Setibanya di kamar, gadis itu berbaring di tempat tidur untuk sejenak beristirahat dari rasa lelah yang mendera.
"Randy, nggak bosan - bosannya pemuda itu menggangguku" gumam gadis itu sembari memejamkan mata.
"Apa kabar kamu sayang? Bagaimana dengan rencana pernikahan kita nanti. Ah, Putra kekasihku rasanya tak sabar menunggu hari itu!" Almira berbicara sendiri.
Mereka berdua memang telah lama berencana untuk melangsungkan pernikahan mereka di tahun ini. Namun rencana tersebut masih belum bisa direalisasikan karena sang kekasih masih belum bisa pulang dan bertemu dengan gadis itu.
Besok adalah hari yang ditunggu - tunggu Almira, sang kekasih akan datang untuk melamarnya dan mereka akan segera menikah tak lama setelah sang kekasih melamar gadis pujaannya itu.
Keesokkan harinya, Almira bersiap - siap untuk menerima kedatangan Putra. Dia berdandan dengan sangat sederhana, hanya menyapukan bedak yang tipis di wajahnya dan mengoleskan lipstik berwarna pink muda di bibirnya yang merah.
Setelah itu dia menuju ke warung makan dan bermaksud membantu ayah dan ibunya berjualan.
"Kak Mira, kata ibu hari ini kak Putra akan pulang ke sini ya?" tanya adiknya Meri.
"Ia sayang, memang hari ini kak Putra akan pulang kemari. Malah mungkin sebentar lagi sampai." jawab gadis itu penuh semangat.
"Kira - kira kak Putra bawa oleh - oleh apa ya kak? Meri mau dong oleh - oleh dari kak Putra."
Ayah dan ibu yang sedang melayani para pelanggan yang datang di pagi itu hanya tersenyum melihat kelakuan putri bungsunya itu.
Pagi itu seperti biasanya warung ramai dikunjungi para pelanggan. Ada yang makan dan minum, ada yang hanya minum kopi, bahkan ada yang hanya duduk - duduk saja sambil ngobrol dengan teman - temannya.
"Kita lihat saja nanti ya dik, semoga kak Putra bawa oleh - oleh buat Meri ya?"
"Iya kak" ucap gadis kecil itu perlahan.
Tak lama kemudian masuklah sebuah mobil sedan berwarna biru metalik ke halaman rumah Almira. Gadis itu pun bergegas berjalan ke arah mobil yang baru tiba itu. Kemudian pintu mobil itu pun terbuka, dan turunlah seorang pemuda tampan yang telah lama dirindukannya.
Putra, sang kekasih datang dari jauh untuk menemuinya dan bermaksud untuk melamar gadis itu. Mengenakan atasan kaos santai berwarna putih dan celana jeans biru serta sepatu kets model terbaru menambah gagah dan tampan penampilannya pagi itu.
Hati gadis itu berdebar kencang, kerinduan yang selama ini terpendam tumpah ruah berhamburan di dadanya. Dia pun setengah berlari menyambut kedatangan sang kekasih, kalau tak merasa malu ingin rasanya dirinya memeluk erat sang kekasih hatinya itu. Namun perasaan itu segera ditahannya mengingat situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.
Begitupun Putra, pemuda itu memandang gadisnya dengan penuh cinta dan kerinduan yang dalam. Dimatanya, Almira sang gadis tampak semakin cantik dan lebih dewasa. Wajar hingga detik ini dia semakin jatuh cinta dan tergila - gila pada gadis itu.
"Assallamualaikum" Putra mengucap salam pada Almira.
"Waalaikum salam" Gadis itu pun menjawab salam dari sang kekasih.
"Apa kabar Mira? Kamu baik - baik saja bukan?"
"Alhamdulilah aku baik - baik saja. Kamu sendiri gimana khabarnya Putra?" tanya gadis itu lagi.
"Alhamdulilah kabarku baik juga"
Setelah berbasa basi sejenak, gadis itu mengajak kekasihnya masuk ke dalam warung untuk istirahat dan bertemu dengan ayah dan ibunya.
Tampak semua pelanggan yang ada di dalam warung memandang iri pada Putra yang berjalan berdampingan dengan sang Primadona. Kenapa bukan mereka saja yang mampu merebut cinta sang gadis pujaan.
Setelah bertemu dengan kedua orang tua kekasihnya, dan setelah berbincang - bincang sejenak dengan mereka, maka Putra pun mengutarakan niatnya untuk melamar gadis itu dan hendak menikahi anak mereka secepatnya.
"Kenapa begitu cepat nak Putra? Ayah dan ibu belum ada persiapan sama sekali" ucap ayahnya ragu.
"Ayah dan ibu tidak usah khawatir, saya dan Mira sudah berhubungan cukup lama. Kami berdua memang sudah sejak lama merencanakan hal ini. Mengenai masalah biaya, jangan terlalu dipikirkan karena saya sudah menabung sejak lama dan cukup untuk membiayai pesta pernikahan kami berdua." tuturnya lagi.
"Bagaimana Mira? Kamu setuju dengan rencana nak Putra yang hendak melamar dan hendak menikah denganmu secepatnya dalam masa cutinya ini?"
"Mira setuju ayah, karena memang kami berdua sudah merencanakan ini sejak lama, lagian kami berdua saling mencintai. Apalagi yang harus Mira pikirkan ayah, Putra datang dengan niat yang baik, dan Insya Allah Putra adalah jodoh Mira yang telah dipilih oleh Allah untuk Mira!"
"Baiklah kalau begitu, ayah dan ibu setuju dengan rencana kalian. Kapan pesta pernikahannya akan diselenggarakan?"
"Minggu depan ayah" jawab keduanya hampir bersamaan.
Kedua insan yang akan melangsungkan pernikahan itu akhirnya bisa bernafas lega. Besok Putra akan datang bersama kedua orang tuanya untuk membahas rencana lamaran dan pesta pernikahan mereka yang akan digelar minggu depan.
**********
Pesta pernikahan Putra dan Almira digelar dan diselenggarakan di sebuah hotel berbintang yang mewah yang berada tak jauh dari lokasi tempat kediaman mempelai perempuan. Sanak saudara, karib kerabat dari kedua belah pihak pun semuanya diundang tanpa terkecuali. Termasuk juga teman - teman dekat dari kedua mempelai pun turut hadir meramaikan pesta dan memberi kan doa restu kepada pasangan pengantin baru itu.
Begitupun kedua kakak Almira yaitu Deni dan Nova tampak hadir bersama keluarga kecil mereka masing - masing. Deni datang bersama istri dan anak mereka satu - satunya yaitu Ivan, sedangkan Nova hadir bersama suami dan anak kembar mereka yaitu Alina dan Alika si kembar yang lagi aktif - aktifnya bergerak dan selalu membuat kedua orang tuanya harus super ekstra menjaga mereka berdua.
Gedung untuk acara pesta tersebut telah dihiasi dengan ribuan bunga aneka warna, hiasan - hiasan panggung untuk kedua mempelai seperti lampu - lampu yang berkelap - kelip, bunga - bunga hidup yang sengaja ditata sedemikian apik dan indahnya untuk menambah indahnya panggung untuk kedua mempelai bersanding itu ditata rapi.
Sang Raja dan Ratu sehari itu nampak cantik dan gagah dalam balutan busana pengantin yang indah dan megah. Busana yang dihiasi dengan mutiara - mutiara dan batu swarowzky yang berkelap kelip sehingga menambah anggun dan cantiknya mempelai perempuan. Kedua orang tua dari kedua mempelai ikut duduk bersanding mendampingi kedua mempelai dan mereka menggunakan busana yang sama sehingga terlihat serasi sekali mereka bersanding dengan pengantin.
Acara lamaran telah diselenggarakan pagi hari tadi sebelum ijab qabul diucapkan oleh pengantin laki - laki. Seserahan untuk lamaran telah diserahkan oleh keluarga dari mempelai laki - laki kepada mempelai perempuan dan telah diterima dengan baik oleh pihak mempelai perempuan.
Beruntung untuk menyelenggarakan dan mengatur jalannya acara lamaran hingga resepsi atau pesta pernikahan, keduanya telah menyewa Event Organizer yang cukup ternama dan berpengalaman serta handal dalam bidangnya. Sehingga acara berjalan lancar sesuai dengan harapan kedua mempelai.
Kedua mempelai yang telah diakad nikahkan oleh Ayah Almira pagi tadi itu tampak bahagia dan berseri - seri menyambut para tamu undangan yang datang, dan tak henti - hentinya menebar senyum manisnya pada para tamu yang memberikan doa restu untuk keduanya semoga selalu sakinah, mawaddah, dan warrohmah.
Akhirnya pesta pernikahan itu pun usai sudah. Para tamu undangan yang datang satu persatu berpamitan untuk pulang. Tinggalah keluarga terdekat saja yang masih disibukkan untuk membantu membereskan sisa - sisa dari acara pesta tersebut.
Kedua pengantin baru itu pun beristirahat di kamar pengantin nan indah dan cantik yang disediakan oleh pihak hotel tempat resepsi digelar. Kamar yang bernuansa warna merah muda dan putih itu dihias sedemikian indah, sehingga membuat betah siapapun yang tidur di dalamnya.
"Kamu bahagia istriku sayang? Saat ini engkau adalah istri dari Putra Pratama dan aku adalah suami dari seorang istri yang sangat cantik bernama Almira" rayu Putra pada sang istri. Sedang Almira hanya tersenyum bahagia dan memeluk suaminya dengan mesra. Dan Putra menghadiahkan kecupan lembut di kening sang istri.
,
Pasangan pengantin baru itu keluar dari kamar dan berbaur dengan keluarga besar dari keduanya untuk sekedar mengobrol sejenak dan melepas rindu karena sudah lama tidak berjumpa.Almira mengobrol dengan kedua kakaknya yang sedang berbincang - bincang dengan keluarga kecil mereka."Bagaimana Mira? Apakah setelah menikah ini kamu ikut serta dengan Putra suamimu atau masih disini tinggal bersama ayah dan ibu?" kata Deni bertanya pada adiknya itu."Aku ikut dengan Putra kak, kan tugas istri mendampingi suami kemanapun dia pergi!" jawab adiknya."Kakak mendukung niat baik kamu itu Mira! Seorang istri memang harus selalu ikut bersama suaminya, kemanapun suaminya bertugas. Contohnya kakak, sejak kami menikah kakak sudah ikut bersama suami kakak" kata kak Nova menambahkan.Almira yang mendengar perkataan dari kedua kakak kandungnya itu menganggukkan kepala, tanda mengerti betapa pentingnya berada di samping suami dan mendampingi suami dimanapun suami berada.
Sebelumnya, suaminya memang pernah mengeluh kepada Almira tentang sakitnya itu. Dan pernah juga Almira menemani sang suami berobat ke rumah sakit. Namun karena dirasa sudah sembuh, maka Putra tidak terlalu rutin untuk memeriksa kondisi kesehatannya lagi. Penyebabnya adalah, kesibukkan pekerjaan di kantor yang menyita waktu suaminya untuk memeriksakan penyakitnya itu.Kejadiannya begitu cepat. Pagi itu seperti biasanya sang istri sedang mempersiapkan sarapan pagi untuk mereka. Bilal kebetulan belum bangun dari tidurnya karena tadi malam sang bayi agak rewel dan menangis terus menerus.Entah kenapa sang suami belum juga bangun. Hal ini membuat Almira bertanya - tanya kenapa, tak seperti biasanya ayah dari anaknya itu belum terlihat batang hidungnya."Papanya Bilal kok belum bangun ya? Biasanya pagi - pagi sudah bangun dan sudah siap untuk berangkat kerja." ucap Almira tampak cemas.Almira bergegas menuju ke kamar tidur, bermaksud untuk membangunkan
Acara Tahlilan malam pertama atas meninggalnya almarhum suami Almira itu digelar sesudah sholat Maghrib.Tamu - tamu berdatangan ke rumah Almira untuk ikut serta mendoakan agar almarhum Putra diterima di sisinya dan diberi ampunan atas segala dosa - dosanya.Semasa hidupnya, almarhum dikenal sebagai orang yang baik dan ramah pada tetangga dan para sahabatnya. Maka tak heran para petakziah itu pun rela datang dan duduk berdesak - desakkan di ruang tamu.Almira dan Bilal duduk bersama dengan para petakziah itu. Wajah ibu dari Bilal itu pucat dan terlihat tidak bersemangat. Sedang Bilal yang bingung dan belum mengerti apa yang sedang terjadi digendong dan dijaga oleh neneknya, yaitu ibu Almira.Setelah acara selesai, dan tamu - tamu sudah berpamitan untuk pulang ke rumah masing - masing, keluarga besar pun berkumpul dan menanyakan pada Almira mengenai rencana selanjutnya. Apakah dia akan ikut pulang kembali ke kamp
Almira bangun di waktu Subuh yang terasa begitu dingin, akibat hujan yang mengguyur deras sekali tadi malam. Ditariknya selimut penutup tubuhnya, dan dipandangnya wajah buah hatinya yang masih tertidur dengan nyenyak. Wajah tanpa dosa, wajah yang akan menemaninya untuk berjuang di tengah kerasnya kehidupan.Bilal bin Putra, hari ini akan pulang bersama ibunya untuk kembali meneruskan hidup. Disini sepertinya tak ada lagi tempat bagi mereka berdua. Semua orang gelisah, resah, akan keberadaannya."Mengapa hanya karena aku cantik?" Sehingga semua orang takut akan kehadiranku. Bukankah itu sesuatu yang tidak harus dihindari. Namun hatinya telah bertekad bulat untuk kembali pulang ke kampung halamannya."Mama akan merawat dan membesarkanmu sayang, kamu akan menjadi kebanggaan mama kelak. Mama akan melakukan apapun demi kamu. Tidurlah yang nyenyak sayang?" Mama tidak akan membangunkanmu!" ucap perempuan itu penuh rasa sayang.Pagi itu
Hari demi hari pun berlalu. Tak terasa sudah tiga bulan lebih ia berada di kampung halamannya sejak kepulangannya waktu itu.Bilal telah tumbuh menjadi anak yang pintar dan tentunya berwajah tampan. Ia mewarisi ketampanan dari ayahnya dan juga kepintaran dari ibunya. Dan dia sudah pandai berjalan sekarang, hingga Mamanya selalu kerepotan menjaga anak itu.Bilal menjadi hiburan dan kesayangan seisi rumah, karena ocehan dan celotehannya yang selalu mengundang tawa dan menghibur mereka.Sementara Almira yang selalu menyibukkan diri dengan mengasuh dan merawat anaknya itu belum terfikir untuk mencari seorang pengganti dari almarhum suaminya yaitu Putra. Ia merasa masih terlalu cepat untuk memikirkan hal itu.Hingga suatu hari perempuan itu secara tidak sengaja berjumpa dengan Firman yang kala itu bermaksud untuk sarapan pagi di warung milik orang tuanya itu."Selamat pagi, saya mau sarap
Suasana di pagi hari itu sangat cerah sekali, angin berhembus sepoi - sepoi. Burung - burung berkicau riang seakan menyambut pagi yang indah. Mentari yang merah lembut menyapa kulit seorang perempuan muda nan cantik.Dialah Almira. Saat ini ia sedang berjalan - jalan pagi bersama anak laki - laki satu - satunya yaitu Bilal. Ia memang sengaja menuruti perkataan ayahnya kemarin, agar tidak berdiam diri di rumah saja. Karenanya pagi ini ia dan anaknya mencoba menikmati pagi itu dengan perasaan yang riang gembira serts ceria. Sesekali ia mengibaskan rambutnya yang panjang terurai itu sambil mendorong kereta roda dua yang dinaiki oleh Bilal. Sementara bocah itu tertawa gembira sambil berceloteh ala balita yang riang gembira."Sudah yuk sayang mainnya, saatnya kita pulang sekarang. Bilal kan mau sarapan pagi dulu, iya kan sayang?" ucap perempuan itu pada jagoan kecilnya.Yang disapa hanya tertawa berderai sambil memamerka
"Aku tidak pantas mas untuk menjadi pilihanmu, karena masih banyak gadis - gadis di luar sana yang lebih pantas untukmu!" Almira menahan tangisnya yang tersendat di tenggorokan, sedangkan Firman memandang wajah perempuan yang telah mengisi hatinya itu dengan tatapan penuh harap. "Aku hanya ingin dirimu lah yang akan mendampingi hidupku kelak Almira! Entah, aku juga tidak mengerti akan perasaanku ini. Yang aku tahu, hanya dirimu yang telah memberi arti dan semangat hidup bagi jiwaku yang kosong selama ini!" Semua berawal dari suatu sore, ketika Almira sedang mengajak Bilal berjalan - jalan di taman bermain anak - anak yang ada di dekat rumah kedua orang tuanya. Taman yang asri dan cantik, yang memang sengaja dibuat oleh Pemerintah Kota setempat untuk warga yang ingin berekreasi dan sekedar menghilangkan beban karena rutinitas pekerjaan. Di pintu gerbang nampak tertulis "Taman Rekreasi Keluarga
"Aku berangkat dulu Almira, jaga diri kamu baik - baik. Jaga Bilal, dia sudah banyak kemajuan dan kepintaran. Aku pergi hanya dua bulan saja. Aku mohon setelah itu akan mendapat kabar yang baik darimu!"ucap lelaki itu pagi harinya pada Almira. Ia sengaja menemui perempuan itu di warung sambil sekalian pamit untuk berangkat menjalankan tugas di Halmahera. "Insya Allah akan aku pikirkan lagi mas, semoga kabar dariku nanti merupakan kabar baik untuk kita semua. Mas Firman hati - hati juga disana ya mas?" ucap perempuan itu sambil menahan isaknya yang hampir terlepas. Entah mengapa ia merasa sedih sekali melepas kepergian lelaki itu. Mungkinkah lelaki itu telah mendapat tempat tersendiri di hatinya. Sedangkan Bilal yang baru selesai disuapin makan itu hanya tersenyum sambil tangannya hendak meraih jemari tangan Firman. Dengan lembut lelaki itu meraih Bilal dari pelukan mamanya. Dan se