Share

Bab 2

Author: Vridas
Tabitha sedang becermin, merapikan lipstiknya yang sudah luntur akibat ciuman pria itu. Di lehernya, kini tergantung kalung berlian dengan motif rumit dan dua bekas ciuman.

Begitu melihatku, dia menoleh dengan ceria. Senyumannya secerah kilauan kalung di lehernya.

"Kak Yuri! Eh, kamu nggak keberatan aku duduk di kursi depan, 'kan?"

Tanpa menghiraukannya sedikit pun, aku langsung berjalan ke kursi belakang dan duduk santai di sana.

"Alamatnya nggak perlu aku kasih tahu lagi, 'kan? Sudah ada di GPS."

Semua gerakanku begitu alami, membuat mereka berdua langsung turun derajat. Dari pasangan mesra menjadi sopir dan pembantu.

Wajah Fred langsung menjadi suram. Dia menghela napas dengan kesal.

Dalam perjalanan, Tabitha tiba-tiba menjerit pelan, "Ah!"

Tangannya memegang kondom bekas pakai. Dengan suara nyaring yang pura-pura polos, dia pun berkata, "Ya ampun, Kak Fred, ini yang terakhir kali itu, 'kan? Aduh ... aku jadi malu banget ...."

Usai berbicara, tubuhnya langsung lemas seperti tak bertulang. Dia bersandar manja di bahu Fred, seakan-akan lehernya patah.

Mobil baru saja berhenti. Fred menoleh ke belakang dengan penuh kemenangan, ingin melihat reaksiku.

Melihatku memasang ekspresi jijik dan membuka pintu untuk turun, dia langsung mengejarku. Dia menarik tanganku dengan kasar dan menahanku di pintu mobil.

"Cukup! Yuri, aku kasih tahu ya, ngambek nggak akan ubah apa pun." Wajahnya tampak ... agak bersemangat.

"Seumur hidup ini aku memang ditakdirkan mencintainya. Meskipun kamu sujud dan memohon, yang bisa aku kasih cuma tubuhku. Hatiku nggak akan pernah jadi milikmu."

Rasa mual langsung naik ke tenggorokan. Aku menunduk dan langsung muntah. Perutku sakit.

Dia memaksa menyelipkan sesuatu ke telapak tanganku, lalu pergi dengan mobilnya. "Anggap saja itu hadiah pertunanganmu."

Aku membuka telapak tangan. Isinya adalah sebuah cincin polos yang kecil dan tak bernilai.

Ponselku bergetar.

Tabitha baru saja mengunggah story baru di media sosial. Kalung besar dan bekas ciuman di lehernya. Latar belakangnya adalah meja makan penuh makanan favoritnya.

[ Kak Fred bilang ini hadiah karena aku hampir lulus S2! ]

Komentar pun bermunculan.

[ Cincin yang didapat dari pembelian kalung itu di mana? ]

[ Cincinnya itu pasti hadiah yang sebenarnya, 'kan?]

[ Selamat ya, sebentar lagi lamaran! ]

Tak lama kemudian, pesan dari Tabitha masuk.

[ Kak Yuri, dalam hidup ini, akulah tokoh utama. Kamu cuma pantas pakai barang gratis. ]

Aku membuka tangan. Cincin itu jatuh dan langsung masuk ke saluran pembuangan. Tak diragukan lagi, Tabitha juga bereinkarnasi.

Keesokan pagi, aroma makanan berminyak memenuhi laboratorium.

Fred melihatku semalaman bekerja di lab dan meja penuh dengan obat maag. Dia tertawa tak berdaya.

"Heh, maagmu kambuh lagi? Sudah kubilang, jangan terlalu emosian. Nih, aku bawain sarapan."

Melihat deretan kotak makanan berisi makanan pedas, perutku langsung terasa semakin perih.

Setelah dua kehidupan, dia tahu betul aku tidak bisa makan pedas sama sekali. Sementara itu, pecinta pedas sejati adalah Tabitha.

Pria ini malah membawakan makanan sisa semalam. Aku tentu tahu karena melihatnya di media sosial Tabitha. Dia benar-benar tidak peduli atau sengaja ingin menyakitiku?

"Penelitianmu gimana?" Fred menjulurkan kepala ke area steril dan langsung kutampar. Heh. Ternyata dia mengincar obat yang sedang kuteliti.

Di kehidupan sebelumnya, dia ikut dalam uji klinis obat ini. Hasilnya? Dia meninggalkan anaknya bersama Tabitha di perutku.

Aku teringat seluruh proses kehamilan itu. Dia menyeduh teh, memijat punggung dan kakiku. Bahkan saat aku ngidam teh susu dan kue tar telur dari kota lain, dia langsung pergi membelinya.

Perhatian dan kesungguhannya waktu itu sempat membuatku delusi. Aku pikir anak ini akhirnya mengubah pandangannya soal keluarga.

Aku pikir inilah kebahagiaan yang aku cari. Meskipun pernikahan kami hanya demi kepentingan dua keluarga, tanpa cinta, bahkan nyaris tanpa keintiman fisik, setidaknya kami terlihat seperti pasangan harmonis.

Namun, setelah kematianku, semua terbongkar. Ternyata aku cuma wadah untuk darah dagingnya dengan wanita yang dia cintai.

Semua perhatian itu tidak ada bedanya dengan merawat ayam betina yang bertelur, lalu setelah itu disembelih. Cinta pun ikut lenyap seperti debu.

Aku masih ingat jelas. Setelah detak jantungku berhenti, satu-satunya hal yang dia tanyakan kepada dokter adalah ....

"Gimana? Anakku selamat?"

Di kehidupan ini, aku tidak akan pernah membiarkannya menyentuh hasil penelitianku.

Setelah diinfus di rumah sakit, rasa terbakar di lambung baru sedikit mereda.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Pertama Sumber Penderitaanku   Bab 8

    Dalam sekejap, mata Zico seolah-olah tenggelam sepenuhnya ke dalam kegelapan. Emosinya yang kuat seperti ditelan oleh jurang tanpa dasar."Kamu nggak apa-apa? Kenapa nangis? Apa yang sakit?"Dia panik sampai berkeringat, memeriksa tubuhku dari atas sampai bawah dengan cermat. Namun, di mataku hanya terlihat lengannya yang terkelupas karena terbakar dan kulitnya yang melepuh akibat cairan korosif.Air mataku langsung mengalir deras.Dua tahun kemudian, Fred keluar dari penjara dan Keluarga Adwel langsung mengirimnya ke luar negeri di malam yang sama. Sejak itu, dia benar-benar lenyap dari lingkaran sosial kota ini.Di kehidupan ini, dia tidak akan pernah berkesempatan mengonsumsi obat hasil penelitianku dan juga tidak akan pernah memiliki keturunan.Katanya selama dipenjara dua tahun, Fred kehilangan banyak berat badan. Karena sikapnya yang sombong dan kasar, dia sering dipukul dan dididik oleh para napi senior.Sementara itu, Zico memindahkan kariernya ke dalam negeri. Dia mendirikan k

  • Cinta Pertama Sumber Penderitaanku   Bab 7

    Zico bersandar di ambang pintu dengan tangan menyilang di dada, entah sudah diam-diam memperhatikanku berapa lama.Saat aku berhenti bekerja dan sadar akan kehadirannya, aku merasa agak canggung. "Sejak kapan kamu di situ? Kenapa nggak panggil aku?"Aku terpikat sama ekspresi seriusmu. Rasanya nggak tega ganggu."Wajahnya saat diam bisa terlihat galak, tetapi begitu tersenyum, seperti salju musim dingin yang mencair.Zico selalu bisa membuat wajahku memerah hanya dengan beberapa kalimat manis yang diucapkan dengan serius.Aku sedang mengenakan jas laboratorium putih, rambutku acak-acakan, bahkan tak pakai riasan. Namun, dia malah menatapku selama itu?Sudut bibirnya terangkat lebih tinggi, seolah-olah dia bisa membaca isi pikiranku. Kemudian, dia bergumam, "Hmm, cantik."Wajahku langsung terasa semakin panas. Saat keluar, aku melihat kotak bekal di atas meja laboratorium. Aku langsung menatapnya dengan kaget. "Kamu yang bawa ini?"Dia menyusul keluar di belakangku, menutup pintu isolas

  • Cinta Pertama Sumber Penderitaanku   Bab 6

    Aku terdorong cukup keras hingga hampir terjatuh. Begitu berdiri tegak, aku melihat Tabitha yang datang dengan tergesa-gesa.Berbanding terbalik dengan gaun putihnya yang tampak suci, wajahnya malah dipenuhi kegilaan yang histeris."Apa hakmu merebut cowok dariku? Di kehidupan lalu aku kalah darimu, masa di kehidupan ini aku harus kalah lagi? Kamu godain Kak Fred ya?"Matanya merah membara. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Namun, tamparan itu justru mendarat keras di wajah Fred, pria yang katanya paling dia cintai.Plak! Di wajah tampan dan putih Fred, langsung muncul bekas lima jari yang begitu jelas dan lucu.Fred menyipitkan mata, menangkap pergelangan tangan Tabitha dengan kuat. "Siapa yang suruh kamu ganggu Yuri?"Tabitha meneteskan air mata, tak percaya. "Kak Fred?""Minggir!" Fred mengempaskan tangannya dan berjalan cepat ke arahku.Tabitha mencoba mengejar, tetapi tersandung dan jatuh terguling dari tangga. Suasana langsung membeku. Bahkan pemain biola pun mematung, lupa

  • Cinta Pertama Sumber Penderitaanku   Bab 5

    Mendengar ucapanku, mata Fred tiba-tiba memerah, seperti baru mengalami penderitaan dunia yang paling besar."Kamu bohong. Di kehidupan sebelumnya, kamu bahkan rela mati demi aku ...." Dia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam. Giginya nyaris bergemeletuk."Begini saja, aku juga akan adakan acara pertunangan denganmu! Puas, 'kan? Aku bisa umumkan pernikahan kita ke seluruh dunia, sekarang kamu puas ya? Ayo, ngomong sesuatu!"Aku tertawa saking kesalnya. Sebelum sempat menjawab, tiba-tiba dia menciumku secara paksa. Bau alkohol langsung memenuhi hidungku, membuat perutku kram dan rasa mual menyerang seketika.Detik berikutnya, pandanganku kosong. Fred sudah diangkat oleh seseorang dari belakang. Dia seperti monyet yang diangkat, lalu dibanting keras ke lantai. Setelan mahalnya meluncur di lantai marmer yang mengilap. Dia terhempas sampai menabrak tembok."Siapa yang kasih kamu izin sentuh tunanganku?" Suara Zico tenang, tetapi berbahaya, membuat Fred langsung bergidik.Meskipun dem

  • Cinta Pertama Sumber Penderitaanku   Bab 4

    Sejak kecil, Zico adalah anak emas Keluarga Adwel. Saat Fred masih berkutat mengejar gelar kuliahnya, Zico sudah mendirikan firma hukumnya sendiri di luar negeri. Jaringannya di kota ini sangat luas. Bisnis Keluarga Adwel bisa sebesar ini tak terlepas dari bantuannya.Di kehidupan sebelumnya, selain saat pernikahan, aku hanya pernah melihatnya sekali. Setahuku sampai aku meninggal pun, dia belum pernah menikah.Begitu Zico muncul, bahkan ayahnya pun tersenyum lebar. Semua perhatian langsung tertuju padanya, sementara pandangannya langsung terkunci padaku.Suara baritonnya terdengar dalam dan ramah. "Maaf sudah membuat kalian menunggu lama."Kalimat itu jelas ditujukan ke semua orang, tetapi entah kenapa tenggorokanku langsung terasa kering.Fred tertawa. "Nggak lama kok." Namun, dia langsung disikut ayahnya."Nggak tahu sopan santun! Kakakmu sudah datang, tapi kamu masih duduk di situ. Geser!" tegur ayahnya.Dia pun refleks menyingkir. Kemudian, saat melihat Zico duduk di kursi utama d

  • Cinta Pertama Sumber Penderitaanku   Bab 3

    Tak kusangka, alarm kamera pengawas di laboratorium berbunyi nyaring.Tak lama kemudian, Tabitha mengunggah story baru.[ Tesis S2 hampir selesai! Penelitian obat baru bersinar terang! ]Dalam foto itu, dia mengenakan jas lab, riasannya sempurna. Dia bahkan tak memakai masker, berpose di samping mikroskop. Di tangannya adalah buku data eksperimen milikku ....Alarm laboratorium masih terus berbunyi. Dalam rekaman CCTV, mereka berdua sedang menempel erat di atas meja.Tabitha duduk di pangkuan Fred, matanya sayu, bibir sedikit terbuka, tubuhnya naik turun perlahan. Jas lab putih milikku yang selama ini kujaga dengan baik pun tergeletak di lantai, bahkan kancingnya lepas karena dirobek.Meskipun aku sudah lama tahu Fred tidak mencintaiku, melihat kerja keras bertahun-tahun diinjak-injak seperti ini, tetap membuatku tak sekuat yang kubayangkan.Aku menghapus air mata di pipi dengan punggung tangan, lalu menerobos masuk ke laboratorium.Fred dan Tabitha sedang tenggelam dalam ciuman di ata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status