Namaku Ayyara. Aku seorang korban pelecehan, yang di lakukan pacarku sendiri. Hidupku hancur berantakan, ketika mengetahui diriku hamil, entah dengan siapa. karena, pada saat itu, pacarku menjadikanku sebagai alat taruhan. kecewa dan putus asa, membuat aku, nekat untuk mengakhiri hidupku. Namun entah bagaimana caranya, tiba tiba saja, seorang dokter tampan dan istrinya menolongku. Mengetahui aku hamil, istri dari dokter itu, menyuruhku menikah dengan suaminya, tentu saja ada alasan di balik itu. Haruskah aku terima?
Lihat lebih banyakNamaku Ayyara, umurku baru genap dua puluh tahun. Aku masih duduk di bangku kuliah.
Aku adalah anak tunggal, dan kedua orang tuaku sangat menyayangiku.Semula hidupku selalu bahagia, karena tidak kurang suatu apapun, papa dan mama selalu memanjakan ku, segala apa yang kupinta, mereka selalu memberikan padaku. Namun belakangan ini, papa dan mama sering bertengkar, entah apa penyebabnya.Saat pulang kuliah, sayup-sayup kudengar suara papa berkata, "Sejak kapan kamu selingkuh dengan lelaki itu? aku tak menyangka Rani, kamu tega mengkhianatiku!""Pa, semua yang kamu tuduhkan itu tidak benar Pa, tolong percaya Mama," Kudengar mamaku menghiba."Semua buktinya sudah jelas. Apa kamu masih mau menyangkal?" kudengar papa kembali membentak mama.Praaang...!Entah barang apa lagi yang dibanting papa, karena khawatir dengan mama, akupun menghampiri mereka."Ma, Pa, tolong jangan bertengkar lagi, Arra pusing dengernya, apa tidak bisa diselesaikan baik-baik!" Kataku mencoba menasehati mereka."Ara, pergilah! tak usah ikut campur urusan orang tua." Ucap papa sedikit marah padaku.Aku masih berdiri terpaku, aku masih memikirkan mama, aku takut papa akan menyakiti mama nantinya."Ara, kamu nggak dengar apa yang papa bilang. Cepat pergi!" teriak papa seraya melotot kepadaku.Kejadian seperti itu aku rasakan hampir tiap hari, aku selalu mendengar mereka bertengkar dan itu sangat membuat aku tak betah dirumah, hingga suatu hari aku menceritakan semua yang terjadi antara papa dan mamaku pada Andrean pacarku."Ndre, aku pusing nih, makin nggak betah aja dirumah," Ucapku saat ketemuan dengan Andre di cafe."Pusing kenapa Beb?" Tanyanya."Mama papaku tiap hari selalu berantem, aku pusing dengernya, lama-lama nggak tahan rasanya. Aku pengin pergi dari rumah saja," Kataku pada Andre."Kamu yang sabar Beb, mungkin mereka sedang ada masalah," balasnya."Tapi kan bisa dibicarakan baik-baik, jangan berantem terus kaya gitu," Jawabku lesu."Sudahlah sayang, itu urusan mereka, kamu nggak usah ambil pusing, lebih baik kita hapy-hapy yuk!" Ajaknya seraya menggandengku."Kita mau kemana Ndre?" Tanyaku setelah menyadari mobil yang kunaiki bersama Andre telah jauh menuju keluar kota."Aku akan mengajakmu kesuatu tempat, yang bisa membuat kamu bisa melupakan segala masalah." Ucapnya seraya tersenyum."Tapi Ndre, aku takut,"Jujur aku merasa takut Andre akan berbuat macam-macam padaku."Kamu nggak usah takut Ra, aku nggak mungkin macam macam sama kamu." Ujarnya seraya menggengam tanganku.Aku mengangguk mencoba mempercayainya, semoga saja Andrean tidak membohongiku."Ra, sepertinya kamu lelah, minumlah!" Ucapnya seraya menyodorkan sebotol minuman.Karena kebetulan haus, akupun segera meminumnya, namun tiba-tiba aku merasakan kepalaku sangat pusing, Setelahnya aku tidak ingat apa-apa lagi.Ketika tersadar, aku merasakan sakit di sekujur tubuhku, terutama di bagian kewanitaanku, dengan kepala yang masih sedikit pusing aku mencoba melihat keadaan sekeliling, dan aku merasa berada, dikamar sebuah hotel.Kupandangi seluruh tubuhku yang tanpa sehelai benang pun. Andrean dia telah merenggut kesucian ku."Andrean bangun! Cepat bangun!" Kataku sembari menggoncang goncangkan tubuhnya."Apa yang telah kamu lakukan padaku Ndre?" Tanyaku saat melihat Andrean membuka matanya."Ara, kita telah bersenang-senang sayang!" Ucapnya tanpa merasa bersalah."Andrean kamu jahat. Kamu tega menodaiku," aku menangis terisak, aku menyesal percaya begitu saja pada Andrean."Sudahlah Ara, semua sudah terjadi, kamu nggak usah khawatir, kalau kamu sampai hamil, aku pasti tanggung akan jawab kok," Ucapnya, membuat aku semakin muak dibuatnya.Aku bergegas hendak keluar, aku ingin pulang saja. Sekalipun itu membuatku malas kalau mengingat papa selalu bertengkar tiap hari dengan mama, tapi setidaknya itulah tempat paling aman sementara untukku."Kamu mau kemana Ara?" Tanyanya."Pulang!" Jawabku ketus."Silahkan pulang! "Tapi ingat, kalau kamu hamil, aku tidak akan bertanggung jawab."Aku urungkan niatku untuk pulang, aku takut kalau seandainya aku beneran hamil, dan Andrean tak mau bertanggung jawab, apa yang akan terjadi padaku?"Kemarilah Ara, mulai sekarang hiduplah disini bersamaku, aku akan membuatmu senang terus," Ucapnya."Ndre, aku minta kamu nikahin aku segera!" Pintaku."Ara, aku pasti nikahin kamu, tapi nanti kalau aku sudah cukup uang, untuk sementara kamu bersabarlah dulu," Katanya."Kamu serius kan Ndre?" Tanyaku ragu."Iya sayang, aku serius," ujarnya.Pada akhirnya, aku menuruti Andre, untuk tinggal bersamanya. ***"Ndre, kok kamu baru pulang?" Tanyaku penasaran, karena akhir-akhir ini Andre jarang pulang kerumah."Aku lagi banyak urusan, kamu nggak usah bawel, mending sekarang bikinin aku kopi!" Jawabnya.Begitulah Andrean kalau ditanya selalu marah-marah, aku selalu mencoba bersabar, walau sebenarnya aku sudah tak tahan hidup dengannya."Nanti malam ikut aku Ra. Nih kamu dandan yang cantik!" Ucapnya seraya menyerahkan sebuah paperbag."Itu pakaian untuk kamu pakai nanti," Ucapnya."Bagus banget Ndre, emang kita mau kemana?" Tanyaku, setelah membuka paperbag, yang berisi sebuah gaun."Aku mau ajak kamu, ketemu sama orang tuaku," Jawab Andre."Beneran kan Ndre?" Tanyaku dengan antusias."Iya benar. Makannya, kamu dandan yang cantik ya," Ucapnya sembari tersenyum.Ternyata Andrean tak mengingkari janjinya. Dia benar benar, memperkenalkan aku dengan kedua orang tuanya. Sungguh aku merasa, sangat bahagia sekali.Tiba waktunya Andrean mengajakku pergi menemui orang tuanya, dengan gaun pemberian Andrean, dan memoles wajahku secantik mungkin, aku yakin, orang tua Andrean pasti akan menerimaku."Ara, kamu sudah siap?" Tanya Andrean."Sudah Ndre, aku udah siap kok," Ucapku seraya tersenyum manis padanya."Bagus. Kamu terlihat cantik sekali," Pujinya.Aku jadi tersipu malu dibuatnya."Kita berangkat sekarang!" Ujarnya. ***"Kok kita kehotel Ndre?"Tanyaku ketika Andrean memarkirkan mobilnya di pelataran sebuah hotel."Mama papaku minta kita ketemu disini, nggak mungkin kan kita ketemu di rumah, nanti mereka curiga kalau kita sudah hidup bersama," Ucapnya."Ndre, kenapa kita nggak kerumah orang tuamu saja!" Tanyaku yang merasa janggal dengan jawaban Andrean."Mereka sibuk, mereka tak selalu ada dirumah, kalau kamu nggak mau ketemu orangtuaku, ya sudah, kita pulang saja!" Ucap Andrean seraya menyalakan kembali mesin mobilnya."Ndre, aku percaya kok, ya udah kita turun," Ucapku.Aku berjalan mengikuti Andrean, menuju kesebuah kamar hotel."Ini kamar papa sama mamaku menginap nanti, lebih baik kita tunggu disini, sekarang aku mau hubungi mereka dulu," Andrean keluar kamar.Tak lama Andrean kembali masuk dan berkata, "Ara sebentar lagi, mama dan papa datang! "Aku mau beli sesuatu dulu untuk mereka, kamu tunggulah di sini!" "Iya Ndre."Baru saja Andrean berlalu, tiba-tiba kudengar seorang mengetuk pintu.Aku terkejut, melihat dua orang asing yang tiba tiba mencekal lenganku."Si.. Siapa kalian...?""Mas, aku takut,""Arra bertahan ya?"Samar kudengar suara mas Adi, namun perlahan menghilang."Arra bangun sayang, kamu pasti kuat sayang."Kudengar pelan suara mas Adi. Perlahan kubuka mata ini, kurasakan tangan mas Adi menggenggam tanganku, kutatap wajahnya, ada raut sedih disana, ada air mata menetes dipipinya."Mas." panggilku lirih."Arra, kamu sudah sadar sayang."Mas Adi mencium tanganku lembut."Apa yang terjadi Mas? apa kandunganku baik baik saja?"Kali ini, aku sudah tak merasakan kram diperutku, apa jangan jangan, tidak aku tak mau itu terjadi."Sayang, kandungan kamu baik, anak kita baik baik saja Ra.""Tapi..."Tapi apa Mas?" Mas Adi menggantung kata katanya, membuatku jadi panik."Tapi, kamu kenapa curang, nggak kasih tau Mas, dari kemarin kemarin."Mas Adi tersenyum seraya membelaiku sayang."Maksud kamu apa Mas?"Mas Adi membuatku bingung."Dokter bilang, usia kandungan kamu sudah lima minggu, tapi kok baru kasih tau Mas kemarin."Ucap mas Adi, sambil mengacak acak r
Drrrrrtttt.Kudengar posnselku berbunyi saat berada dikamar mandi."Ra, ada telepon dari om Andri nih?" Ucap mas Adi dari balik pintu."Sebentar Mas!"Om Andri telepon? Pasti ada yang penting. Jangan-jangan, ini soal penyelidikan itu. Apa om Andri sudah berhasil, menyelidikinya, dan sudah tahu siapa orang itu?"Mana Mas?" Mas Adi memberikan ponsel yang dipegangnya padaku."Hallo Om." sapaku ramah."Arra, Om sudah mengetahui siapa orang itu." Ucap Om Andri dari seberang sana."Serius Om?"Mendengar yang om Andri katakan, aku sangat senang. Sebentar lagi, aku akan melihat wajah orang yang menghancurkan hidupku melalui Andrean."Sekarang dia sudah Om sekap dirumah." Ucap om Andri tegas."Apa Om! Disekap?"Aku masih bingung dengan maksud om Andri."Iya Ra, kamu segera kesini ya!""Iya Om, sebentar lagi Arra kesitu."Berarti om Andri telah menangkapnya, tapi kenapa tak langsung membawanya kekantor polisi. Apa om Andri ingin aku melihatnya dulu. Tapi siapa sebenarnya orang itu? aku jadi pe
"Ada apa Mas?"Mas Adi hanya melirikku saja, aku jadi takut, jangan jangan terjadi sesuatu sama papa."Papa Ra.""Papa kenapa Mas?" Mas Adi malah tersenyum, aku jadi bingung dibuatnya."Kok malah senyum sih Mas." Aku jadi kesal dibuatnya."Kamu tuh, orang Mas belum selesai ngomong, udah main potong aja. Tadi yang telepon Papa, Papa bilang sekarang lagi kerumah Nenek, Papa lagi jemput Mama."Kali ini mas Adi sepertinya serius."Yang bener Mas?" "Iya sayang, kamu nggak usah panikan kenapa?"Ujar mas Adi sembari mengacak rambutku.Mendengar kata kata mas Adi, aku merasa bahagia sekali, aku senang karena papa baik baik saja. Lebih senang lagi, karena papa sedang jemput mama, sebentar lagi, keluarga kecilku dapat berkumpul kembali, aku sudah tak sabar, ingin melihat mereka bersatu kembali."Mas, kita sarapan yuk!"Karena panik, memikirkan papa, aku sampai lupa untuk sarapan, kasihan mas Adi, pasti sudah sangat lapar."Yuk!" mas Adi seperti sangat bersemangat."Maaf ya Mas, gara gara aku,
Drrrtttt....Kudengar ponselku berdering, tapi aku biarkan, karena mata ini masih terasa ngantuk, enggan meraih ponsel yang berada disamping Mas Adi. Aku kembali hampir terlelap, saat kudengar bunyi ponselku untuk kedua kalinya. Siapa sih, masih pagi begini sudah telepon, mengganggu saja. aku menggerutu kesal.Segera kuberanjak dan kuraih ponselku.Ahh mati, biarin lah, nanti juga kalau penting telepon lagi.Ting.Sms masuk. Segera kubuka isi pesan itu, takutnya penting.[ Ra, ini Om, Orang orang Om, melihat orang yang mencurigakan, didepan rumahmu ]Ting.Kali ini pesan berbentuk Video.Kulihat dengan jelas, ada orang yang sedang berusaha memanjat pagar rumahku, tapi sayangnya, wajahnya tak terlihat jelas, karena memakai masker.Ting.Satu lagi pesan video masuk, kulihat diluar pagar, ada sebuah mobil dan seorang wanita, sepertinya sedang mengawasi tempat sekitar, tapi sayangnya wanita itupun memakai masker, tapi sepertinya aku hapal gerak geriknya.Ting.[ Sekarang Seno dan Joko, se
Saat om Andri membuka pintu, tiba tiba seseorang dibalik pintu menghajar om Andri, hingga terpental kebelakang.Om Andri babak belur, dihajar dua orang berpenampilan seperti preman."Arra kamu baik baik saja sayang?"Kudengar suara orang memanggil."Mas Adi!"Mas Adi memelukku dan membawaku keluar."Handi cepat lapor polisi, sebelum bajingan ini kabur!"Perintah mas Adi, pada orang yang bernama Handi.Sebelum orang itu menghubungi polisi aku harus mencegahnya."Tunggu!" teriakku pada orang yang bernama Handi."Tolong jangan lapor polisi!" Aku tak mau om Andri masuk penjara, gara gara kesalahan pahaman ini."Kenapa Ra? Orang seperti itu pantas membusuk dipenjara." Ujar mas Adi terlihat kesal.Wajar saja, karena mas Adi mengira, kalau om Andri adalah penyebab keluargaku hancur. "Mas, ini cuma salah paham saja. Om Andri bukan orang yang telah menyuruh Andre untuk menyakitiku.""Apa?""Iya mas, Ayo masuk dulu, biar Arra jelaskan.""Mas, om Andri ini adiknya Papa. Memang dia yang telah m
Sayup sayup kudengar orang yang sedang berbicara."Bagaimana ini Bos? dia nggak sadar sadar, apa tidak sebaiknya kita bawa kedokter saja?" Sepertinya itu suara orang yang bernama Seno."Jangan! Aku tak mau ditangkap polisi lagi. biarkan saja dia, kita tunggu sebentar lagi, semoga dia cepat sadar," Sahut om Andri.Perlahan kucoba membuka mata, kulihat ada om Andri dan Bang Seno.Sepertinya aku tertidur disebuah kasur empuk, aku mencoba untuk bangun, dengan kepala yang masih sedikit pusing. Kulihat lagi disekelilingku, aku bukan lagi berada disebuah gudang, yang berisi barang barang bekas. Sepertinya aku berada disebuah kamar, yang layak untuk ditempati."Kamu sudah sadar?"Kulihat om Andri duduk disampingku."Om, kenapa menolongku? kenapa tidak biarkan aku mati saja."om Andri hanya diam, kemudian beranjak dari duduknya."Ayo keluar!"Perintahnya pada bang Seno, om Andri berlalu diikuti bang Seno.Aku baru ingat, saat aku digudang, aku merasa pusing dan tubuhku ambruk, mungkin aku pin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen