Sampai di rumah, gadis itu segera meletakkan belanjaannya di dapur lalu mengambil ponselnya diatas meja diruang tamu. Dia sudah tahu kalau setiap pagi Putra pasti menghubunginya dan selalu menanyakan kabar gadis itu.
Terlihat olehnya ada beberapa panggilan masuk sebanyak delapan kali oleh sang Putra kekasihnya dilayar ponsel. Gadis itu pun segera menghubungi balik kekasih hatinya itu.
"Halo, Assallamualaikum Almira, kamu kemana saja? Aku hubungi dari tadi kok nggak ada jawaban. Memangnya kamu kemana sayang ?" terdengar suara lelaki yang selalu dirindunya itu dari seberang sana.
"Waalaikumsallam, aku tadi berbelanja ke pasar disuruh ibu, karena ibu sedang sibuk membuat kue pesanan pelanggan untuk acara hajatan. Lalu ponselku ketinggalan karena tadi baru saja dicass batterainya" jawab sang gadis.
"Oh begitu, kamu baik - baik saja sayang?"
"Alhamdulillah aku baik - baik saja kok, kamu kapan pulang emangnya nggak kangen ya sama aku?"
"Aku kangen berat sama kamu sayang, oh ya besok aku pulang kerumah, aku mengajukan cuti tahunan di kantor, aku ingin bicara sama kamu mengenai hubungan kita sayang."
"Oke, aku tunggu ya beneran nih awas kalau bohong!" ancam gadis itu.
Almira pun segera menuju ke warung tempat dimana ayah dan ibunya sedang melayani para pelanggan mereka makan dan minum.
"Ayah, ibu, besok Putra pulang kemari bu. Dia mengajukan cuti tahunan di kantornya. Ada hal penting yang akan dia bicarakan pada ayah dan ibu."
"Memangnya apa yang hendak dia bicarakan Mira, apa kamu dan dia sudah ada rencana?"
"Kami baru mau membicarakan itu bu, makanya Putra ambil cuti dari kantor biar nggak mengganggu pekerjaannya kalau dia lama disini".
Ibu Almira membungkus kue - kue yang sudah disiapkan tadi dan kemudian memberikan pesanan kue tersebut kepada pelanggan yang sudah menunggu dari tadi.
"Almira, aku pesan kopi hitam satu gelas!" terdengar seseorang memanggil nama gadis itu saat suasana warung agak sepi pelanggan.
Gadis itupun menoleh kearah sumber suara, "Waduh dia lagi, bisa pusing deh kalau dia kesini terus" bathin gadis itu.
Tampak Randy sedang berdiri didepan warung mengenakan baju kaos yang agak kedodoran, dan celana jeans belel kesukaannya.
Sementara matanya tak lepas memandang wajah cantik milik seorang gadis yaitu Almira."Kenapa lagi ini anak ya bikin aku jadi ill feel deh" gumamnya kesal sendiri.
Ayah dan ibu Almira sudah terbiasa dengan kelakuan Randy yang kata orang lebay, over acting, dan cari perhatian pada anak mereka Almira. Sehingga mereka hanya membiarkan saja kelakuan pemuda itu, yang dianggap masih dalam batas kewajaran.
Almira pun membuatkan secangkir kopi pesanan pemuda itu yang kemudian langsung diberikannya pada Randy.
"Ini pesananmu Randy, aku mau pulang dulu untuk istirahat aku capek!"
"Sebentar Almira aku mau ngobrol disini sama kamu!"
"Lain kali saja ngobrolnya ya? Aku mau pulang dulu."
Gadis itu pun pulang kerumah meninggalkan Randy yang hanya bengong sambil ditemani secangkir kopi buatan Almira.
Setibanya di kamar, gadis itu berbaring di tempat tidur untuk sejenak beristirahat dari rasa lelah yang mendera."Randy, nggak bosan - bosannya pemuda itu menggangguku" gumam gadis itu sembari memejamkan mata."Apa kabar kamu sayang? Bagaimana dengan rencana pernikahan kita nanti. Ah, Putra kekasihku rasanya tak sabar menunggu hari itu!" Almira berbicara sendiri.Mereka berdua memang telah lama berencana untuk melangsungkan pernikahan mereka di tahun ini. Namun rencana tersebut masih belum bisa direalisasikan karena sang kekasih masih belum bisa pulang dan bertemu dengan gadis itu.Besok adalah hari yang ditunggu - tunggu Almira, sang kekasih akan datang untuk melamarnya dan mereka akan segera menikah tak lama setelah sang kekasih melamar gadis pujaannya itu.Keesokkan harinya, Almira bersiap - siap untuk menerima kedatangan Putra. Dia berdandan dengan sangat sederhana, hanya menyapukan bedak yang tipis di wajahnya dan mengoleskan lipstik ber
Pasangan pengantin baru itu keluar dari kamar dan berbaur dengan keluarga besar dari keduanya untuk sekedar mengobrol sejenak dan melepas rindu karena sudah lama tidak berjumpa.Almira mengobrol dengan kedua kakaknya yang sedang berbincang - bincang dengan keluarga kecil mereka."Bagaimana Mira? Apakah setelah menikah ini kamu ikut serta dengan Putra suamimu atau masih disini tinggal bersama ayah dan ibu?" kata Deni bertanya pada adiknya itu."Aku ikut dengan Putra kak, kan tugas istri mendampingi suami kemanapun dia pergi!" jawab adiknya."Kakak mendukung niat baik kamu itu Mira! Seorang istri memang harus selalu ikut bersama suaminya, kemanapun suaminya bertugas. Contohnya kakak, sejak kami menikah kakak sudah ikut bersama suami kakak" kata kak Nova menambahkan.Almira yang mendengar perkataan dari kedua kakak kandungnya itu menganggukkan kepala, tanda mengerti betapa pentingnya berada di samping suami dan mendampingi suami dimanapun suami berada.
Sebelumnya, suaminya memang pernah mengeluh kepada Almira tentang sakitnya itu. Dan pernah juga Almira menemani sang suami berobat ke rumah sakit. Namun karena dirasa sudah sembuh, maka Putra tidak terlalu rutin untuk memeriksa kondisi kesehatannya lagi. Penyebabnya adalah, kesibukkan pekerjaan di kantor yang menyita waktu suaminya untuk memeriksakan penyakitnya itu.Kejadiannya begitu cepat. Pagi itu seperti biasanya sang istri sedang mempersiapkan sarapan pagi untuk mereka. Bilal kebetulan belum bangun dari tidurnya karena tadi malam sang bayi agak rewel dan menangis terus menerus.Entah kenapa sang suami belum juga bangun. Hal ini membuat Almira bertanya - tanya kenapa, tak seperti biasanya ayah dari anaknya itu belum terlihat batang hidungnya."Papanya Bilal kok belum bangun ya? Biasanya pagi - pagi sudah bangun dan sudah siap untuk berangkat kerja." ucap Almira tampak cemas.Almira bergegas menuju ke kamar tidur, bermaksud untuk membangunkan
Acara Tahlilan malam pertama atas meninggalnya almarhum suami Almira itu digelar sesudah sholat Maghrib.Tamu - tamu berdatangan ke rumah Almira untuk ikut serta mendoakan agar almarhum Putra diterima di sisinya dan diberi ampunan atas segala dosa - dosanya.Semasa hidupnya, almarhum dikenal sebagai orang yang baik dan ramah pada tetangga dan para sahabatnya. Maka tak heran para petakziah itu pun rela datang dan duduk berdesak - desakkan di ruang tamu.Almira dan Bilal duduk bersama dengan para petakziah itu. Wajah ibu dari Bilal itu pucat dan terlihat tidak bersemangat. Sedang Bilal yang bingung dan belum mengerti apa yang sedang terjadi digendong dan dijaga oleh neneknya, yaitu ibu Almira.Setelah acara selesai, dan tamu - tamu sudah berpamitan untuk pulang ke rumah masing - masing, keluarga besar pun berkumpul dan menanyakan pada Almira mengenai rencana selanjutnya. Apakah dia akan ikut pulang kembali ke kamp
Almira bangun di waktu Subuh yang terasa begitu dingin, akibat hujan yang mengguyur deras sekali tadi malam. Ditariknya selimut penutup tubuhnya, dan dipandangnya wajah buah hatinya yang masih tertidur dengan nyenyak. Wajah tanpa dosa, wajah yang akan menemaninya untuk berjuang di tengah kerasnya kehidupan.Bilal bin Putra, hari ini akan pulang bersama ibunya untuk kembali meneruskan hidup. Disini sepertinya tak ada lagi tempat bagi mereka berdua. Semua orang gelisah, resah, akan keberadaannya."Mengapa hanya karena aku cantik?" Sehingga semua orang takut akan kehadiranku. Bukankah itu sesuatu yang tidak harus dihindari. Namun hatinya telah bertekad bulat untuk kembali pulang ke kampung halamannya."Mama akan merawat dan membesarkanmu sayang, kamu akan menjadi kebanggaan mama kelak. Mama akan melakukan apapun demi kamu. Tidurlah yang nyenyak sayang?" Mama tidak akan membangunkanmu!" ucap perempuan itu penuh rasa sayang.Pagi itu
Hari demi hari pun berlalu. Tak terasa sudah tiga bulan lebih ia berada di kampung halamannya sejak kepulangannya waktu itu.Bilal telah tumbuh menjadi anak yang pintar dan tentunya berwajah tampan. Ia mewarisi ketampanan dari ayahnya dan juga kepintaran dari ibunya. Dan dia sudah pandai berjalan sekarang, hingga Mamanya selalu kerepotan menjaga anak itu.Bilal menjadi hiburan dan kesayangan seisi rumah, karena ocehan dan celotehannya yang selalu mengundang tawa dan menghibur mereka.Sementara Almira yang selalu menyibukkan diri dengan mengasuh dan merawat anaknya itu belum terfikir untuk mencari seorang pengganti dari almarhum suaminya yaitu Putra. Ia merasa masih terlalu cepat untuk memikirkan hal itu.Hingga suatu hari perempuan itu secara tidak sengaja berjumpa dengan Firman yang kala itu bermaksud untuk sarapan pagi di warung milik orang tuanya itu."Selamat pagi, saya mau sarap
Suasana di pagi hari itu sangat cerah sekali, angin berhembus sepoi - sepoi. Burung - burung berkicau riang seakan menyambut pagi yang indah. Mentari yang merah lembut menyapa kulit seorang perempuan muda nan cantik.Dialah Almira. Saat ini ia sedang berjalan - jalan pagi bersama anak laki - laki satu - satunya yaitu Bilal. Ia memang sengaja menuruti perkataan ayahnya kemarin, agar tidak berdiam diri di rumah saja. Karenanya pagi ini ia dan anaknya mencoba menikmati pagi itu dengan perasaan yang riang gembira serts ceria. Sesekali ia mengibaskan rambutnya yang panjang terurai itu sambil mendorong kereta roda dua yang dinaiki oleh Bilal. Sementara bocah itu tertawa gembira sambil berceloteh ala balita yang riang gembira."Sudah yuk sayang mainnya, saatnya kita pulang sekarang. Bilal kan mau sarapan pagi dulu, iya kan sayang?" ucap perempuan itu pada jagoan kecilnya.Yang disapa hanya tertawa berderai sambil memamerka
"Aku tidak pantas mas untuk menjadi pilihanmu, karena masih banyak gadis - gadis di luar sana yang lebih pantas untukmu!" Almira menahan tangisnya yang tersendat di tenggorokan, sedangkan Firman memandang wajah perempuan yang telah mengisi hatinya itu dengan tatapan penuh harap. "Aku hanya ingin dirimu lah yang akan mendampingi hidupku kelak Almira! Entah, aku juga tidak mengerti akan perasaanku ini. Yang aku tahu, hanya dirimu yang telah memberi arti dan semangat hidup bagi jiwaku yang kosong selama ini!" Semua berawal dari suatu sore, ketika Almira sedang mengajak Bilal berjalan - jalan di taman bermain anak - anak yang ada di dekat rumah kedua orang tuanya. Taman yang asri dan cantik, yang memang sengaja dibuat oleh Pemerintah Kota setempat untuk warga yang ingin berekreasi dan sekedar menghilangkan beban karena rutinitas pekerjaan. Di pintu gerbang nampak tertulis "Taman Rekreasi Keluarga