Accueil / Romansa / Cinta Sang CEO di Ujung Desa / Bab 11 – Pertarungan di Halaman Pagi Itu

Share

Bab 11 – Pertarungan di Halaman Pagi Itu

Auteur: Hadi Putra
last update Dernière mise à jour: 2025-09-26 22:30:29

Udara desa yang biasanya damai kini berganti dengan hiruk-pikuk pertarungan sengit. Fajar baru saja merekah, namun halaman kecil rumah kayu tempat Arga dan Nayara tinggal sudah dipenuhi suara pukulan, teriakan, dan desah nafas berat.

Arga bergerak lincah, menangkis serangan dari tiga pria sekaligus. Pukulan deras menghantam udara, tendangan cepat nyaris mengenai kepalanya, namun ia selalu berhasil menghindar pada detik terakhir. Mata elangnya terus fokus, tubuhnya berputar dan bergeser seperti penari yang terbiasa dengan medan keras.

Pria pertama—yang sebelumnya lengannya dipelintir Arga—masih terlihat kesakitan, tapi dipaksa ikut menyerang lagi. Sementara pria kedua, dengan tubuh lebih kecil namun gesit, terus mencari celah. Pemimpin mereka, yang jelas lebih berpengalaman, menjadi ancaman utama dengan serangan yang terukur dan mematikan.

“Serahkan wanita itu! Kamu tidak tahu apa yang kamu hadapi, Arga!” teriak pemimpin itu sambil melayangkan pukulan lurus ke arah dada.

Arga menep
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Cinta Sang CEO di Ujung Desa   Bab 11 – Pertarungan di Halaman Pagi Itu

    Udara desa yang biasanya damai kini berganti dengan hiruk-pikuk pertarungan sengit. Fajar baru saja merekah, namun halaman kecil rumah kayu tempat Arga dan Nayara tinggal sudah dipenuhi suara pukulan, teriakan, dan desah nafas berat. Arga bergerak lincah, menangkis serangan dari tiga pria sekaligus. Pukulan deras menghantam udara, tendangan cepat nyaris mengenai kepalanya, namun ia selalu berhasil menghindar pada detik terakhir. Mata elangnya terus fokus, tubuhnya berputar dan bergeser seperti penari yang terbiasa dengan medan keras. Pria pertama—yang sebelumnya lengannya dipelintir Arga—masih terlihat kesakitan, tapi dipaksa ikut menyerang lagi. Sementara pria kedua, dengan tubuh lebih kecil namun gesit, terus mencari celah. Pemimpin mereka, yang jelas lebih berpengalaman, menjadi ancaman utama dengan serangan yang terukur dan mematikan. “Serahkan wanita itu! Kamu tidak tahu apa yang kamu hadapi, Arga!” teriak pemimpin itu sambil melayangkan pukulan lurus ke arah dada. Arga menep

  • Cinta Sang CEO di Ujung Desa   Bab 10 – Jejak yang Mengintai

    Fajar baru saja merekah. Cahaya oranye muda menembus celah-celah jendela bambu, menyingkap debu tipis yang berterbangan di udara. Suara ayam jantan dari kejauhan bersahut-sahutan, menandakan hari baru dimulai. Namun bagi Arga, pagi ini bukan sekadar awal biasa. Ia sudah terbangun sejak sebelum adzan Subuh. Tubuhnya tegap berdiri di teras rumah, kedua matanya menyapu ke arah jalan setapak yang masih sepi. Dari wajahnya, jelas terlihat kewaspadaan penuh. Semalam, setelah kejadian dua pria berjas itu, ia sama sekali tidak bisa tidur nyenyak. Arga menegakkan punggungnya, lalu menghela napas panjang. Tangannya refleks meraih secangkir kopi hitam yang sudah dingin di meja bambu. “Mereka pasti balik,” gumamnya pelan. “Pertanyaannya… kapan?” --- Dari dalam kamar, Nayara baru saja bangun. Rambutnya masih kusut, matanya bengkak karena tangis semalam. Ia berjalan pelan keluar kamar, mengenakan cardigan tipis untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan. Ia mendapati Arga masih berdiri di teras d

  • Cinta Sang CEO di Ujung Desa   Bab 9 – Bayangan Masa Lalu

    Senja di desa itu terlihat berbeda sore ini. Langit memerah jingga, awan tipis berarak pelan seperti kapas yang terbakar cahaya. Burung-burung gereja pulang ke sarang, sementara dari kejauhan, suara kentongan tanda waktu Maghrib mulai terdengar sayup. Suasana tenang itu seolah kontras dengan hati Nayara yang sedang berkecamuk hebat. Ia duduk di bangku bambu depan rumah sederhana tempat ia menumpang. Tangannya sibuk mengusap-usap rok yang sudah agak kusut, namun pikirannya tidak ada di situ. Sejak insiden “cium tak disengaja” dengan Arga beberapa hari lalu, ia merasa hidupnya seperti berputar aneh. Ada rasa malu, ada rasa kesal, tapi juga ada sesuatu yang aneh… sebuah rasa hangat yang diam-diam mengganggunya. “Kenapa sih aku jadi kepikiran terus?” gumam Nayara, menunduk sambil menendang kerikil kecil di bawah kakinya. Tak jauh darinya, Arga muncul sambil membawa dua gelas teh hangat. Ia tampak biasa saja, wajahnya tetap tenang, seolah tidak pernah terjadi insiden memalukan itu. Pada

  • Cinta Sang CEO di Ujung Desa   Bab 8 — Terjebak dalam Kepungan

    Suara gedoran pintu semakin keras, menggema di seluruh ruangan kayu yang berdebu itu. Papan pintu bergetar seperti hampir copot dari engselnya. “Bukaaaa! Atau kami bakar rumah ini!” teriak seseorang dari luar, suaranya parau, penuh ancaman. Nayara terlonjak mendengar kata “bakar”. Dadanya sesak, tangannya spontan mencengkeram erat lengan Arga. Jantungnya berdegup seperti genderang perang. Arga tetap tenang, meski sorot matanya penuh waspada. Ia menoleh ke arah Sari. “Ambil kunci mobil dan siapkan jalan keluar. Kalau pintu depan jebol, kita harus lari lewat belakang.” Sari mengangguk cepat. “Siap, Bos.” Nayara mendelik. “Bos? Kamu manggil dia bos?” Sari tersenyum kecut, buru-buru menghindar. “Eh… slip of the tongue. Pokoknya ikut aja, Nay!” Nayara makin bingung, tapi tak sempat bertanya. Karena detik berikutnya, jendela samping dihempas batu besar hingga pecah berkeping-keping. Pecahan kaca beterbangan. “Aaaahhh!” Nayara menjerit kecil, tubuhnya reflek terlempar ke arah Arga. I

  • Cinta Sang CEO di Ujung Desa   Bab 7 • Antara Tawa, Salah Tingkah, dan Bahaya

    Mobil bak itu akhirnya keluar dari jalan hutan yang penuh bebatuan. Langit sudah mulai berubah warna, jingga senja perlahan merambat jadi biru tua, diselimuti awan tipis. Jalanan desa yang lebih rata sedikit memberi rasa lega, meski suasana hati mereka masih tegang setelah kejadian barusan. Sari yang menyetir mendengus panjang. “Rasanya, kalau hidup kita ini film, penontonnya pasti sudah lelah lihat kita dikejar-kejar terus.” “Kalau film, penontonnya juga pasti jatuh simpati sama tokoh perempuan yang… hmm, selalu terjerat masalah,” celetuk Arga tanpa menoleh. Nayara menoleh cepat. “Hei! Maksudmu aku?” Arga menahan senyum. “Aku nggak bilang gitu.” “Ya, tapi nadamu jelas-jelas mengarah ke aku.” Nayara memelototinya, meski wajahnya memerah karena sadar ia masuk ke perangkap kecil Arga. Sari terkekeh. “Hahaha, tenang, Naya. Kalau ini film, ratingnya pasti tinggi banget. Adegan romantisnya natural sekali.” “Diam, Sar!” Nayara langsung menutupi wajahnya dengan tangan, teringat kejadi

  • Cinta Sang CEO di Ujung Desa   BAB 6 • Fajar di Balik Bayangan

    Suara ayam jantan samar-samar terdengar dari kejauhan, bercampur dengan kokok lain yang bersahut-sahutan. Embun masih tebal di daun bambu, jatuh pelan tiap kali angin pagi menyapu. Lumbung tua itu kini berfungsi seperti markas darurat—bau gabah basi dan kayu lembab bercampur dengan aroma tanah basah seusai hujan. Arga berdiri di depan jendela kecil loteng, matanya menatap lurus ke horizon. Langit belum sepenuhnya terang, hanya semburat oranye tipis yang mulai muncul. Dari cara bahunya menegang, jelas ia belum tidur sama sekali. Nayara mengusap wajah dengan tangan, mencoba menghilangkan rasa kantuk yang masih menggantung. Ia sempat tertidur sebentar dengan kepala di bahu Arga, dan itu membuat pipinya panas setiap kali mengingatnya. Namun, pagi ini ia memutuskan tidak akan menyinggungnya dulu. “Jam berapa sekarang?” tanyanya dengan suara serak. “05:02,” jawab Arga singkat tanpa menoleh. Nayara menarik nafas dalam, lalu berdiri dan merapatkan jaket yang semalam dipinjamkan Arga. Jak

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status