/ Romansa / Cinta Sagita / Pertemuan Tak Terduga

공유

Pertemuan Tak Terduga

작가: Rahma Nanda
last update 최신 업데이트: 2021-04-01 16:01:07

~Setiap pertemuan akan membawa sebuah cerita, bisa jadi cerita bahagia dan bisa jadi cerita buruk~

 

 Sagita melirik ke arah jam dinding. Dia tidak sabar menunggu jam bergerak ke angka empat sore. Dia menunggu waktu itu. Sebuah waktu penting. Berharga. Bahkan bagi Sagita, lebih beharga dari emas yang dia gunakan. Apalagi jika bukan waktu berbelanja. Waktu yang membuatnya bisa bebas untuk keluar dari rumah dalam waktu yang lama. Dan tentunya dengan Danar, suaminya.

 "Eh, kamu belum siap-siap Mas?" tanya Sagita pada suaminya yang masih sibuk berbaring di atas dipan. Danar menatap istrinya lekat-lekat. Jika biasanya wanita selalu berdandan lama dan makan waktu, maka itu tidak berlaku bagi Sagita. Ketidaksabarannya untuk segera meninggalkan rumah itu, walau barang sejenak saja sudah mampu membuat hatinya senang. Dirinya tergerak untuk bertindak cepat.

 "Sebentar lagi, masih jam segini. Eh, kamu..."

 "Kamu apa?"

 "Anu, kamu cantik sekali!"

  Danar menyengir. Jelas bukan itu yang mau dia sampaikan. Sagita memang cantik. Baju dan jilbab yang dia kenakan serasi. Namun Danar hanya ingin bertanya apakah Sagita masih ngambek atau tidak. Selesai menangis di kamar mandi tadi pagi, Sagita hanya diam. Pada siapapun, termasuk pada Danar. Danar cepat-cepat mengurungkan niatnya untuk bertanya. Dia takut salah tanya. Repot urusannya.

 Danar sangat mencintai Sagita. Cinta mereka memang tidak pernah bertepuk sebelah tangan dari awal. Danar cinta Sagita dan Sagita cinta Danar. Tidak jarang Danar harus menjaga perasaan Sagita. Namun begitupun, Danar serasa tidak berdaya jika harus berhadapan dengan kedua orangtuanya. Suami yang satu ini bisa membela Sagita dari kejamnya seluruh orang di dunia ini, terkecuali orangtuanya sendiri.

 Mobil itu sudah bergerak perlahan meninggalkan rumah. Seketika napas Sagita menjadi lega. Dia tidak menyangka bisa pergi keluar dari rumah itu segera. Walau untuk kemudian kembali lagi, setidaknya Sagita bisa menenangkan pikirannya.

 "Apa-apa yang diomongin sama ibuku jangan terlalu kamu ambil hati."

 "Ibu kamu sudah keterlaluan Mas. Aku enggak tahan lagi tinggal di rumah itu. Kita harus pindah."

 "Ya jangan! Kamu tahu sendiri, kan? Aku ini anak semata wayang. Orangtuaku sangat sayang padaku."

 "Sayang? Kalau mereka sayang, seharusnya mereka membiarkan kita hidup mandiri. Aku enggak masalah mas kalau harus tinggal satu rumah sama orangtua kamu. Tapi mereka itu loh. Terlalu ikut campur dengan rumah tangga kita dan terlalu suka membanding-bandingkan aku dengan perempuan lainnya. Sakit loh Mas, dibanding-bandingkan sama wanita lain."

  "Ya tapi mau gimana lagi? Kita bisa hidup enak gini juga karena orangtuaku, kan? Aku bisa bekerja di perusahaan bagus, itu juga berkat jejaring bapakku. Bahkan kita bisa keluar dengan mobil ini juga berkat bapakku. Ini mobil dari bapakku."

 Sagita menarik napasnya dalam-dalam. Suaminya Danar memang terlalu bergantung pada orangtuanya. Bagi Sagita, tidak apa tidak naik mobil dan tinggal di rumah yang lebih sederhana. Asalkan hatinya tenang. Dia tidak perlu was-was dikomentari setiap saat oleh mertuanya.

 "Kamu yang janji Mas. Kamu yang dulu janji kalau kita enggak akan lama tinggal di rumah orangtua kamu," lirih suara Sagita berucap. Matanya melihat ke arah luar jendela. Pemandangan rumah-rumah penduduk yang mereka lewati cukup membuat pikirannya sedikit jernih.

 "Rencana awalnya memang begitu. Tapi kamu kan tahu sendiri. Orangtuaku ternyata tidak mau kita pindah. Bahkan kalau sampai aku nekad pindah, bapak bilang akan menyuruh temannya yang atasanku itu, untuk memecat aku saja."

 "Kejam."

 "Bukan kejam Git. Itu karena mereka sayang. Nanti kalau kamu punya anak, terus anak kamu udah gede. Kamu bakal ngerti rasa sakitnya pisah sama anak."

 "Mas! Aku enggak mau memisahkan antara kamu dan orangtua kamu. Kamu tetap bebas bertemu dengan mereka. Kapanpun kamu mau. Namun jika terus-menerus tinggal satu rumah. Hal itu jelas akan sangat membuatku tersiksa Mas. Kamu sayang sama aku enggak sih?"

  Sebelah tangan Danar menyentuh tangan istrinya. Itu sebagai jawaban jika dia  mencintai istrinya. Danar menggenggam tangan itu. Dia berusaha menguatkan hati istrinya. Sebenarnya Danar juga sadar akan penderitaan Sagita. Hanya dia tidak kuasa melawan kehendak orangtuanya sendiri.

 "Git, yang perlu kamu lakukan hanya satu. Sabar! Itu saja. Kamu hanya perlu sabar."

  "Sampai kapan aku harus sabar Mas? Sabar sampai modyaar? Sabar sampai mati gitu?"

  "Sabar itu tidak mengenal kata sampai. Sabar itu tidak ada batasnya. Kalau ada batasnya berarti belum sabar."

 "Pandai kamu ngomong Mas. Coba kalau kamu ada di posisi aku. Aku enggak yakin kamu sanggup buat sabar. Bisa jadi kamu malah udah kabur duluan. Pergi dari rumah, entah kemana."

 "Ah! Sok tahu. Lama-lama kamu udah seperti anak indigo. 'Saya menyium aroma-aroma jika kamu akan pergi dari rumah' hahahaha"

 Senyum tergurat tipis di wajah Sagita. Suaminya menirukan suara salah satu orang yang ada di iklan. Danar berpura-pura menjadi orang yang bisa membaca masa depan. Tentu saja hanya berpura-pura sebab tidak ada yang tahu masa depan. Masa depan tidak bisa tertebak. Termasuk masa depan Sagita sendiri. Dia tidak tahu bagaimana masa depannya di rumah mertuanya itu. 

 Sesampainya di pusat perbelanjaan yang mereka tuju. Sagita dan Danar segera mengambil keranjang troli. Danar mendorong troli itu, sementra Sagita menggandeng tangan Danar. Keduanya terlihat serasi. Apalagi yang kurang? Wanitanya cantik, prianya tampan. Dengan cepat aura kesedihan di hati Sagita segera menguap. Berbelanja adalah salah satu cara paling ampuh, untuk melupakan masalah dan rasa sedih.

  Ada banyak barang yang diambil oleh Sagita dari rak. Semuanya adalah kebutuhan rumah. Mulai dari bahan makanan pokok, cemilan hingga keperluan untuk kamar mandi. Danar selalu sabar menunggu istrinya berbelanja. Dia mendorong troli mengikuti Sagita kemanapun pergi.

 "Danar!" seorang wanita memanggil nama Danar. Di tengah keramaian pusat perbelanjaan itu,  Danar dan Sagita masih bisa mendengar suara panggilan tersebut. Mereka menoleh secepat kilat. Seorang wanita cantik yang tampaknya juga sedang berbelanja mendekat ke arah mereka.

 "Delia, kan?" tanya Danar pada wanita tersebut.

 "Eh, syukurlah kamu masih ingat sama aku. Aku kira kamu enggak inget lagi sama aku Danar."

 "Delia? Siapa wanita ini? Temennya Mas Danar? Kok aku enggak pernah lihat? Cantik juga nih orang. Rambutnya bagus, bisa lemes dan kelihatan lembut gitu. Kulitnya juga mulus banget. Make up-nya juga kelihatan mahal. Pasti nih cewek perawatannya enggak main-main."

  
Sagita mengomentari penampilan wanita ini dalam hati. Dia tentu tidak berani berkomentar secara langsung. Dari gerak-geriknya jelas yang namanya Delia ini sangat terpelajar.

 "Oh iya Del! Kenalin, ini Sagita. Istri aku."

 "Hai! Aku Delia. Teman lamanya Danar pas waktu SMA."

 Sagita menyalami Delia. Dia merasakan sebuah tangan yang halus dan lembut. Delia tersenyum ramah. Senyum itu semakin membuat bibirnya yang terbungkus lipstik merah muda terlihat semakin cantik.

 "Git! Delia ini keren banget loh. Dia seorang dokter di salah satu rumah sakit ternama di sini."

 "Oh iya? Wah keren!"

 "Ah! Biasa aja. Lebih keren Danar. Bisa menjabat sebagai manajer di salah satu perusahaan ternama. Itu keren loh!"

 "Biasa aja Del. Eh, kamu belanja juga Del? Belanja sama siapa?"

 "Sendirian. Emang jomblo mau belanja sama siapa lagi?"

  "Loh! Kamu belum menikah? Bukannya dulu waktu SMA kamu punya pacar, ya?"

  "Hahahah! Udah lama banget putus. Aku masih sendiri sekarang. Doain aja bisa cepat nyusul kalian. Biar bisa menikah."

  "Amin! Amin!" Danar mengangguk sambil tersenyum.

  "Kok perasaan aku jadi enggak enak gini ya? Masa iya wanita secantik ini masih jomblo? Helloooo! Pada kemana pria jomblo di negara ini? Sedekat apa sih hubungan Mas Danar dengan Delia dulu? Stop! Stop pikiranku, stop! Jangan mikir kemana-mana. Jangan mikir yang enggak-enggak. Mereka pasti cuman teman. Cuman teman!"

  
Di tengah percakapan antara Danar dan Delia, ada Sagita yang terus meyakinkan hatinya jika hal ini adalah wajar. Bertemu dengan teman lama adalah hal yang lumrah bukan? Namun terkadang hati memang begitu, semakin diyakinkan, semakin ragu.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Cinta Sagita   Sebuah Pernikahan

    ~Setiap cerita selalu memiliki akhir, entah itu akhir yang menyenangkan atau menyedihkan. Apapun akhir ceritanya, sebuah cerita tetaplah cerita. Itu adalah alur terbaik untuk setiap tokohnya~Gaun putih itu memang cantik. Namun tetap saja kecantikannya bertambah berkali-kali lipat karena digunakan oleh Sagita. Risa dan Cika juga tidak kalah cantik, mereka ada di barisan paling depan sebagai pagar ayu. Di sisi seberang sana juga tidak kalah luar biasanya. Ada pagar bagus yang dipimpin oleh Dino dan Doni. Ini adalah hari pernikahan Sagita dan Jidan.Pernikahan mereka memang sempat tertunda selama beberapa Minggu hingga Sagita benar-benar bisa pulih. Namun begitu bisa pulih, Sagita dan Jidan langsung menyelenggarakan pernikahan di kebun milih Jidan."Kamu cantik Sagita." Jidan berbisik pada Sagita yang ada di sebelahnya. Mereka sesaat lagi akan sah menjadi suami istri. Tuan penghulu sudah ada di depan Jidan dan siap menjabat tangan Jidan. Jidan

  • Cinta Sagita   Jangan Ada Pembunuh

    ~Dosa paling mengerikan yang dilakukan manusia adalah membunuh sesamanya sendiri~"Sagita..." Jidan memanggil Sagita. Sagita berusaha untuk membuka matanya pelan-pelan. Bagaimanapun ceritanya obat bius itu masih bekerja. Sagita melihat Jidan di depannya, dengan senyum mengembang dan mata yang berkaca-kaca."Kak," Sagita berkata lemah.Yoga, Dino dan Doni menarik napas lega. Satu kabar baik terbit. Sagita sudah sadar dan dokter bilang jika ia akan baik-baik saja. Hanya saja memang Sagita butuh waktu untuk bisa pulih."Terima kasih banyak Sagita. Terima kasih banyak kamu sudah bertahan." Jidan berkata pada Sagita sambil menatap mata Sagita lekat-lekat. Sungguh pandangan mata itu sangat romantis."Apa aku ada di surga?" Sagita bertanya pada sekitarnya."Ini masih di dunia Sagita. Ini masih di dunia. Ini masih di dunia yang sama tempat dimana orang-orang tega memperlakukan kamu dengan kejam. Walau aku berusaha me

  • Cinta Sagita   Cahaya Terang

    ~Dalam gelap sekalipun akan tetap ada cahaya harapan walau hanya setitik~Gelap, Sagita hanya melihat gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Ia hanya bisa mendengar duru napas dan detak jantungnya. Sagita pasrah, ia merasa mungkin kini ia telah mati. Ia merasa jika ia hanya tinggal mendengar malaikan Izrail berseru. Benar saja, beberapa saat kemudian, Sagita melihat cahaya putih. Cahaya itu terang dan terasa lembut mengenai mata, tidak menyilaukan sama sekali. Cahaya itu mendekati Sagita, seolah punya kaki. Lalu cahaya terang tersebut menggumpal dan membentuk wajah dan tubuh manusia. Sagita menarik napas dalam-dalam. Ia seperti itu wajah siapa."Ayah, Ibu." Sagita memanggil nama itu. Cahaya itu menjelma menjadi wajah ayah dan ibunya Sagita. Kedua cahaya itu saling pandang dan lalu merentangkan tangannya ke arah Sagita. Sagita tersenyum dan berusaha untuk bangkit menyambut cahaya itu. Sudah lama ia menahan rindu pada ayah dan ibunya. Sudah lama seka

  • Cinta Sagita   Kolam Darah

    ~Manusia dari zaman ke zaman tetap seperti itu tabiatnya, mereka saling menyakiti satu sama lain~Rumah itu cek. Jidan, Yoga dan yang lain memerika rumah itu dengan cermat. Hancur hati Jidan begitu melihat ada darah di lantai. Ia ngeri membayangkan bagaimana jika ternyata itu adalah darah Sagita."Jendela ini dibuka paksa dari luar. Itu artinya Sagita pasti melarikan diri lewat jendela ini. Hei, mereka menemukan jejak di sebalah sana. Ayo kita ikuti jejak itu dan mulai mencari dimana keberadaan Sagita. Kalian jangan ada yang tangan kosong. Bawa minilam pisau. Dan jangan jauh-jauh dari polisi karena mereka punya senjata. Kita tidak pernah tahu apa yang dibawa oleh Danar. Bisa jadi Danar memiliki senjata api. Dan itu bisa membahayakan kita semua. Kamu juga jangan gegabah Jidan. Jangan karena menuruti rasa khawatir kamu lalu kamu jadi lemah." Yoga memberikan pengarahan panjang lebar. Dan semua orang segera menuju ke arah jejak yang dikatakan oleh Yo

  • Cinta Sagita   Sepeda Gunung

    ~Menyelamatkan seseorang dari bahaya adalah sebuah kebaikan besar~Hujan deras turun disertai angin kencang. Hal ini membuat perjalanan Jidan dan semua tim penyelamat untuk Sagita benar-benar terhambat. Yoga mau tidak mau bahkan harus mengurangi kecepatan mobilnya. Apalagi saat ini mereka melalui jalan yang berkelok-kelok dan kanan kirinya berbatasan dengan jurang."Kita harus lebih cepat Yoga." Jidan mendesak."Lebih cepat bagaimana? Mobil Doni yang ada di depan kita saja mengurangi kecepatan. Kamu enggak liat apa hujan segini derasnya? Jarak pandang terbatas Jidan. Kita memang akan menyelamatkan Sagita tapi bukan berarti kita yang jadi tidak selamat. Tenanglah!""Bagaimana aku bisa tenang membayangkan Sagita kehujanan di luar sana. Dengan hujan sederas ini dan tanpa tahu apa yang sedang ia hadapi sekarang. Bagaimana aku bisa tenang?""Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Apa hikmah di balik ini semua ya Allah. Per

  • Cinta Sagita   Tembak Menembak

    ~Mau tidak mau, suka tidak suka, rasa luka memang sakit~Danar mendengar suara panggilan dari bapak dan ibunya. Ia menuju ke sumber suara itu. Dan mendapati bapak dan ibunya yang tengah ketakutan. Danar justru menggelengkan kepala. Melihat ada Danar di bawah sana, Sagita semakin takut. Ia berpegangan dengan erat pada batang pohon dengan kuat."Pak Bu. Ngapain di sini? Kenapa malah cuman duduk, bukan malah bantu Danar cari Sagita. Apaan sih? Kalian enggak mau Sagita cepat ketemu apa?""Aduh Danar. Bapak ini bukan enggak mau bantu kamu. Kami tentu mau bantu kamu. Tapi lihat cuaca saat ini! Kamu lihat tidak. Hujan akan turun. Kita belum tentu bisa menemukan Sagita. Justru sebaliknya, kita bahaya saat ada di hutan hujan deras begini. Kita sebaiknya balik ke rumah Nak. Itu saran Bapak.""Apa? Balik tanpa hasil? Tidak Pak. Buruanku masih ada di luar sini. Justru cuaca yang seperti ini sangat menguntungkan kita. Sagita tidak akan b

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status