Sudah seminggu sejak kencan terakhir kami dan sampai sekarang aku sama sekali belum bertemu dengan kak Bima. Dia susah dihubungi dan sudah 3 hari ini tidak masuk sekolah sedangkan aku tidak tahu dimana rumahnya , membuatku makin mengkhawatirkannya. Siang ini pun aku sengaja datang ke lapangan basket tempat dia biasa Latihan dan aku sama sekali tidak melihatnya.
“Kamu ngapain?” terdengar suara Karin menyadarkan lamunanku
“Aku ga bisa menemukan kak Bima , bahkan disini dia nggak ada.”
“udah kamu hubungi hp nya ?”
“Hp nya mati , membuatku khawatir , 3 hari ini dia ga masuk sekolah katanya ada urusan , tapi aku ga tahu urusan apa itu.” Jawabku sambil melihat ke Hp yang ada di genggaman ku
Sudah beberapa hari ini sejak kejadian waktu itu setiap pagi aku tidak lagi bertemu dengan kak Bima , aku masih memikirkan tentang bagaimana hubungan mereka sebenarnya tapi tetap saja tidak berani bertanya pada mereka. Mungkin , karena aku takut jika ternyata mereka punya hubungan spesial yang tidak aku ketahui atau bisa juga karena aku memang seorang pengecut dan memilih untuk memendamnya sendiri , meskipun ini terasa tidak benar. Aku merasa malas dan tidak bertenaga untuk ke sekolah tapi meskipun begitu mungkin karena sudah terbiasa aku tetap datang sepagi ini. Ruangan kelas masih setengah kosong waktu aku datang tapi kulihat sudah ada Karin dan Sabrina disana , sepertinya mereka lagi ngobrolin hal yang serius karena mereka ga sadar aku datang. “jadi sampai sekarang kam
Meskipun aku setuju dengan yang dikatakan Lendra , tapi aku masih belum mengajak karin berbicara sepatah kata pun saat ini. Sabrina yang ada di tengah-tengah kami dalam posisi yang sulit , dia bahkan tidak berani mengalihkan pandangannya dari papan tulis dan pak guru yang sedang mengajar , bisa kukatakan terlihat bukan dia yang sebenarnya. “Baiklah , untuk tugas biologi kali ini kita lakukan kerja kelompok ya , silahkan tentukan kelompok masing-masing , bekerjasamalah , bapak ga pengen ada yang cuma dompleng nama , mengerti.” Kata pak guru “Iyaa pak … “ jawab kami serempak “Aya, kita sekelompok yah.” Kata Sabrina sambil memutar badannya menghadapku “Oke.” Jawabku singkat “Karin , kamu mau gabung sama kami ?” Tanya ku kemudia
Aku terdiam seperti orang bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa saat ini , aku hanya berdiri mematung dan Sabrina yang melihat itu memelukku untuk menenangkanku. Lendra hampir saja maju untuk meninjunya sebelum Karin akhirnya menampar Kak Bima , Lendra juga mencoba menangkan ku dengan menepuk-nepuk punggung ku saat ini. “Aku pikir kakak sudah berubah tapi ternyata masih sama saja , masih suka seenaknya.” Karin mulai berbicara setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri sambil memegang telapak tangan kanan nya yang terlihat kemerahan. “Kenapa , kamu bahkan masuk ke sekolah ini karena aku juga sekolah disini kan , itu sebabnya aku memancingmu untuk memastikan perasaan mu kepadaku dengan mendekati anak ini.” Kata Kak Bima sambil melirik kearah ku “Baiklah , awalnya aku berniat mendekati Sabrina saja karena dia juga lebih lu
Suasana sore ini serasa cocok sekali dengan perasaanku , seakan langit pun tahu kalau aku sedang galau. Hujan rintik-rintik di saat senja dan mood ku yang buruk sekali membuatku malas melangkahkan kaki untuk keluar rumah. Seandainya saja aku ga perlu les hari ini dan seandainya saja tidak ada ujian semester dalam waktu dekat ini mungkin aku akan lebih memilih untuk berdiam diri dirumah , menonton Netflix sambil makan camilan di atas kasur dan bersembunyi di balik selimut. Tapi yang lebih penting adalah seandainya aku ga jatuh ke perangkap Kak Bima , aku menangisi kebodohanku karena sudah percaya sama orang sepertinya. Berbunga-bunga sendiri , berdebar sendiri , terlalu bersemangat sendiri padahal aku hanya dimanfaatkan agar dia bisa lebih dekat Karin dank arena malu aku melampiaskannya ke Karin , aku benar-benar gadis jahat. “Ayana , kamu tidur ya , ga berangkat
Akhirnya setelah lelah berkeliling sambil melihat-lihat barang yang dijual kami memutuskan untuk berhenti di salah satu penjual sate. Daging ayam yang sedang di bakar dan aroma yang tercium benar-benar menggugah selera di tengah suara perutku yang telah keroncongan. Mungkin saja Izzar mendengar suara music keroncong dari dalam perutku tapi aku ga begitu memperdulikannya , mungkin juga saat ini liurku sudah menetes karena mencium aroma sate yang tengah dibakar tapi aku tidak punya waktu untuk benar-benar memikirkan tentang pandangan Izzar terhadapku. Hanya rasa ingin makan yang memenuhi setiap lekukan otak ku saat ini. Kami sudah duduk berhadapan saat sate yang telah matang sepenuhnya di hidangkan di hadapan kami. Kami duduk di bangku kayu layaknya warung makan pada umumnya dan
Ku baringkan tubuhku di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar , lalu kupeluk boneka beruang seukuran tubuhku pemberian dari Izzar tadi. Sebelum pulang kami sempat melihat ada game berhadiah dan Izzar mencoba melakukannya lalu dengan keberuntungan kami berhasil mendapatkan boneka beruang sebesar ini. Boneka ini terasa begitu lembut di dalam dekapanku , dan anehnya malam ini kegalauan ku secara otomatis menghilang. Pagi tadi aku memang mengalami hari yang buruk tapi ajaibnya malam ini mood ku berubah seratus delapan puluh derajat. Berjalan-jalan , makan , dan melakukan banyak hal yang menyenangkan memang sangat membantu memulihkan kondisi jiwa dan pikiran. Kupandangi lagi tattoo kupu-kupu yang kubuat bersama dengan Izzar tadi , dan entah mengapa tanpa kusadari bibirku tersenyum dengan sendirinya “ini bagaikan obat buatku , semoga ga cepet ilang jadi tiap aku ngalamin bad mood aku hanya perlu melihat tat
Ketika aku berkata akan menjaga jarak dengan Karin , aku benar-benar tidak menyangka akan merasa kesepian seperti ini. Tentu aku masih mengobrol dengan Lendra dan Sabrina seperti biasanya tapi suasana antara kami sangat canggung hari ini. Saat ini aku sedang menjalankan hukuman karena terlambat datang kesekolah pagi tadi , dan berada di Gudang sendirian seperti ini membuatku banyak memikirkannya lagi. Apakah lebih baik aku membicarakannya dengan Karin sebelum ujian agar perasaan ku bisa lebih tenang dan bisa lebih fokus ke belajar , tapi seharian ini pun Karin juga tidak berusaha mengajakku berbicara. Aku tahu dia anak yang pendiam dan sulit memulai pembicaraan tapi ini juga sulit buat ku. “Aaah , sudah selesai , aku hanya harus membuang sampah-sampah ini lalu mengambil sepatuku dan pulang.” Aku berbicara pada diriku sendiri sambil meluruskan punggung ku
Sekitar 6 bulan yang lalu ….. Ini hari pertamaku masuk SMA , karena sakit aku jadi tidak bisa mengikuti Masa Orientasi Siswa. Mungkin sekarang teman-teman di kelas sudah saling mengenal karena sama-sama mengikuti Masa Orientasi , kenapa juga aku mesti sakit di saat yang tidak tepat. Tapi setidaknya ada Lendra , dari awal aku sudah bersyukur bisa sekelas dengannya jika tidak ada yang kenal , aku masih bisa berteman dengannya. Akhirnya sampai juga , aku sudah ada di depan sekolah sekarang , kelas 1-7 ada di lantai 2 , 'aku kok ga lihat Lendra ya , beneran dia sekolah disini kan atau cuma ngerja