"Andrean...? Kenapa harus dia, lelaki yang di sukai kak Ayu? jangan-jangan Andrean sudah tau aku disini, dia sengaja mendekati kak Ayu karena diriku. Mungkinkah Andrean akan mengajakku pulang kembal? tidak, aku tidak mau, tapi apa yang harus aku lakukan? sepertinya Andrean takan membiarkan aku tenang." gumamku.
Ting!Notifikasi pesan masuk terlihat di ponselku, dari nomor tak dikenal.Segera kubuka dan membacanya.[ Ayyara temui aku sekarang! kalau tidak nyawa Ayu jadi taruhannya ]Andrean, ini pesan dari Andrean, iya aku telah menghapus nomornya waktu itu.Satu Pesan kembali masuk.[ Sudah kubilang jangan pernah lari dariku. Kemanapun kamu pergi, pasti aku dapat menemukanmu ][Aku tunggu kamu di rumah, sekarang juga ]Ya Tuhan, Itu Andrean. Apa salahku padanya, apa dia tidak puas telah menghancurkan aku. Dan kak Ayu, aku tidak mau kak Ayu kenapa-kenapa, biarlah aku datang saja menemui Andrean."Andre..buka pintunya Ndre!" Teriakku kencang. Aku takut terjadi sesuatu sama kak Ayu."Baguslah kamu sudah datang, ayo masuk!" Ucapnya seraya menarik tanganku."Mana kak Ayu Ndre?"Aku berlari kekamar untuk mencari kak Ayu."Kak Ayu. Kakak dimana?" Tak ada jawaban, aku jadi semakin panik."Nggak usah teriak-teriak! disini tak ada siapa-siapa, selain kita berdua." Kemudian Andre menutup pintu dan menyimpan kunci disakunya.Aku menatap Andre tak percaya. "Kamu bawa kemana kak Ayu? tolong Ndre, jangan sakiti kak Ayu.""Ayu baik baik saja, tapi kalau kamu kabur lagi, Aku pastikan Ayu tidak akan selamat!" Tegasnya.Ancaman Andre membuatku bertanya-tanya, kenapa tak membiarkanku pergi, padahal dia tak bertanggung jawab atas perbuatannya."Aku tak percaya Ndre, cepat katakan dimana kak Ayu!" Ucapku kesal."Mana ponsel kamu. Coba hubungi Ayu, biar kamu tau dia baik baik saja."Tanpa menjawab, segera kuambil ponsel dari dalam tas, kucoba hubungi kak Ayu."Hallo Din, ada apa kamu telepon?"Mendengar suara kak Ayu aku merasa lega."Nggak apa-apa kak. Kakak lagi dimana sih, kok lama angkatnya?""Kakak lagi Din. Kamu kenapa?""Tidak apa-apa Kak,"Aku ingin mengatakan sesuatu sama kak Ayu, tapi Andre terus mengawasi."Hallo Din, kamu nggak apa-apa?"Kudengar suara kak Ayu sepertinya khawatir."Aku tidak apa...Belum selesai aku bicara, tiba-tiba Andre merebut ponselku dan melemparkannya kelantai."Kamu denger sendiri kan, dia baik baik saja. Tapi ingat kalau kamu coba coba kabur, aku tak segan untuk melukainya." Ancaman Andre membuatku takut, tapi kucoba beranikan bertanya."Ndre, sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku, katakan Ndre! apa kamu mau uang, katakan Ndre, berapa yang kamu mau, aku akan berikan, asalkan kamu bebaskan aku."Andre menatapku sinis. "Ya, aku mau uang, dan kamu adalah sumber penghasilanku, jadi menurutlah padaku, sampai saatnya nanti aku lepaskan kamu." tegas Andre. "Aku tak mengerti maksud kamu apa Ndre, apa kamu mau aku jadi taruhan lagi?!" Tanyaku penuh emosi."Itu tidak perlu Ara. Dengan menyandra mu, aku sudah mendapatkan banyak uang." Ucapnya seraya tersenyum. "Apa?" aku terkejut tak percaya mendengar perkataan Andre. "Iya, aku dibayar untuk menyakitimu. Kalau kamu mau aman, nggak usah berontak. Aku takan menyakiti, kalau kamu tidak melawan, dan jangan coba-coba kabur lagi, karena aku pasti akan menemukanmu.""Si.. siapa yang menyuruhmu Ndre? katakan!" pekikku tak percaya.Sungguh aku tak percaya, dengan yang Andre katakan. Selama ini aku merasa tidak punya musuh, lalu kenapa ada orang yang tega ingin menyakitiku?"Kamu tak perlu tahu." Ucapnya seraya menghempaskan tubuhnya ke kasur. "Yang jelas, dia punya dendam pribadi, dengan orang tuamu." lanjutnya."Tapi Ndre aku..."Diaam!"Andre melotot, seolah ingin memangsa ku, membuat aku jadi gemetaran."Aku capek, aku mau istirahat." Ucapnya setelah menggertaku.***Semalaman aku terjaga, namun hingga pagi menjelang, aku tak dapat memejamkan mata. Kulihat Andre masih tertidur pulas.Ingin rasanya aku keluar dari rumah ini lagi, tapi sepertinya tak mungkin. Kunci sudah ditangan Andre, aku akan terjebak disini entah sampai kapan, entah hidup atau mati. Andre begitu kejam padaku, mungkin saja kalau orang yang menyuruhnya meminta membunuhku, Andre pasti akan membunuhku juga.Ma.. pa, sebenarnya apa salah kalian? sehingga ada orang yang begitu dendamnya sama kalian, dan kini aku dijadikan alat untuk membalas dendam.Entah apa rencana selanjutnya,mungkin mereka akan membunuhku.Kulihat Andre sudah terbangun, Andre menatapku tajam, mungkinkah dia berubah pikiran, dan akan membebaskan ku."Kamu sudah bangun?" tanyanya lembut."Sudah, tapi aku lapar,"Aku memegang perutku yang terasa lapar, sejak Andre memintaku datang, aku belum makan sampai sekarang."Kamu tunggu disini! biar aku keluar cari makan." Ucapnya seraya beranjak keluar, dan kembali mengunci pintu kamar.Bagaimana caranya aku keluar dari sini, kak Ayu pasti sangat mengkhawatirkan ku, aku tak bisa menghubunginya, karna ponselku rusak dibanting Andre kemarin.Drrrtt.Ku lihat di atas nakas, ponsel Andrean bergetar. Seseorang sedang menghubunginya. Rupanya Andre lupa, membawa ponselnya.Berulangkali ponselnya bergetar, namun aku takut untuk mengangkatnya.Tiing.Ting.Beberapa pesan masuk. Karena penasaran, aku mengambil ponsel Andrean.Aku terkejut, setelah aku buka, ternyata isinya, pesan mengenai diriku. [ Jangan lepaskan gadis itu, sampai nanti, aku yang akan membawanya, pada Bagas. ]Apa maksudnya, dengan membawaku ke papa? karena penasaran, ku baca pesan selanjutnya. "Astaga! jadi ini tujuannya?""Mas, aku takut,""Arra bertahan ya?"Samar kudengar suara mas Adi, namun perlahan menghilang."Arra bangun sayang, kamu pasti kuat sayang."Kudengar pelan suara mas Adi. Perlahan kubuka mata ini, kurasakan tangan mas Adi menggenggam tanganku, kutatap wajahnya, ada raut sedih disana, ada air mata menetes dipipinya."Mas." panggilku lirih."Arra, kamu sudah sadar sayang."Mas Adi mencium tanganku lembut."Apa yang terjadi Mas? apa kandunganku baik baik saja?"Kali ini, aku sudah tak merasakan kram diperutku, apa jangan jangan, tidak aku tak mau itu terjadi."Sayang, kandungan kamu baik, anak kita baik baik saja Ra.""Tapi..."Tapi apa Mas?" Mas Adi menggantung kata katanya, membuatku jadi panik."Tapi, kamu kenapa curang, nggak kasih tau Mas, dari kemarin kemarin."Mas Adi tersenyum seraya membelaiku sayang."Maksud kamu apa Mas?"Mas Adi membuatku bingung."Dokter bilang, usia kandungan kamu sudah lima minggu, tapi kok baru kasih tau Mas kemarin."Ucap mas Adi, sambil mengacak acak r
Drrrrrtttt.Kudengar posnselku berbunyi saat berada dikamar mandi."Ra, ada telepon dari om Andri nih?" Ucap mas Adi dari balik pintu."Sebentar Mas!"Om Andri telepon? Pasti ada yang penting. Jangan-jangan, ini soal penyelidikan itu. Apa om Andri sudah berhasil, menyelidikinya, dan sudah tahu siapa orang itu?"Mana Mas?" Mas Adi memberikan ponsel yang dipegangnya padaku."Hallo Om." sapaku ramah."Arra, Om sudah mengetahui siapa orang itu." Ucap Om Andri dari seberang sana."Serius Om?"Mendengar yang om Andri katakan, aku sangat senang. Sebentar lagi, aku akan melihat wajah orang yang menghancurkan hidupku melalui Andrean."Sekarang dia sudah Om sekap dirumah." Ucap om Andri tegas."Apa Om! Disekap?"Aku masih bingung dengan maksud om Andri."Iya Ra, kamu segera kesini ya!""Iya Om, sebentar lagi Arra kesitu."Berarti om Andri telah menangkapnya, tapi kenapa tak langsung membawanya kekantor polisi. Apa om Andri ingin aku melihatnya dulu. Tapi siapa sebenarnya orang itu? aku jadi pe
"Ada apa Mas?"Mas Adi hanya melirikku saja, aku jadi takut, jangan jangan terjadi sesuatu sama papa."Papa Ra.""Papa kenapa Mas?" Mas Adi malah tersenyum, aku jadi bingung dibuatnya."Kok malah senyum sih Mas." Aku jadi kesal dibuatnya."Kamu tuh, orang Mas belum selesai ngomong, udah main potong aja. Tadi yang telepon Papa, Papa bilang sekarang lagi kerumah Nenek, Papa lagi jemput Mama."Kali ini mas Adi sepertinya serius."Yang bener Mas?" "Iya sayang, kamu nggak usah panikan kenapa?"Ujar mas Adi sembari mengacak rambutku.Mendengar kata kata mas Adi, aku merasa bahagia sekali, aku senang karena papa baik baik saja. Lebih senang lagi, karena papa sedang jemput mama, sebentar lagi, keluarga kecilku dapat berkumpul kembali, aku sudah tak sabar, ingin melihat mereka bersatu kembali."Mas, kita sarapan yuk!"Karena panik, memikirkan papa, aku sampai lupa untuk sarapan, kasihan mas Adi, pasti sudah sangat lapar."Yuk!" mas Adi seperti sangat bersemangat."Maaf ya Mas, gara gara aku,
Drrrtttt....Kudengar ponselku berdering, tapi aku biarkan, karena mata ini masih terasa ngantuk, enggan meraih ponsel yang berada disamping Mas Adi. Aku kembali hampir terlelap, saat kudengar bunyi ponselku untuk kedua kalinya. Siapa sih, masih pagi begini sudah telepon, mengganggu saja. aku menggerutu kesal.Segera kuberanjak dan kuraih ponselku.Ahh mati, biarin lah, nanti juga kalau penting telepon lagi.Ting.Sms masuk. Segera kubuka isi pesan itu, takutnya penting.[ Ra, ini Om, Orang orang Om, melihat orang yang mencurigakan, didepan rumahmu ]Ting.Kali ini pesan berbentuk Video.Kulihat dengan jelas, ada orang yang sedang berusaha memanjat pagar rumahku, tapi sayangnya, wajahnya tak terlihat jelas, karena memakai masker.Ting.Satu lagi pesan video masuk, kulihat diluar pagar, ada sebuah mobil dan seorang wanita, sepertinya sedang mengawasi tempat sekitar, tapi sayangnya wanita itupun memakai masker, tapi sepertinya aku hapal gerak geriknya.Ting.[ Sekarang Seno dan Joko, se
Saat om Andri membuka pintu, tiba tiba seseorang dibalik pintu menghajar om Andri, hingga terpental kebelakang.Om Andri babak belur, dihajar dua orang berpenampilan seperti preman."Arra kamu baik baik saja sayang?"Kudengar suara orang memanggil."Mas Adi!"Mas Adi memelukku dan membawaku keluar."Handi cepat lapor polisi, sebelum bajingan ini kabur!"Perintah mas Adi, pada orang yang bernama Handi.Sebelum orang itu menghubungi polisi aku harus mencegahnya."Tunggu!" teriakku pada orang yang bernama Handi."Tolong jangan lapor polisi!" Aku tak mau om Andri masuk penjara, gara gara kesalahan pahaman ini."Kenapa Ra? Orang seperti itu pantas membusuk dipenjara." Ujar mas Adi terlihat kesal.Wajar saja, karena mas Adi mengira, kalau om Andri adalah penyebab keluargaku hancur. "Mas, ini cuma salah paham saja. Om Andri bukan orang yang telah menyuruh Andre untuk menyakitiku.""Apa?""Iya mas, Ayo masuk dulu, biar Arra jelaskan.""Mas, om Andri ini adiknya Papa. Memang dia yang telah m
Sayup sayup kudengar orang yang sedang berbicara."Bagaimana ini Bos? dia nggak sadar sadar, apa tidak sebaiknya kita bawa kedokter saja?" Sepertinya itu suara orang yang bernama Seno."Jangan! Aku tak mau ditangkap polisi lagi. biarkan saja dia, kita tunggu sebentar lagi, semoga dia cepat sadar," Sahut om Andri.Perlahan kucoba membuka mata, kulihat ada om Andri dan Bang Seno.Sepertinya aku tertidur disebuah kasur empuk, aku mencoba untuk bangun, dengan kepala yang masih sedikit pusing. Kulihat lagi disekelilingku, aku bukan lagi berada disebuah gudang, yang berisi barang barang bekas. Sepertinya aku berada disebuah kamar, yang layak untuk ditempati."Kamu sudah sadar?"Kulihat om Andri duduk disampingku."Om, kenapa menolongku? kenapa tidak biarkan aku mati saja."om Andri hanya diam, kemudian beranjak dari duduknya."Ayo keluar!"Perintahnya pada bang Seno, om Andri berlalu diikuti bang Seno.Aku baru ingat, saat aku digudang, aku merasa pusing dan tubuhku ambruk, mungkin aku pin