Beranda / Romansa / Cinta Pertamaku, Suami Orang / 1. Cinta Pertamanya Suami Orang

Share

Cinta Pertamaku, Suami Orang
Cinta Pertamaku, Suami Orang
Penulis: Hujan Aksara

1. Cinta Pertamanya Suami Orang

Penulis: Hujan Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-30 21:31:02

“Jauhi suamiku! Aku tahu kamu lebih faham bagaimana seharusnya bertindak, karena kamu mendapatkan pendidikan di pondok pesantren selama 8 tahun lamanya,” pinta Rika pada Nisa dengan tatapan tajam.

Nisa terdiam beberapa detik, wajahnya pias ketika ia dilabrak oleh seorang istri, yang suaminya saat ini dekat dengannya, ia sendiri seolah sedang mencerna, apa yang saat ini terjadi kepadanya adalah benar adanya, nyata, bukan hanya sekadar mimpi buruk semata.

Nisa menghela nafasnya sejenak, mengumpulkan kekuatan sebelum akhirnya ia menjawab ucapan wanita yang ada di hadapannya itu.

“Aku mengakui bahwa aku salah, akan tetapi suami Bu Rika yang terlebih dulu yang mendekatiku dengan intens, sekuat apa pun, aku menolak, akan tetapi Mas Dani selalu merayu sehingga akhirnya pertahanan hatiku runtuh,” jawab Nisa tak ingin kalah dan tak mau disalahkan.

Ah, entahlah Nisa, ke mana akal sehatnya saat ini, sampai ia melupakan untuk tidak menjalin hubungan dengan lelaki sebelum menikah, bahkan kini lebih mirisnya lagi ia malah menjalin hubungan dengan suami orang. Apa hanya karena Dani adalah cinta pertamanya Nisa, maka ia enggan untuk melepaskan?

“Tapi Mas Dani tetaplah suamiku, syah secara agama dan negara, sedangkan kamu bukanlah siapa-siapanya!” Rika menegaskan lagi pada Nisa dengan tatapan sinis penuh kebencian.

Nisa kini hanya terdiam saja, ia tahu bahwa memang dia salah karena telah menjalin hubungan terlarang dengan suami orang, akan tetapi dia tetap tidak mau mengalah karena memang Dani sendiri yang menjadikan Nisa jatuh cinta sehingga merasa bahwa Dani perlu bertanggung jawab karena telah membuatnya tergila-gila.

“Mas Dani melakukan ini bukan hanya kepada kamu saja, tapi sudah sering terjadi pada wanita lainnya pula. Kalimat manis yang seharusnya hanya dilontarkan kepada istrinya seorang, akan tetapi ia malah melontarkannya pula pada wanita lain di luar sana, termasuk kamu!”

DEG

Nisa kini terkejut mendengar penuturan istrinya Dani, Rika, bahwa suaminya itu memang buaya darat. Akan tetapi apa pula tujuan wanita itu membuka kartu Dani di depannya? Nisa kini bertanya-tanya dalam hatinya.

“Meski demikian, aku sangat mencintai Mas Dani, dan aku akan mempertahankan pernikahan kami ini. Maka aku tegaskan sekali lagi kepada kamu untuk menjauhi suamiku!” Rika menegaskan lagi kepada Nisa, lalu setelah itu dia pergi begitu saja meninggalkan Nisa.

Sementara Nisa, kini masih saja mematung di tempatnya tak percaya jika lelaki yang telah meluluhkan hatinya ternyata adalah buaya darat. Nisa pun tak menyangka jika hubungan terlarangnya yang sudah berjalan selama 2 tahun harus berakhir, cinta pertamanya hanya sampai di sini saja.

Nisa meraih ponselnya, ya dia ingin menghubungi Dani, akan tetapi tetap saja, nomor yang dihubunginya sama sekali tidak ada respon sama sekali, bahkan kontak Nisa telah diblokir oleh lelaki tersebut.

“DASAR SIALAN! LELAKI PENGECUT, MALAH KABUR BEGITU SAJA KETIKA SUDAH DIKETAHUI OLEH ISTRINYA. SEHARUSNYA JIKA MEMANG TIDAK PUNYA KEBERANIAN JANGAN PERNAH UNTUK BERMAIN API,” gerutu Nisa bersungut-sungut.

Seketika itu ia merasa kesal yang sudah dipermainkan begitu saja oleh lelaki, ya Nisa hanya dimanfaatkan saja kepolosannya oleh Dani. Meskipun memang hubungan antara dirinya dan Dani hanya sebatas video call saja, akan tetapi tentu saja bagi Nisa yang tak pernah melakukan pacaran sebelumnya, merasa sangat kecewa.

Siapa yang salah sebenarnya dalam khasus ini? Dani yang memang sudah lihai dalam merayu wanita atau memang Nisa yang polos sehingga mudah dibodohi begitu saja?

***

“APA? ISTRINYA PAK DANI NGEDATANGIN KAMU, NIS?” tanya Riri terkejut ketika ia mendengar penuturan dari sahabatnya tersebut.

Nisa hanya menganggukkan kepalanya saja, ujung hijabnya yang panjang menutupi dada tertiup oleh semilir angin pada sore itu, ya Nisa dan Riri kini keduanya sedang menghabiskan waktu di alun-alun kota hanya sekadar untuk curhat.

“Terus Bu Rika ngomong apa saja?” tanya Riri penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Rika, istrinya Dani yang memang juga dikenal oleh Riri, karena jarak antara rumahnya dan rumah Rika hanya sekitar 2 km saja, bahkan Rika sering sekali belanja di warung milik Riri ketika ia menunggu suaminya pulang, karena memang warungnya Riri berada di depan sekolah di mana suaminya mengajar.

“Yaaaa, dia minta untuk menjauh dari Pak Dani,” jawab Nisa enteng pada Riri dengan wajah kusut, akan tetapi bibirnya tidak lagi pucat seperti sebelumya, bahkan semua saran dari Dani dilakukan oleh Nisa, termasuk untuk memoles bibirnya dengan lipstick.

Mungkin hanya satu saja ajakan Dani yang selalu ditolak Nisa, yaitu ajakan keluar bersama. Karena memang untuk keluar dan jalan bareng dengan Dani, Nisa tak cukup berani, sebab bagaimana pun masih ada rasa takut jika dirinya diketahui menjadi orang ketiga.

“Salah kamu sih, Nis. Kan aku udah bilang kalau jangan pernah lagi untuk merespon Pak Dani, akhirnya gini kan kamu jadi cinta sama dia!” cerocos Riri bersungut-sungut menyalahkan Nisa.

Riri adalah sahabat terbaik Nisa yang kini satu sekolah dengannya di tempat mengajar. Meski sebelumnya tak pernah kenal dekat, akan tetapi dengan pertemuan mereka keduanya setiap hari di sekolah menjadikan keduanya semakin akrab dan erat.

“Lho, kok kamu menyalahkan aku sih, Ri? Kan Pak Dani sendiri yang mendekat lebih dulu, aku udah berusaha untuk menjauhinya, akan tetapi dia tetap bersikeras untuk dekat hingga akhirnya aku luluh,” tolak Nisa lagi yang tak ingin disalahkan begitu saja oleh Riri.

“Iya, iya, tapi kan tetap saja kamu juga salah. Dasar sih memang Pak Daninya aja yang genit, udah tahu punya istri, tapi masih aja genit sama cewek polos kayak kamu, Nis,” balas Riri lagi yang kini malah ikut menyalahkan Dani.

Karena memang kesalahan tersebut dilakukan oleh kedua belah pihak, jika Nisa tetap bersikeras untuk mempertahankan hatinya untuk tidak luluh tentu saja Dani pun tidak akan memaksa berulang kali.

Akan tetapi Nisa pun memang tak bisa disalahkan sepenuhnya karena memang dia hanyalah gadis polos yang baru saja keluar dari penjara suci selama enam tahun lamanya hidup dan tumbuh di sana.

Lama tinggal di sebuah pondok pesantren tentu saja tidak akan menjadikan jaminan seseorang akan bersikap baik, karena itu semua bergantung pada hati dan keputusannya masing-masing.

“Lalu kamu sekarang mau bagaimana, Nis?” tanya Riri lagi penasaran dengan kisah cinta sahabatnya itu, ya bisa dikatakan sebagai kisah cinta pertama Anisa.

“Yaaa mau gak mau, meskipun aku sama sekali belum bisa rela untuk melepaskan Pak Dani, tentu saja istrinya lebih berhak, lagi pula lelaki itu pengecut, sekarang malah nomor kontak aku diblokir,” cerocos Nisa lagi pada Riri dengan wajah sebal.

“Udahlah, Nis! Yakin saja, nanti Allah akan menggantikan Pak Dani dengan lelaki yang memang sungguh benar baik dan bukan suami orang lagi.” Riri menenangkan hatinya Anisa yang saat ini rapuh dan patah karena lelaki.

Nisa masih terdiam, tak mampu lagi untuk mengatakan apa pun pada Riri, ya kini ia pasrah pada keadaan.

“Lagi pula memangnya kamu mau jadi istri kedua, hah? Menyakiti hati wanita lain, memangnya kamu mau? Kayak gak ada cowok lain lagi aja di dunia ini! Coba kalau posisinya di balik, kamu yang jadi Bu Rika bagaimana, hah?” tanya Riri lagi pada Nisa yang kini mulai menegakkan kepalanya dan menatap penuh tanda tanya besar pada sahabatnya itu.

DEG

Nisa kini hanya terpaku saja, wajahnya pias, karena serasa ditusuk-tusuk oleh pedang atas ucapan Riri yang memang memojokkan dirinya itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   115. Sudah sadar

    “Nisa menolak, Neng. Dan kedua orang tuanya pun sudah tidak bisa lagi membujuknya, karena Nisa sudah memberikan peringatan kepada kedua orang tuanya untuk tidak lagi ikut campur dengan urusannya, apa lagi yang menyangkut masa depannya, bahkan Nisa akan meninggalkan rumah jika bapak dan ibunya tetap memaksakan kehendak.”Bu Wawat panjang lebar memberikan penjelasan kepada Eneng dan suaminya yang ada di sana, termasuk Reza, seketika wajah ketiganya pun kini berubah menjadi muram, hanya kekecewaan saja yang terpancar.“Kamu yang sabar, ya Reza! mungkin memang sudah sebaiknya kita harus introspeksi diri atas apa yang pernah kita lakukan pada Nisa, Bunda juga menyesal, Za, sungguh menyesal, gak kebayang jika anak perempuan bunda pun akan diperlakukan seperti Nisa oleh ibu mertuanya…“Yang jelas Bunda sebagai orang tua, akan membawa kembali si Anggi ke rumah jika ia diperlakukan tidak baik oleh suami dan mertuanya.” Eneng panjang lebar, ia kini sudah sadar, ya sepenuhnya, sudah menga

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   114. Ditolak juga

    “Eh, Bu Wawat,” seru Bu Aisyah ketika tahu bahwa yang bertamu ke rumahnya itu adalah Bu Wawat, entah mau apa? Apa mungkin ada kaitannya dengan pesan yang dikirimkan oleh Erma kepada Nisa tadi malam? Begitu pikir Bu Aisyah di dalam hatinya. “Ayok silakan masuk, Bu!” Bu Aisyah mempersilakan Bu Wawat untuk masuk ke dalam rumahnya. Duduk di ruang tamu dengan sofa yang sudah pudar warnanya, kusam, akan tetapi di atas meja itu sudah ada air mineral gelas dan toples berisi kue kering, sehingga Bu Aisyah tidak pelru repot-repot lagi membuatkan minum untuk tamu yang datang. “Mohn maaf nih, Bu, kalau pagi-pagi udah ke sini, he he.” Bu Wawat basa-basi kepada bu Aisyah, sebelum akhirnya mengatakan tujuan dan maksudnya datang ke rumahnya. “Gak apa-apa, Bu. Saya sudah beres semuanya kok, Nisa juga udah berangkat sekolah,” sahut Bu Aisyah seraya masih tersenyum juga. “Sebenarnya saya datang ke sini untuk minta maaf, dengan kabar dua hari lalu yang saya berikan, mengenai pernikahan Reza, terny

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   113. Nisa Menolak

    “Nis, saya mau tanya sama kamu, boleh?” Erma mengirimkan pesan kepada Nisa atas permintaan ibunya sendiri, Bu Wawat, bahkan wanita paruh baya itu pun masih di sana menunggu balasan Nisa.“Gimana, Er? Udah ada balasan dari Nisa belum?” tanya Bu Wawat tidak sadar kepada anaknya itu,yang masih setia menunggu.“Belum, Mah. Sabar dulu, kan baru dikirim tadi pesannya juga,” jawab Erma kepada Mamahnya yang memang sudah tidak sabaran lagi, lalu kini Bu Wawat hanya diam saja, seraya matanya kini focus kembali pada TV, karena ia sedang menonton acara sinetron kesukaannya.“Tapi kalau Nisa nolak, kenapa Mamah gak bujuk orang tuanya aja kayak kemarin, aku rasa Nisa akan nurut aja kalau orang tuanya yang minta,” celetuk Erma memberikan saran jika memang nanti Nisa menolak untuk diajak rujuk oleh Reza.Bu Wawat terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh anaknya itu, mengenai saran untuk membujuk orang tuanya Nisa saja, yang menurut Erma lebih efektive.“Eh, iya juga, ya.

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   112. Minta tolong

    “Iya, Teh, rujuk, Reza ingin rujuk dengan Nisa, dan Neng pun kini sadar dengan kesalahan Neng, bahwa gak ada lagi memang yang bisa menerima Reza selain Nisa, makanya Neng ingin agar Reza kembali rujuk dengan Nisa.” Eneng menjelaskan lagi.Bu Wawat hanya menghela nafasnya saja pelan ketika mendengar penjelasan dari adiknya itu, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak menyangka bahwa adiknya saat ini bisa mengakui kesalahan dirinya sendiri, tidak seperti biasanya, yang selalu keras kepala.“Tapi kalau Nisa menolak gimana? Kok kalian bisa sih semudah itu berpikir kalau Nisa mau menerima begitu aja setelah apa yang kalian lakukan?” Bu Wawat tidak mengerti dengan jalan pikiran adiknya itu, ya meskipun Eneng itu adalah adiknya sendiri, akan tetapi setelah tahu dengan kejadian yang sebenarnya terjadi, seperti apa yang Nisa katakan pada Bu Rini dan Bu Ineu pada beberapa bulan lalu, maka ia faham dan mengerti bahwa adik dan keponakannya itu salah.“Ya, siapa tahu, karena setahu Neng

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   111. Ajakan rujuk

    “Tuh, kan Bun! benar apa kataku juga, gak ada wanita yang mau menerimaku selain Nisa,” keluh Reza atas nasib yang menimpanya, ya selama satu tahun perceraian ini, sudah 3 kali ia dikenalkan dengan anak dari teman Ayah dan Bundanya.Akan tetapi, pada pertemuan kedua atau ketiga setelah perkenalan, sang wanita akan mundur dengan teratur, karena menganggap bahwa Reza bukanlah lelaki yang baik untuk dijadikan suami.Ya meskipun pengakuan Eneng dan Toni adalah bahwa Reza bercerai karena ditinggalkan oleh istrinya yang tidak bertanggung jawab. Akan tetapi ternyata perlahan, semuanya terbuka, siapa yang sebenarnya bersalah dalam perceraian tersebut.“Sabar, Reza! teman Ayah dan Bunda masih banyak yang punya anak single, kamu tenang aja dulu, ya. Baru juga nyoba tiga kali, kamu jangan bosan!” Eneng meyakinkan anaknya itu bahwa suatu saat nanti akan ada wanita yang mau menerimanya sebagai suami.“Tapi, Bun, aku yakin gak akan mudah, coba aja dulu kalau aku gak bercerai dengan Nisa, k

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   110. Pamer

    Hari berganti menjadi minggu, begiut pula dengan minggu kini sudah berganti menjadi bulan, kondisi Nisa saat ini sudah jauh lebih baik, tidak ada lagi penyerangan yang terjadi dari keluarga mantan suaminya. Mungkin sudah bosan juga.“Nisa belum menikah lagi, Bu Aisyah? Kalau Reza Alhamdulillah udah menikah lagi, dapat istri PNS (pegawai negeri sispil)” ungkap Bu Wawat ketika bertemu dengan ibunya Nisa, ya lebih tepatnya sengaja mendatangi rumahnya Nisa ketika Nisa sedang di sekolah, entah untuk apa, hanya sekadar untuk memberikan informasi tidak jelas saja.“Oh begitu, ya syukur kalau Reza sudah menikah lagi, kalau Nisa belum, kayaknya dia masih belum siap juga,” jawab Bu Asiyah kikuk, meski di dalam hatinya menggerutu, ‘untuk apa juga bilang itu ke saya? Apa Cuma mau pamer aja kalau setelah lepas dari Nisa bisa langsung nikah lagi?’Bu Wawat mangguk-mangguk saja ketika mendengar jawaban dari Bu Aisyah itu mengenai responnya kepada Reza.“Ya sudah kalau begitu, saya pamit dul

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   109. Love yourself

    [“Jadi benar dengan kabar yang tersebar, Nis? Kamu sudah resmi bercerai?”] isi pesan yang dikirimkan oleh Dani kepada Nisa pada siang hari itu, ketika Nisa sedang berada di kantor sekolah, seperti biasanya.Nisa diam sejenak ketika mendapati isi pesan dari Dani yang kini tiba-tiba datang kembali setelah beberapa bulan ini menghilang, seperti biasaya, datang dan pergi begitu saja karena memang ada istrinya pula yang harus dijaga.Wanita muda itu kini menghela nafasnya panjang, berat, ia tahu dengan kondisinya saat ini jika membalas pesan Dani hanya akan membuat suasananya semakin kacau saja, akan ada salah faham antara Dani dan istrinya lagi.“Kenapa? Kayaknya gabut banget?” tanya Riri kepada Nisa kini sedang menyandarkan tubuhnya itu di sandaran kursi.Nisa tak menjawab, ia tak ingin Riri tahu bahwa dirinya baru saja mendapat pesan dari Dani, ia tak ingin Riri tahu juga jika Dani kembali mengirim pesan, karena memang tak ada gunanya juga, untuk saat ini Nisa ingin menjauhi Da

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   108. Gosip Menyebar

    “Wah, Nis, gila tahu gossip kamu rame banget, emangnya gimana tadinya sampe debat gitu sama Bu Ineu dan Bu Rini si ratu gossip?” tanya Riri kepada Nisa ketika di sekolah, seperti biasa, penasaran, karena memang Riri yang jarak rumahnya hanya sekitar 500 m saja, tentu sudah dapat mendengar desas desus apa yang terjadi kepada Nisa.Nisa hanya mengerutkan dahinya saja, tidak langsung menjawabnya. Dan membuat Riri harus bertanya untuk kedua kalinya.“Dih, kamu kebiasaan deh kalau aku nanya, pasti gak langsung dijawab, harus dua kali nanya aja,” keluh Riri, menggerutu, tidak suka dengan kebiasaan Nisa. Nisa terkekeh saja, sebelum akhirnya ia menjawab.“Ya, merekanya duluan yang lebih dulu marah-marah gak jelas di depan rumah orang, ya aku lawanlah, sekalian orang model begitu harus dikasih pelajaran, biar kapok, mereka pikir, aku akan diam aja kali, ya, gak bakal ngelawan,”“Ha ha ha. Iya juga sih, benar. Banyak yang bilang ibu-ibu, katanya lu adalah orang yang paling berani melaw

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   107. Malah membela

    “Gimana, Teh? Aman kan semuanya? Udah beres?” baru saja Bu Ineu sampai di rumah Eneng, akan tetapi sang pemilik rumah sudah memberondongi tanya kepadanya, menanyakan hal yang memang ia tugaskan kepada Tetehnya itu untuk menyebarkan gossip mengenai Nisa.Akan tetapi orang yang ditanya kini malah menghempaskan tubuhnya pada sandaran sofa, lalu menghela nafas berat, dan diam saja untuk beberapa saat sehingga menjadikan Eneng bertanya-tanya.“Kok lemas gitu sih, Teh? Ada apa memangnya?” tanya Eneng lagi penasaran dengan tetehnya itu, yang ia harapkan tentunya mendapat kabar baik mengenai nama baiknya itu di kampung, meski pada faktanya bertolak belakang dengan keinginan wanita tersebut.“Kenapa kamu gak bilang kalau si Reza itu impoten, Neng?” Bu ineu bertanya langsung saja pada masalah intinya, sehingga menjadikan Eneng tersentak dan hanya membulatkan matanya saja, sempurna, tidak percaya dengan pertanyaan yang dilayangkan oleh tetehnya itu.“Lho kok Teh Ineu malah nanya itu sih

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status