku sehingga aku bisa duduk dengan nyaman sebelum dia memilih untuk duduk di kursi yang berada tepat di hadapan ku. Aku mulai membuka menu yang berada di atas meja waktu seorang pelayan datang sambil memberikan segelas air putih kepada kami.

“kamu mau pesan apa?” Tanya kak Bima padaku “Ehm , kamu bilang suka spaghetti kan.”

“Iya kak aku suka.”

“Baiklah, pesanlah itu , lalu kamu juga suka es krim ?” Tanya nya lagi , kali ini aku menjawab dengan anggukan dan senyuman paling manis yang pernah aku tunjukan “Oke , kamu imut sekali.” Kata nya kemudian membuat ku makin berdebar “Permisi, kami mau pesan Spaghetti Saus Tomat , Linguine Alle Vongole , Gelato , Tiramisu , dan ravioli.” Ucapnya kepada seorang pelayan wanita sambil memberikan buku menu kami     

“Kak, apakah itu tidak terlalu banyak ?” Tanya ku ragu

“Ku pikir kamu butuh yang manis-manis setelah hal mengerikan yang terjadi tadi.” Katanya sambil tersenyum dan membuatku sedikit malu mengingat kejadian tadi. “Setidaknya harus ada makanan penutup untuk pencuci mulut kan.”

“Begitukah menurut kakak , sepertinya selera kita sama , ketika aku dan Sabrina makan kami pasti setidaknya memakan 2 jenis makanan berbeda seperti makanan pedas dan setelah itu makanan manis , atau makanan asin dan setelah itu makanan manis , berbeda dengan Karin dia selalu mengomeli kami kalau menurutnya kami terlalu banyak makan , dia selalu bilang kami akan sakit perut , dia memang gadis kejam yang mendoakan temannya sakit perut.” mulutku terus mencerocos bagaikan rem blong , aku baru sadar ketika Kak bima tertawa mendengar ceritaku. “Ah , maaf sepertinya aku terlalu banyak bercerita hal yang ga penting.”

“Tidak , justru aku memesan beberapa makanan untuk bisa berdua dengan mu dan mendengar cerita lebih banyak dari mu.” Katanya sambil menutup mulutnya yang tersenyum dengan punggung tangan “teruskan ceritamu , sepertinya teman-teman mu orang yang menyenangkan , aku jadi ingin mengenal mereka.”

“Tentu, mereka sangat menyenangkan , aku juga ga pernah bisa menyangka akan bisa sedekat ini dengan mereka pada awalnya.”

“benarkah, cukup mengejutkan kalau sekarang kalian bisa seakrab itu.”

         Tidak lama kemudian makanan pesanan kami pun datang , kami asyik mengobrol sambil makan merupakan hal benar-benar tidak dapat kupercaya. Aku makan dan ngobrol berdua bersama seorang cowok , bukan cowok biasa tapi dia merupakan kakak kelas tampan yang juga anggota klub basket , maksudku , aku yang terlahir biasa-biasa saja ini bisa berdua dengannya benar-benar suatu keajaiban. Aku sampai berharap momen ini tidak berlalu dan akan terus seperti ini.

         Setelah kami menyelesaikan makanan kami , Kak Bima mengantarku pulang dan karena cukup susah mendapatkan taksi jadi kami berjalan berdua lalu tanpa sengaja sesekali tangan ku menyenggol tangannya , entah apakah dia menyadarinya tapi hal ini membuat jantungku seperti berhenti sesaat. Setelah berjalan kira-kira 1 jam akhirnya kami telah sampai kedepan rumah ku.

“Kita sudah sampai, ini rumahku.” Kataku sambil memutar badanku yang kini berhadapan dengannya

“Rumahmu terlihat manis , seperti anak perempuan dari pemilik rumah ini.” Jawabannya benar-benar membuatku tak bisa berkata-kata. Dengan tersenyum tiba-tiba wajahnya mendekat ke wajahku lalu tangan kanannya mengarah ke kepala bagian belakang ku seperti akan mengelus rambutku , dengan gugup dan panik aku menahan nafas dan memejamkan mata hingga beberapa saat ku buka mata ku lagi lalu melihat wajahnya masih tepat berada di depan wajahku dengan tersenyum dan menunjukkan daun yang di pegang dengan tangan kanannya. Lalu dia berkata “Ada daun menempel di rambutmu , aku ga tahan untuk tidak mengambilnya.” Senyumnya terlihat jelas dan manis dengan jarak sedekat ini.

“aya, Kamu barusan pulang? Kenapa ga masuk , ga dingin di luar?” tiba-tiba terdengar suaran Lendra dari arah belakangku membuat Kak Bima merubah posisi berdirinya nya

“masuklah Aya , selamat malam.” Kata kak bima sambil melambaikan tangan kanannya

“iya Kak, berhati-hatilah di jalan.” Jawabku sambil menatapnya yang mulai melangkah pergi. “Ngapain kamu disini malam-malam.” Kataku sambil memelototkan mata ku pada Lendra yang sekarang ada di sebelahku

“Hati-hati di jalan ya Kak.” Dia berbicara menirukan ku sambil memonyongkan mulutnya lalu tertawa menyebalkan “Nih buatmu.” Katanya sambil memberikan bungkusan berwarna coklat dengan tulisan chocolate.

“Apa ini, sogokan sebagai permintaan maaf karena kamu sudah bertindak menyebalkan barusan.” Kataku sambil merengut dan memandangi bungkusan coklat darinya

“Bukan dong , makanlah itu biar kamu makin gendut.” Jawabnya sambil tertawa puas

“Apa Sih maksudmu.” Kali ini bukan hanya dengan mulut tapi tangan ku juga mulai ikut berbicara kepadanya, aku memukuli punggungnya sampai dia berteriak “Aduh” lalu dia memegang tanganku dengan tangan kanannya hingga aku tertarik selangkah mendekat ke tubuhnya dan wajah kami pun berhadapan , selama bertahun-tahun aku mengenalnya inilah pertama kalinya wajah kami sedekat ini. Jika saja aku seperti ini dengan Kak Bima mungkin aku sudah pingsan hingga tak sanggup untuk bernapas tapi karena ini dengan Lendra , entah kenapa aku tidak merasakan apapun mungkin juga karena aku sudah terbiasa bersama dengannya sejak kecil.

“Sudah , aku pulang.” Katanya sambil melepaskan genggaman tangannya lalu melangkah pergi meninggalkan aku yang masih berdiri terdiam hanya bisa menatap punggung nya makin menjauh.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status