Share

Bab 6. William dan kekasihnya

Alexandra tersentak dari tidurnya, mimpi buruknya masih berlangsung bahkan ketika dia sudah pindah dari rumah Martha.

Namun perasaannya langsung lega ketika dia mendapati dirinya berada di apartemen William saat ini.

Suara seorang wanita yang berkata-kata dengan manja mengejutkan Alexandra.

Siapakah dia? Apakah kekasih om William?

Alexandra menurunkan kakinya lalu berjalan ke arah pintu untuk mengintip siapa yang sebenarnya datang ke apartemen pamannya. Dia terkejut ketika melihat seorang wanita cantik dengan pakaian seksinya sedang mencium bibir om-nya seakan hal itu sudah biasa.

“Pacar om William,” gumam Alexandra. Dia urung keluar karena tak mau menganggu kesenangan William pagi itu.

“Tapi, om William kan lama di luar negeri, kenapa dia bisa punya pacar secepat ini?” gumam Alexandra lagi, tak mengerti bagaimana cara kerja mendapatkan kekasih meski baru datang dari luar negeri.

“Alex! Sarapan sudah siap! Kamu mandi dulu setelah itu sarapan!” seru William. “Om langsung berangkat ke kantor!”

Alexandra tidak menyahut tapi dia mengangguk.

Dia pun mandi seperti apa yang diminta William kemudian sarapan sendirian di meja makan.

Jika dilihat dari penampilan makanan yang ada di meja makan, ALexandra yakin jika makanan itu adalah masakan om-nya.

“Lumayan enak,” katanya sambil tersenyum.

“Hari ini aku ngapain ya?” Alexandra mengedarkan pandangannya. Tak ada yang bisa dia lakukan selain tiduran di sofa, menonton tv dan melihat pemandangan dari balkon apartemen.

Alexandra begitu bosan. Sudah lama dia tidak memiliki teman bicara. Teman SMP-nya mungkin sudah melupakannya. Apalagi dia keluar dari sekolah tanpa pamit pada mereka.

Ponsel miliknya pun entah di mana pada saat itu, karena setelah kembali dari study tour-nya. Dia dijemput oleh paman Oliver dan melihat rumah orangtuanya terbakar. Dia sama sekali tidak memedulikan ponselnya waktu itu.

Jika dihitung-hitung, dia sudah tidak memegang ponsel selama dua bulan lebih. Karena di rumah bibi Martha terasa seperti penjara, dia tidak merasa kehilangan gadgetnya. Tapi setelah pindah dengan William, kini dia baru menyadarinya.

Alexandra menguap. Dia mengantuk. Tapi dia akan merasa bersalah jika tidak melakukan apa-apa untuk William. Jadi dia membersihkan apartemen dengan penyedot debu, lalu mencuci piring dan perkakas memasak yang belum sempat dicuci oleh William. Lalu memberi makan ikan di akuarium.

Setidaknya hal itu membuat Alexandra menjadi manusia yang sedikit berguna untuk William.

**

William membuka pintu, dan terkejut di dalam apartemennya begitu hening seperti sebelum Alexandra pindah ke sana.

“Anak itu ke mana?” gumam William.

“Alex!” panggil William.

“Alex!” panggilnya sekali lagi tapi tak ada sahutan hingga membuat William panik.

Ia pun mencari ke kamar Alexandra, ke kamarnya lalu ke ruang kerja dan ruang baca. Matanya kemudian tertuju ke arah balkon saat melihat bayangan perempuan kecil sedang berbaring di sana.

“Kamu kenapa tidur di sini?” tanya William. Dia berjongkok dan melihat Alexandra masih tidur dengan pulas.

Karena tak mau menganggu tidurnya, William langsung membopong Alexandra dan membawanya ke dalam kamar.

Sesaat Alexandra sadar, dia membuka sedikit matanya. Tapi enggan terbangun, dia lebih memilih untuk pura-pura tidur karena akan sangat canggung jika dia tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar.

Dengan lengannya, William mendorong pintu kamar Alexandra. Kemudian membaringkan gadis itu di atas ranjang dan menyalakan AC di dalam kamar. William pikir Alexandra kepanasaran karena tidak menyalakan AC jadi memilih tidur di balkon yang sejuk karena udara dari luar.

William kemudian duduk di bibir ranjang. Dia membuka ponselnya kemudian melihat-lihat aplikasi layanan pengantar makanan.

“Anak kecil suka makan apa ya,” gumam William, Alexandra yang mendengarnya langsung cemberut.

“Burger? Pizza?” William seperti biasa bertanya pada dirinya sendiri. “Tapi kalau dia makan fastfood nggak bisa tumbuh tinggi.”

William menutup ponselnya, memasukkan ke dalam sakunya lalu berjalan ke arah pintu.

“Aku akan ke swalayan sebentar, makan siang aku yang masak,” katanya lalu pintu ditutup.

Alexandra langsung membuka matanya. Degub di jantungnya membuatnya salah tingkah. Kenapa dia seperti ini? Apa karena dia tinggal dengan lelaki asing makanya dia bertingkah seperti itu?

**

Dua jam kemudian, William pulang.

Alexandra menyambutnya dengan senang, tapi senyum itu berubah ketika rupanya William pulang bersama dengan wanita yang tadi pagi berciuman dengannya.

“Alex! Kamu udah bangun!” sapa William, dia membawa beberapa kantong belanjaan bersama dengan wanita yang memiliki pinggang seperti semut itu.

“Perkenalkan dia Wilona, Wilona dia Alex keponakanku,” kata William.

“Hai Alex, kamu lebih cantik dari yang aku bayangin,” puji Willona.

“Terima kasih,” sahut Alexandra pelan.

“Aku ajak Willona karena dia mau bantu aku masak,” kata William.

“Kamu nggak ngenalin aku sebagai kekasih kamu, Will?” goda Willona.

William tersenyum tanpa menatap kedua perempuan yang ada di sana, dia sibuk mengeluarkan barang belanjaannya.

“Aku kekasihnya, kalau dia membawa wanita lain, kamu bisa lapor padaku, Alex,” kata Willona.

Alexandra tersenyum canggung, sebenarnya dia tak mau dihadapkan pada hal seperti ini. Rumit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status